Show simple item record

dc.contributor.advisorDjatna, Taufik
dc.contributor.advisorSukardi
dc.contributor.advisorMuslich
dc.contributor.advisorArkeman, Yandra
dc.contributor.authorPaduloh
dc.date.accessioned2021-03-31T02:58:17Z
dc.date.available2021-03-31T02:58:17Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106462
dc.description.abstractDaging sapi merupakan salah satu produk argo-industri yang mudah rusak dan memberikan dampak yang signifikan terhadap pencemaran lingkungan, baik itu pada saat dipeternakan maupun proses penjualan dengan menggunakan cold chain. Reverse supply chain merupakan sebuah konsep yang dapat mengendalikan ketidakpastian dan memberikan nilai tambah produk. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model rantai pasokan daging sapi terbalik untuk mengendalikan ketidakpastian, dengan tujuan khusus sebagai berikut. 1) Memformulasi dan menganalisis faktor dan penyebab reverse supply chain daging sapi dan memberikan tindakan pencegahan terhadap faktor tersebut. 2) melakukan investigasi terhadap dampak reverse supply chain terhadap cash flow. 3) Memformulasikan model untuk mengendalikan ketidakpastian permintaan, kualitas, fasilitas perbaikan, tenaga kerja, transportasi, harga, dan biaya reverse supply chain. 4) Memformulasikan kontrak untuk membagi risiko kepada para pelaku dalam reverse supply chain. Hasil penelitian dari tujuan 1) didapatkan nilai bullwhip effect dapat diturunkan dengan melakukan re-formulasi model pencatatan pengiriman, peramalan dengan kombinasi metoda Seasonal Naive bayes, Artificial neural network dan ARIMA mampu menghasilkan peramalan penjualan yang dapat menangkap kondisi seasonal dan nonseasonal dengan lebih akurat. Hasil tujuan 2) analisis cash flow menunjukan pengembalian product tidak mempengaruhi cash flow, dan investasi dengan bunga bank dan letter of Credit secara akumulatif berdampak terhadap harga jual produk sebesar 11%. Aktivitas RSC berdampak terhadap meningkatnya cash flow perusahaan. Hasil tujuan 3) Pengendalian ketidakpastian dalam reverse supply chain menggunakan PILP, didapatkan nilai minimum untuk biaya pengendalian kualitas untuk ketidakpastian terhadap kualitas produk, jumlah produk, kapasitas perbaikan, dan waktu pengembalian dengan nilai minimum Rp.30.000. Kemudian biaya perbaikan produk kategori A, B, dan R didapatkan biaya minimum sebesar Rp. 2.139.150. Biaya transportasi dan route optimal didapatkan menggunakan model MDRV dan MILP, didapatkan route optimum dan biaya Sopir truk dengan kontrak harian akan optimal digunakan dengan upah yang murah, dengan upah yang lebih besar dari 5.000 rupiah dengan biaya minimum trasportasi sebesar Rp. 375.400. Hasil dari tujuan 4) dengan menggunakan pemodelan matematika MILP didapatkan kontrak pembagian resiko untuk aktivitas reverse supply chain antara distributor dan retailer, pembagian resiko akan bersifat adaftif terhadap kondisi aktual dilapangan. Dengan menggunakan biaya optimal dari tujuan 3 didapatkan pembagian biaya resiko sebesar Rp. 2.717.080 untuk distributor and Rp. 1.801.188 untuk pengecer. Pembagian resiko mampu meningkatkan nilai tanggungjawab antara distributor dan pengecer untuk menjaga proses order dan kualitas daging sapi. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa model tahan terhadap kondisi ekstrim.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleModeling Reverse Supply Chain Risk for Beef Industry with Integrated Adaptive Contract.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordBeefid
dc.subject.keywordReverse Supply Chainid
dc.subject.keywordBullwhip Effectid
dc.subject.keywordMILPid
dc.subject.keywordPILPid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record