Show simple item record

dc.contributor.advisorAndarwulan, Nuri
dc.contributor.advisorPalupi, Nurheni Sri
dc.contributor.advisorArifiantini, R. Iis
dc.contributor.authorAminudin
dc.date.accessioned2021-05-27T03:17:44Z
dc.date.available2021-05-27T03:17:44Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106862
dc.description.abstractRumput kebar (Biophytum petersianum Klotzsch.) adalah tanaman khas yang tumbuh secara alami dan tersebar di hampir seluruh wilayah Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Tanaman ini dipercaya oleh masyarakat lokal sebagai tanaman obat untuk mengatasi infertilitas (kurang subur). Pemanfaatan ekstrak rumput kebar selama ini dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi tradisional dan efektivitas ekstraksi metode tersebut belum pernah dikaji secara komprehensif. Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji potensi tanaman rumput kebar sebagai salah satu tanaman sumber antioksidan dan ingredien pangan fungsional peningkat kinerja reproduksi. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) mengungkapkan atau mempelajari karakteristik spesifik dan aktivitas antioksidan ekstrak rumput kebar yang diekstraksi dengan menggunakan metode tradisional, (2) mengidentifikasi komponen bioaktif spesifik ekstrak rumput kebar dengan kemampuan antioksidan yang tinggi dan berpotensi sebagai ingredient pangan fungsional peningkat kinerja reproduksi dengan pendekatan metabolomik, (3) menguji pengaruh pemberian ekstrak rumput kebar yang diekstraksi dengan menggunakan metode tradisional terhadap parameter spesifik dari peningkatan kinerja reproduksi tikus jantan dan betina dibandingkan dengan pemberian vitamin C dan E, dan (4) menguji hasil perkawinan tikus jantan dan betina yang telah diberikan perlakuan ekstrak rumput kebar yang diekstraksi dengan menggunakan metode tradisional dibandingkan dengan pemberian vitamin C dan E. Ekstraksi metode tradisional dilakukan dengan cara merebus 30 g rumput kebar dengan 600 mL air (rasio 1 : 20), sampai volume campurannya menjadi 1/3 bagian. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi ekstraksi, yaitu campuran yang diperoleh selanjutnya disonikasi, disentrifugasi, disaring, dan filtratnya diuapkan dengan rotavapor, kemudian dikeringkan dengan gas N2. Ekstrak kasar (ERK) difraksinasi secara bertingkat dengan heksana, kloroform, etil asetat sehingga diperoleh ekstrak fraksi heksan (FH), fraksi kloroform (FC), fraksi etil asetat (FEA), dan fraksi air (FW). Penelitian in vivo menggunakan ekstrak kasar (ERK) yang diberikan kepada tikus jantan dan betina dengan kontrol positif menggunakan vitamin C dan vitamin E serta kontrol negatif tanpa pemberian ERK, vitamin C maupun vitamin E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak rumput kebar (ERK) yang diperoleh menggunakan ekstraksi tradisional adalah 18,32 ± 0,01% dan mengandung komponen flavonoid, tanin dan saponin. Kadar total fenol ekstrak kering (DW, dry weight) ERK adalah 147 ± 1,24 mgGAE gDW-1, sedangkan aktivitas antioksidan dengan daya inhibisi, AEAC, TEAC dan nilai IC50 masing-masing sebesar 42,0 ± 0,047%, 69,93 ± 2,19 mgAE gDW-1, 65,70 ± 1,54 mgTE gDW-1 dan 0,258 ± 0,003 mg mL-1. Aktivitas antioksidan ekstrak hasil fraksinasi memperlihatkan FEA > ERK > FH > FC > FW. Aktivitas antioksidan (mgAE gDW-1, mgTE gDW-1) untuk ERK sebesar 69,93 ± 2,19 dan 65,70 ± 1,54 dan untuk FEA sebesar 185,35 ± 0,24 dan 140,64 ± 0,28. Nilai IC50 (mg mL-1) dari ERK dan FEA masing-masing sebesar 0,258 ± 0,003 dan 0,086 ± 0,006. Hasil uji korelasi antioksidan dan profil kimia dengan OPLS diperoleh FEA sebagai sampel dominan yang memiliki aktivitas antioksidan. Sampel ini kemudian diidentifikasi dengan UHPLCMS/MS dan teridentifikasi 10 puncak kromatogram dominan yang diduga sebagai komponen bioaktif yang memiliki aktivitas antioksidan. Tiga di antara puncak-puncak tersebut telah diidentifikasi jenis komponen bioaktifnya yaitu caffeic acid (pada menit ke-1,74) dan cassiaoccidentalin A (pada menit ke-1,95 dan 1,97). Temuan cassiaoccidentalin A ini merupakan temuan komponen bioaktif baru di dalam tanaman rumput kebar. Komponen bioaktif ini juga dapat digunakan sebagai specific marker untuk spesies petersianum dari genus Biophytum. Pemberian ekstrak rumput kebar melalui cekok pada tikus jantan mampu meningkatkan pertambahan berat badan harian sampai 17,12% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian ekstrak rumput kebar selama 24 hari lebih efektif memengaruhi kinerja reproduksi dibandingkan dengan 48 hari. Indikasi efektivitasnya adalah meningkatkan testosteron, motilitas dan konsentrasi spermatozoa masing-masing sebesar 90,44 ± 47,75%, 24,32 ± 2,21% dan 102,37 ± 45,37% dari baseline (BL). Peningkatan testosteron dan konsentrasi spermatozoa pada kontrol masing-masing sebesar 48,26 ± 47,93% dan 97,29 ± 36,96% dari BL, sedangkan untuk motilitas spermatozoa terjadi penurunan sampai 10,82 ± 3,82% dari BL. Pemberian ekstrak rumput kebar melalui cekok pada tikus betina berpotensi meningkatkan pertambahan berat badan harian sampai 74,19% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian ekstrak rumput kebar selama 48 hari lebih efektif memengaruhi kinerja reproduksi dibandingkan dengan 24 hari dengan indikasi meningkatkan estrogen sampai 321,94 ± 21,47% dari BL dan mampu mengurangi penurunan berat uterus dan ovarium relatif 16,15 ± 11,08% dari BL. Peningkatan estrogen pada kontrol hanya sebesar 23,68 ± 7,28%, sementara penurunan berat uterus dan ovarium relatif sampai 35,58 ± 12,19% dari BL.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleIdentifikasi dan Aktivitas Antioksidan Komponen Bioaktif Ekstrak Larut Air Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch.) dalam Meningkatkan Kinerja Reproduksi Tikus Putih (Rattus novergicus).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordKebar grassid
dc.subject.keywordbioactive componentsid
dc.subject.keywordantioxidantsid
dc.subject.keywordcassiaoccidentalin Aid
dc.subject.keywordreproductive performanceid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record