Kinerja Pencernaan dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele yang Dipelihara pada Sistem Bioflok dengan Penambahan Chlorella sp.

Abstract

Teknologi bioflok memiliki prinsip dasar konversi nitrogen anorganik terutama ammonia oleh bakteri heterotrof menjadi biomassa mikroba yang dapat dimanfaatkan oleh organisme budidaya. Bioflok yang mengandung mikroalga memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik daripada bioflok yang didominasi oleh bakteri. Salah satu permasalahan dalam budidaya ikan lele (Clarias gariepinus) adalah ketersediaan benih dengan kualitas tinggi yang masih terbatas. Salah satu faktor yang memengaruhi ketersediaan benih dengan kualitas tinggi adalah ketersediaan nutrisi atau pakan alami yang memadai sepanjang waktu. Salah satu solusi meningkatkan ketersediaan dan kualitas larva adalah dengan menggunakan teknologi bioflok serta penambahan Chlorella sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi sistem bioflok dengan penambahan Chlorella sp. terhadap kinerja sistem pencernaan, pertumbuhan dan ketahanan larva ikan lele terhadap stres. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Sebagai kontrol adalah perlakuan K yaitu larva dipelihara dengan pergantian air secara teratur dan tanpa penambahan sumber karbon yang dibandingkan dengan, perlakuan BF yaitu larva dipelihara dengan media bioflok dengan penambahan sumber karbon (molase), dan perlakuan BFC yaitu larva dipelihara dengan media bioflok dengan penambahan molase dan Chlorella sp. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, kondisi faktor, aktivitas enzim protease, amilase, lipase tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0.05). Ukuran partikel bioflok pada media BF (0.44 ± 0.025 mm) lebih rendah daripada bioflok yang terdapat pada media BFC (0.79 ± 0.048 mm). Pengamatan histologi usus larva ikan lele pada umur 15 hari menunjukkan bahwa panjang vili larva ikan lele pada media BF sebesar 136 µm lebih besar dari media BFC sebesar 121 µm dan media K panjang vili sebesar 105 µm. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele pada perlakuan BFC mencapai 51 ± 0.32% lebih tinggi (P<0.05) daripada perlakuan K sebesar 45 ± 0.52% dan BF sebesar 45 ± 0.15%. Hasil uji stres salinitas pada larva ikan lele menunjukkan bahwa larva yang dipelihara dalam media BFC memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi (63 ± 3.33%) dibandingkan perlakuan lainnya (P<0.05). Hasil pengamatan parameter kualitas air menunjukkan bahwa kualitas air pada semua perlakuan masih dalam batas toleransi untuk pemeliharaan larva ikan lele. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan dengan sistem bioflok dengan penambahan Chlorella sp. tidak memengaruhi kinerja sistem pencernaan dan pertumbuhan, tetapi dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan ketahanan larva ikan lele terhadap stres salinitas.

Biofloc technology apply the conversion of inorganic nitrogen, especially ammonia, by heterotrophic bacteria into microbial biomass that can be utilized by the cultured organisms. Biofloc containing microalgae has been reported to have a better nutritional content than that dominated by bacteria. One of the problems in African catfish (Clarias gariepinus) is the limited availability of high quality seeds. One of the factors affecting the availability and quality of seeds is continuous supply of nutrients or natural feed for the larvae. One solution that can be done to overcome this problem is by the application of biofloc technology with microalgae addition. This study aims to evaluate the effect of biofloc system with the addition of Chlorella sp. on the performance of the digestive system, growth and resistance of African catfish larvae against stress. This study used a completely randomized experimental design (RAL) with three treatments and three replications. As a control, the K treatment was the larvae reared with regular water exchange and without the addition of a carbon source, which was compared to the BF treatment, i.e. larvae rearing in biofloc system with the addition of a carbon source (molasses), and the BFC treatment, i.e. larvae rearing in biofloc system with the addition of molasses and Chlorella sp. The results of this study demonstrated that for absolute length growth, specific growth rate, condition factor, protease, amylase, lipase enzymes activity were not significantly different between treatments (P>0.05). The particle size of biofloc in BF (0.44 ± 0.025 mm) was lower than that of the biofloc in BFC (0.79 ± 0.048 mm). The histological observation of the fish intestine on day 15 showed that the villi length of catfish larvae reared in BF system was 136 µm, which was higher than that reared in BFC system (121 µm), K system (105 µm). The survival of catfish larvae in BFC treatment was 51 ± 0.32%, which was significantly higher (P<0.05) than those of the K treatment (45 ± 0.52%) and BF (45 ± 0.15%). The results of the salinity stress test on catfish larvae showed that the larvae reared in BFC media had the highest post-challenged survival (63 ± 3.33%) compared to other treatments (P<0.05). The water quality parameters showed that the water quality in all treatments was still within the tolerance limit for African catfish larvae rearing. Based on the results of this study it can be concluded that the maintaining African catfish larvae in biofloc system with the addition of Chlorella sp. did not affect the performance of the digestive system and growth, but could increase the fish survival and its resistance to salinity stress.