Life Cycle Assessment pada Industri Pengalengan lkan di Muncar Banyuwangi Jawa Timur
Abstract
Sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar, salah satunya dapat ditemukan di kawasan pelabuhan perikanan Muncar. Pelabuhan yang terletak Banyuwangi dengan garis pantai terpanjang di provinsi Jawa Timur yaitu 291,5 km, yang memiliki potensi lestari sumberdaya ikan sebesar 743,83 ribu ton per tahun yang didominasi oleh ikan lemuru. Berdasarkan data perhitungan Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Kecamatan Muncar setiap hari minimal 61,22 ton ikan didaratkan di pelabuhan dan sekitar 90% nya dipasok ke beberapa industri perikanan setempat. Melimpahnya hasil tangkapan ikan ini memicu berdirinya berbagai industri perikanan, seperti pengalengan ikan. Terdapat 12 perusahaan pengalengan ikan berskala nasional di kecamatan Muncar. Namun sejak 10 tahun terakhir kondisi perikanan Muncar memburuk, pada tahun 2010 sampai 2011 total produksi Purse Seine menurun dari 17.679.012 kg/tahun menjadi 4.047.967 kg/tahun. Menurun nya sumberdaya ikan di Muncar terutama lemuru juga berkaitan dengan perkembangan industri perikanan yang bukan hanya memberikan keuntungan, tetapi juga berdampak negatif bagi lingkungan. Terkait hal ini, perlu perhatian khusus dari berbagai pihak termasuk pelaku usaha dan industri untuk ikut melakukan peningkatan pemahaman akan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan.
Life Cycle Assessment (LCA) merupakan metode yang dipilih untuk menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pengadaan bahan baku, proses produksi hingga pemakaian produk sehingga metode ini membutuhkan data input dan output secara lengkap. LCA terdiri dari empat tahap, yaitu penetapan tujuan dan ruang lingkup, inventarisasi daur hidup, analisis dampak dan analisis perbaikan. Kajian LCA pada penelitian ini menggunakan pembatasan masalah gate to gate, dan dianalisis dengan perangkat lunak SimaPro 9.0.0.29 PhD. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi input (resource) yang digunakan dan output (produk, produk samping, emisi dan limbah) yang dihasilkan dari proses produksi ikan kaleng lemuru, (2) menghitung besaran dampak dari daur hidup produksi ikan kaleng di industri perikanan terhadap lingkungan, (3) merumuskan strategi perbaikan dalam upaya penurunan dampak lingkungan akibat aktivitas pengolahan ikan kaleng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing subsistem tahapan pengolahan ikan kaleng lemuru memberikan kontribusi emisi yang berbeda. Output subsistem 1 (penerimaan, pelelehan, pemotongan dan pencucian) akan menjadi salah satu input pada subsistem 2 dan begitu pun selanjutnya, sehingga sesuai dengan prinsip kerja pengolahan data LCA menggunakan software SimaPro maka subsistem terakhir akan menjadi subsistem dengan kontribusi emisi terbesar, namun secara rinci emisi yang dihasilkan oleh masing-masing tahapan tetap dapat diamati. Berdasarkan hasil analisis, penggunaan energi listrik pada industri pengalengan ikan lemuru sangat besar dibanding yang lain. Kontributor terbesar berikutnya berasal dari energi panas. Sehingga keduanya berkontribusi cukup besar pada nilai GWP 100a, asidifikasi dan eutrofikasi. Total emisi dari keseluruhan subsistem yaitu, GWP 100a sebesar 499,81 CO2 eq; asidifikasi 2,76 SO2 eq; dan eutrofikasi 1,00 PO43- eq per ton produk yang dihasilkan. Nilai ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan penelitian lain yang sejenis, sehingga perlu adanya upaya untuk menurunkan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Strategi perbaikan lingkungan yang dapat dilakukan adalah, industri menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi listrik berupa energi angin. Persentase penurunan emisi setelah mensubtitusi energi listrik fosil dengan energi terbarukan berupa angin adalah adanya penurunan emisi GWP sebesar 44%, asidifikasi sebesar 61%, dan eutrofikasi sebesar 53%. Rekomendasi lain terkait tingginya emisi yang dihasilkan oleh energi panas boiler adalah dengan melakukan efisiensi penggunaan boiler. Saran yang dapat diberikan sesuai hasil penelitian sebaiknya adalah, industri pengalengan ikan lemuru dapat mengoptimalkan dan mengefisienkan sistem kerja peralatan produksi serta memanfaatkan energi buang yang masih memiliki potensi untuk menjadi subtitusi energi pada mesin produksi lain, sehingga akan meminimalkan kebutuhan energi dan pelepasan emisi yang dihasilkan. Hasil dari kajian LCA nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pelaksanaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) yang merupakan program KLHK untuk mendukung SDGs sebagai bentuk komitmen menjaga keberlanjutan lingkungan. The potential of Indonesian fishery resources is very large, one of them can
be found in the Muncar fishing port area. The port is located in Banyuwangi with
the longest coastline in the province of East Java, which is 291,5 km, with the
potential for sustainable fish resources of 743,83 thousand tons per year which are
dominated by lemuru fish. Based on the calculation data of the Muncar District
Fisheries Port Management Unit, at least 61,22 tons of fish are landed at the port
every day and about 90% of it is supplied to several local fisheries industries. The
abundance of fish catches has triggered the establishment of various fishing
industries, such as fish canning. There are 12 national scale fish canning companies
in Muncar district. However, for the last 10 years, the condition of Muncar fisheries
has deteriorated, in 2010 to 2011 the total production of Purse Seine decreased from
17.679.012 kg/year to 4.047.967 kg / year. The decline of fish resources in Muncar,
especially lemuru, is also related to the development of the fishing industry which
not only provides benefits but also has a negative impact on the environment.
Because of these problems, it needs special attention from various parties including
business and industry actors to participate in increasing understanding of the
importance of protecting the environment.
Life Cycle Assessment (LCA) is a method chosen to analyze the
environmental impact caused by the procurement of raw materials, the production
process, and the use of products. LCA consists of four stages, namely goal and
scope definition, life cycle inventory, impact assessment, and life cycle
interpretation. The LCA study in this research used the gate to gate boundary system
and was analyzed with SimaPro 9.0.0.29 PhD software. The aims of this study are
(1) to identify the inputs (resources) used and outputs (products, by-products,
emissions, and waste) resulting from the canned fish production process, (2) to
calculate the impact of the life cycle of lemuru canned fish production in the fishing
industry. towards the environment, (3) arrange improvement strategies to reduce
the environmental impact of canned fish processing activities.
The results showed that each subsystem of lemuru canned fish processing
stages contributed different emissions. The output of subsystem 1 (receiving,
melting, cutting, and washing) will be one of the inputs in subsystem 2 and the next
subsystem so that according to the working principle of LCA data processing using
SimaPro software, the last subsystem will be the subsystem with the largest
emission contribution. However, in detail, the emissions produced by each stage
can still be observed. Based on the analysis, the use of heat energy in the lemuru
canning industry is very large compared to others. The next biggest contributor is
going off electricity. So that both of them contribute quite a lot to the GWP value
of 100a, acidification, and eutrophication. The total emission from the entire
subsystem, namely, GWP 100a of 499,81 CO2 eq; acidification 2,76 SO2 eq; and
eutrophication 1,00 PO4
3- eq per tonne of product produced. This value is relatively
high when compared to other similar studies, so there is a need for efforts to reduce
the environmental impact.
The strategy for environmental improvement can be carried out by uses
renewable energy as a source of electrical energy in the form of wind energy. The
percentage of emission reduction after substituting fossil electricity with renewable
energy in the form of wind is a 44% reduction in GWP emissions, 61% acidification,
and 53% eutrophication. Another recommendation related to the high emissions
produced by boiler heat energy is to make efficient use of the boiler. The suggestion
that can be given according to the results of this research is that the lemuru fish
canning industry can optimize and streamline the production equipment work
system and utilize the waste energy which still has the potential to become an
energy substitute for other production machines so that it will minimize energy
requirements and the resulting emission release. The results of the LCA study are
expected to be used as material for the implementation of the Company
Performance Rating Assessment Program in Environmental Management
(PROPER), which is the Ministry of Environment and Forestry's program to
support the SDGs as a form of commitment to maintaining environmental
sustainability.