Distribusi dan Dampak Sampah Laut pada Habitat Burung Merandai di Suaka Margasatwa Pulau Rambut
Date
2021Author
Ivonie, Regia Nadyanti
Mardiastuti, Ani
Rahman, Dede Aulia
Metadata
Show full item recordAbstract
Suaka Margasatwa (SM) Pulau Rambut merupakan habitat bagi berbagai
jenis burung yang terletak di Teluk Jakarta dimana 13 sungai dari Jakarta bermuara.
Sebanyak 14 dari 48 jenis burung yang ada di SM Pulau Rambut bergantung pada
ekosistem mangrove sebagai tempat berbiak dan beristirahat. Salah satu masalah
yang ada di SM Pulau Rambut terutama pada ekosistem mangrove ada sampah laut.
Studi menyatakan bahwa sampah yang terdampar di SM Pulau Rambut merupakan
sampah-sampah yang dibuang baik secara sengaja maupun tidak sengaja ke sungai
hingga terbawa arus ke Teluk Jakarta. Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang
masalah sampah laut dan dampaknya pada habitat burung merandai di SM Pulau
Rambut. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung dan memetakan sebaran
sampah laut, menganalisis overlap antara sampah laut dengan pohon yang menjadi
habitat bersarang burung merandai, serta menganalisis dampak sampah laut
terhadap pohon yang menjadi habitat bersarang burung merandai di SM Pulau
Rambut. Faktor seperti arus laut dan arah angin pun diperhitungkan karena arus laut
dan angin mempengaruhi pergerakan dan distribusi sampah laut.
Pengamatan dilakukan pada 4 plot pengamatan yang mewakili tipe tutupan
lahan dengan menggunakan metode shoreline survey oleh the National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) yang telah dimodifikasi untuk pantai
berpasir dan hutan pantai, serta visual survei untuk mangrove. Ukuran sampah yang
diamati memiliki luas penampang > 2,5 cm (sampah berukuran makro). Semua
sampah laut padat diambil pada saat air laut paling surut. Sampah kemudian disortir
menurut jenis dan sesuai plot. Sampah kemudian dianalisis jumlah, jenis, dan
beratnya. Untuk mengamati laju pertambahan sampah laut, dilakukan pengulangan
setiap dua hari sekali selama 17 hari. Analisis spasial juga dilakukan untuk
menganalisis overlap antara sampah laut dan pohon yang menjadi habitat bersarang
burung merandai di SM Pulau Rambut. Sementara dampak terhadap pohon yang
menjadi habitat burung merandai dilakukan dengan analisis deskriptif.
Sebanyak 14.610 sampah yang ditemukan, 14.585 buah merupakan sampah
non-organik yang didominasi oleh foam dan plastik. Kepadatan sampah nonorganik
adalah 21,62 item/m2 dan sampah organik adalah 0,03 item/m2. Laju
pertambahan sampah untuk non-organik adalah 433,5 item/hari sementara untuk
sampah organik adalah 0,5 item/hari. Estimasi sampah laut pada hutan pantai adalah
1.590.624 kg atau 1591 ton. Sementara estimasi sampah laut pada hutan mangrove
adalah 2.430.590 kg atau 2430 ton. Sementara estimasi total sampah laut yang ada
di Pulau Rambut adalah 4.021.214 kg atau 4021 ton. Terdapat overlap antara
sampah laut yang terjebak di SM Pulau Rambut dengan pohon yang menjadi sarang
bagi burung merandai. Dampak sampah laut terhadap habitat burung merandai
dapat dilihat dari banyaknya sampah yang terjebak di akar mangrove dan burung
yang menggunakan tali plastik sebagai bahan untuk sarangnya. Pulau Rambut Wildlife Sanctuary is a home and an essential habitat of various
species of waterbirds which located in Jakarta Bay area where 13 rivers from
Jakarta ended in the bay. About 14 of 48 species of birds in Pulau Rambut depended
their life in mangrove ecosystem. Marine litter is one of a major problem in
mangrove ecosystem in Pulau Rambut. Study showed that the stranded marine litter
in Pulau Rambut was not originally from within the island, but it was dumped either
intentionally or accidentally into the river until it is floated away into Jakarta Bay.
Therefor study about marine litter and its impact on waterbirds’ habitat in Pulau
Rambut Wildlife Sanctuary needs to be done. The aims of this study were to
quantify and map the distribution of marine litter, to analyse the overlap between
marine litter and the trees that were the habitat of waterbirds, and to analyse the
impact of marine litter on the trees that were the habitat of waterbirds in Pulau
Rambut Wildlife Sanctuary. Another factors like ocean currents and wind direction
were also considered in order to know the movement and distribution of marine
litter.
Four plots were employed for this study that represent each type of land
covers and were collected using a modified version of the shoreline survey method
by the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) for beach and
beach forest and a modified version of a visual survey for mangrove. Sampling
consisted of collecting a macro litter (> 2,5 cm). The survey was conducted when
the tide was at the lowest. Marine litter was collected and then was sorted by type
and location and then we analyzed the amount, the types, and the weights. For
accumulative rates, the data was collected repeatedly every two days for 17 days.
Spatial analysis was done to analyse the overlap between marine litter and the trees
that were the habitat of waterbirds in Pulau Rambut Wildlife Sanctuary. For the
impact of marine litter on the trees that were the habitat of waterbirds, it was done
by descriptive analysis.
Of 14.610 litter items collected, 14.585 items were non-organic, dominated
by foam and plastic. The density of non-organic litter was 21,26 item/m2 and
organic litter was 0,03 item/m2. The accumulation rates were 433,5 items/day for
non-organic litter and 0,5 items/day for organic litter. The estimation of marine litter
in beach forest was 1.590.624 kg or 1591 ton. As for the estimation of marine litter
in mangrove was 2.430.590 kg or 2430 ton. Therefore, the total estimation of
marine litter in Pulau Rambut Wildlife Sanctuary was 4.021.214 kg or 4021 ton.
There was an overlap between the stranded litter in Pulau Rambut Wildlife
Sanctuary and the trees that were the habitat of waterbirds. The impact of marine
litter could be seen from the amount of litter that were trapped in the prop roots and
birds that were using synthetic ropes as a material of their nest.
Collections
- MT - Forestry [1129]