Peningkatan Kesehatan Tanaman Padi terhadap Pyricularia oryzae dengan Cendawan Dark Septate Endophytes
View/ Open
Date
2021-02-04Author
Yuliani, Dini
Soekarno, Bonny P.W.
Munif, Abdul
Surono
Metadata
Show full item recordAbstract
Cendawan dark septate endophytes (DSE) merupakan salah satu kelompok
cendawan endofit yang mampu mengolonisasi akar tanpa menyebabkan gejala
penyakit. Karakteristik DSE ditandai dengan adanya pigmentasi gelap pada media
agar, memiliki hifa gelap berseptat, memiliki konidia atau hifa steril, dan
membentuk mikrosklerotia di dalam jaringan akar. Potensi DSE diketahui mampu
meningkatkan performa tanaman, menekan penyakit, dan cekaman abiotik seperti
kekeringan dan kemasaman. Blas pada tanaman padi merupakan salah satu penyakit
yang berpotensi memengaruhi produksi padi. Patogen blas padi yaitu Pyricularia
oryzae sulit dikendalikan karena memiliki ras yang banyak dan mudah berubah
rasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi cendawan DSE sebagai
agens pengendali patogen blas dan agens dalam meningkatkan kesehatan tanaman
padi terhadap penyakit blas.
Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, serta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumber Genetik Pertanian. Isolat cendawan DSE yang digunakan adalah APDS 3.2,
4.1 BTG, dan TKC 2.2a merupakan koleksi Balai Penelitian Tanah untuk uji
penekanan terhadap patogen blas. Penelitian terdiri atas beberapa tahap yaitu: (1)
Evaluasi penekanan DSE terhadap P. oryzae secara in vitro; (2) Aplikasi DSE di
rumah paranet untuk melihat pengaruh DSE dalam menekan perkembangan
penyakit blas, pemacu pertumbuhan padi, serta respons fisiologi dan biokimia padi.
Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan koloni APDS 3.2 tercepat
dibanding DSE lainnya, yaitu pada 3 hari setelah inkubasi (HSI) telah memenuhi
cawan petri (d= 9 cm);sedangkan 4.1 BTG dan TKC 2.2.a pada 7 HSI. Pertumbuhan
koloni P. oryzae tergolong lambat membutuhkan 20 HSI. Persentase penghambatan
APDS 3.2 terhadap P. oryzae sebesar 43,75%; sedangkan 4.1 BTG dan TKC 2.2.a
masing-masing sebesar 38,60% dan 39,76%. Isolat APDS 3.2 mampu mereduksi
penyakit blas sebesar 23,37-51,28%; sedangkan isolat TKC 2.2.a dan 4.1 BTG
masing-masing sebesar 20,78-23,07% dan 15,58-18,66%. Hal ini kemungkinan
karena kolonisasi DSE mampu menekan keparahan penyakit blas pada tanaman
padi. Selain itu, ketiga DSE memiliki aktivitas enzim kitinase dan viabilitas yang
baik.
Tanaman padi yang diinokulasi DSE memiliki tinggi, jumlah anakan, panjang
akar, bobot basah, dan bobot kering relatif lebih tinggi dibandingkan DSE+P.
oryzae dan kontrol. Aplikasi DSE menunjukkan serapan hara N, P, K, Fe, kadar abu,
dan Si lebih tinggi dibandingkan aplikasi DSE+ P. oryzae . Isolat APDS 3.2 dan 4.1
BTG memiliki Inhibitor Concentration (IC50) terendah dibandingkan TKC 2.2.a dan
kontrol (-). Namun IC50 meningkat pada perlakuan DSE+ P. oryzae . Semua isolat
DSE memiliki potensi untuk dikembangkan dalam penekanan patogen blas padi dan
memacu pertumbuhan tanaman padi.
Collections
- MT - Agriculture [3683]