Show simple item record

dc.contributor.advisorDamar, Ario
dc.contributor.advisorTaryono
dc.contributor.authorAdiningsih, Winda Lestari
dc.date.accessioned2021-03-01T02:59:42Z
dc.date.available2021-03-01T02:59:42Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106142
dc.description.abstractTerumbu karang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Selain sumber pangan, terumbu karang juga merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Bagi berbagai spesies ikan, terumbu karang merupakan tempat asuhan, tempat memijah dan tempat mencari makan. Selain itu terumbu karang bermanfaat menjadi penahan abrasi serta sebagai pemecah gelombang untuk melindungi pantai. Aktivitas manusia dalam memanfaatkan potensi sumber daya terumbu karang sering tumpang tindih dan bahkan banyak diantara aktivitas tersebut menyebabkan kerusakan terumbu karang. Upaya pengelolaan dan pelestarian sumber daya terumbu karang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya di Kepulauan Seribu, namun tidak akan berjalan dengan baik tanpa kesadaran masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi terumbu karang di Pulau Harapan – Kelapa secara temporal, menganalisis persepsi masyarakat tentang pengelolaan co-management ekosistem terumbu karang di Pulau Harapan – Kelapa, menganalisis stakeholder yang terlibat pengelolaan ekosistem terumbu karang yang sudah dilakukan stakeholder terkait di Pulau Harapan – Kelapa, dan menentukan desain kelembagaan pengelolaan co-management ekosistem terumbu karang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Metode pengambilan contoh data karang adalah Point Intercept Transect (PIT), metode pengambilan contoh masyarakat, stakeholder, dan responden ahli adalah wawancara dengan purposive sampling. Metode analisis yang digunakan untuk data karang, persepsi masyarakat, dan stakeholder adalah deskriptif, metode analisis untuk kelembagaan adalah Interpretive Structural Modelling (ISM). Status terumbu karang di Pulau Harapan – Kelapa tergolong rusak sedang dengan persentase 40% tutupan terumbu karang hidup dari tahun 2011 hingga 2017. Terdapat beberapa kelompok yang merupakan kelompok masyarakat binaan dari Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (Balai TNKpS) yang bernama Jaringan Monitoring (JARMON) di Pulau Harapan, dan Area Perlindungan Laut (APL) di setiap kelurahan. Penelitian ini menganalisis beberapa aspek yaitu ekologi, persepsi, stakeholder, dan kelembagaan. Persepsi masyarakat mengenai kondisi umum masyarakat di Pulau Harapan – Kelapa sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Pemahaman mengenai hubungan kerjasama dengan pemerintah tergolong baik karena tidak ada konflik dan adanya saling kerjasama. Diantara semua stakeholder yang terlibat, Balai TNKpS merupakan stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan yang paling tinggi hal ini dapat menunjukkan bahwa Balai TNKpS dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Pulau Harapan – Kelapa, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Balai TNKpS adalah stakeholder yang berperan penting dan mampu berkoordinasi dengan stakeholder lain dalam pengelolaan. Rekomendasi desain pengelolaan ekosistem terumbu karang secara co-management yang menjadi prioritas yaitu sub-elemen kunci dari elemen kebutuhan adalah dukungan pembinaan dan penyuluhan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk pengelolaan kolaboratif, sub-elemen kunci dari elemen kendala utama adalah kegiatan kelompok masyarakat yang kurang efektif, sub-elemen kunci dari elemen aktivitas adalah meningkatkan koordinasi antar stakeholder, sub-elemen kunci dari elemen tujuan adalah membaiknya luasan ekosistem terumbu karang, dan sub-elemen kunci dari elemen lembaga adalah Balai TNKpS, SUDIN KPKP, NGO (Terangi), Akademisi, Swasta (PHE OSES, Nusantara Regas), dan Kelompok Masyarakat. Beberapa solusi yang dapat dijadikan dasar dalam pengelolaan yang co-management untuk mendukung dari desain kelembagaan pengelolaan ekosistem terumbu karang secara co-management yaitu mengkoordinasikan kegiatan kelompok masyarakat dalam pengelolaan, mengadakan organisasi khusus untuk pengelolaan ekosistem terumbu karang, mengajak kelompok masyarakat untuk dapat terlibat dalam membuat keputusan, memulai menjalin kerjasama dengan mempertimbangkan suara dari kelompok masyarakat mengenai pengelolaan ekosistem, mengefektifkan kerjasama kegiatan kelompok masyarakat dengan pemerintah, menyatukan tujuan serta visi dan misi dari pengelolaan ekosistem terumbu karang antar seluruh stakeholder, menyetarakan beban dalam otoritas pengelolaan ekosistem terumbu karang, mengajak seluruh stakeholder untuk terlibat dalam membuat keputusan. Status level co-management termasuk dalam ketegori konsultatif karena pengambilan keputusan masih berada ditangan pemerintah namun kelompok masyarakat masih ikut andil dalam memberi masukan.id
dc.description.abstractCoral reefs are able to provide the benefits for coastal communities. Apart from a source of food, coral reefs are also a source of income for coastal communities. For various species of fish, coral reefs are a place of spawning and foraging. In addition, coral reefs are useful as a barrier to abrasion and as a breakwater to protect the coastal. Human activities in exploiting the potential of coral reef resources often overlap and even many of these activities cause damage to coral reefs. Efforts to manage and conserve coral reef resources have been carried out by the government, especially in the Kepulauan Seribu, but will not run well without public awareness. This study aims to identification the condition of coral reefs in Harapan – Kelapa Island in a temporal manner, mapping the community perceptions about the management of coral reef ecosystems in Harapan Island - Kelapa, stakeholders mapping to get involved in the coral reef ecosystem that have been carried out by relevant stakeholders in Harapan– Kelapa Island, and determine the institutional design for coral reef ecosystem management. The research method used in this research is survey research. The sampling method for collecting coral data is Point Intercept Transect (PIT), the sampling method for collecting the community data, stakeholders and expert respondents are interview with purposive sampling. The analysis method used for coral data, community perceptions, and stakeholders is descriptive analysis, the analysis method for institutions is Interpretive Structural Modeling (ISM). Status of coral reefs in Harapan - Kelapa island is classified as moderately damaged with a proportion of 40% live coral cover from 2011 to 2019. There are several groups that are assisted community groups from the Thousand Island National Park Office called Jaringan Monitoring (JARMON) in Harapan Island, and Area Perlindungan Laut (APL) in each district. The community perception in Harapan – Kelapa Island showed that mostly livelihood as fishermen. Understanding of the cooperative relationship with the government is classified as good because there is no conflict and mutual cooperation. Thousand Island National Park Office is the stakeholder with the highest level of influence and interest. This shows that Thousand Island National Park Office can be the most important stakeholder. Thousand Island National Park Office is an important stakeholder and is able to coordinate with other stakeholders in management. Recommendations for co-management of coral reef ecosystem design which are a priority, namely the key sub-elements of the element of necessary are support for human resources coaching and counseling for collaborative management, the key sub-elements of the main security component are less effective community group activities, key sub-elements from the activity is to improve coordination among stakeholders, the key sub-element of the objective element is the improvement of the extent of the coral reef ecosystem, and the key sub-element of the institutional element is the Thousand Island National Park Office, Department of Food Security and Marine Fisheries, Non Government Organization (Terangi), academics, other (PHE OSES, Nusantara Regas), dan local community. Some solutions that can be used as a basis for co-management to support institutional design of coral reef ecosystems together with management, namely coordinating community group activities in management, special organizations for coral reef ecosystem management, inviting community groups to be involved in making decisions, initiating collaborating by considering voices from community groups regarding ecosystem management, making collaboration between community groups and government activities effective, unifying the goals and visions and missions of managing coral reef ecosystems among all stakeholders, equalizing the burden on managing coral reef ecosystems, inviting all stakeholders to be involved in making decisions. The level status of management is in consultative category because the decision making is still government side but community groups still take part in providing input.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Berbasis Co-Management di Pulau Harapan - Kelapa, Taman Nasional Kepulauan Seribuid
dc.title.alternativeManagement of Coral Reef Ecosystem for Co-Management in Harapan – Kelapa Island, Kepulauan Seribu National Parkid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordcoral reefsid
dc.subject.keywordinstitution designid
dc.subject.keywordco-managementid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record