Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan untuk Tanaman Bawang Putih (Allium sativum L) di Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah
Date
2020Author
Mar'atusholikha, Vidya
Widiatmaka, Widiatmaka
Firmansyah, Irman
Metadata
Show full item recordAbstract
Garlic is one of the most popular agricultural commodities by the
community in daily life. The benefits of garlic other than as the main seasoning in
food can also be used as raw materials for herbal medicines. The average
consumption of Garlic per capita from 2013 to 2017 is 0.231 ounces, 0.300 ounces,
0.355 ounces and 0.359 ounces, and 0.313 ounces. The national garlic development
program by the Ministry of Agriculture in 2017 is conducting an acceleration
program for self-sufficiency in garlic with the goal of fulfilling consumption needs,
reducing imports, and self-sufficiency independently. Tegal Regency is one of the
regions in Indonesia that has the potential to develop Garlic. This research has the
aim of planning sustainable land use for garlic plants. To achieve the main
objectives, objectives such as (1) delineating land use/cover in Tegal Regency, (2)
analyzing the potential of land for garlic, (3) analyzing the sustainability of garlic
farming, (4) formulating strategies to increase garlic production. Delineation of
land cover/land use using SPOT 6 image interpretation in 2018. Analysis of land
availability is carried out using forest area status maps, land cover/land use maps,
and spatial plan maps that are overlaid to obtain land information available. Land
suitability evaluation is done by matching the plant growth requirements with the
characteristics and quality of garlic plant land. Sustainability analysis is carried out
using Multidimensional Scaling (MDS) through the MDS questionnaire, and
analysis of production improvement strategies using AHP-SWOT with Expert
choice.
The results of satellite imagery interpretation show that the largest area of
land cover is in a paddy field and built-up land with an area of 54 143 hectares and
14 533 hectares, respectively. The actual land suitability analysis shows that the
land in Tegal Regency is in the appropriate marginal class (S3) covering an area of
65 103 hectares, and not suitable (N) covering an area of 29 914 hectares. After an
effort was made to improve the limiting factor in each land suitability into potential
land suitability, the land suitability class increased to S2 and S3. The potential land
area in class S2 is 69 329 hectares and the land area in class S3 is 24 414 hectares.
Availability of land for the development of garlic covering an area of 3 419 hectares.
The available land area suitable for garlic development is on an area of 3 419
hectares, with a fairly suitable land suitability class (S2) and according to marginal
(S3). The most extensive land for S2 class is in Bojong District with an area of
744.9 hectares and the largest land for class S3 is in Kedungbanteng District with
an area of 512.5 hectares.
The results of the multidimensional analysis of the sustainability of garlic
farming in Tegal district show that its sustainability status is in the fairly sustainable
category with an index of 62.66. The sensitive attributes obtained from the
sustainability analysis are the use of waste, use of pesticides, agricultural extension,
land management, productivity, marketing reach. Product storage technology,
technology suitability and assistance, marketing agencies, import policies. The
intervention was carried out on sensitive leverage factors by implementing
moderate and progressive scenarios so that the sustainability status could be
v
increased to be sustainable with an index value of 75.46. The strategy to increase
garlic production obtained from the results of expert assessments resulted in the
following strategies: (1) Building partnerships continuously in development and
marketing between farmer groups and companies supported by the government and
universities (2) Increasing human resource capacity in the scope of Tegal Regency
for the development of garlic farming (3) Increasing and developing garlic products
by optimizing resources in Tegal Regency (4) Agricultural intensification with a
combination of farmer groups in order to increase quantity, quality and safety and
with environmental insight (5) Developing garlic products with research and
development from upstream to downstream (6) Utilizing technology and
information to manage farms (7) Updating the guidelines on local level Garlic
farming. Bawang putih adalah salah satu komoditas pertanian yang banyak digunakan
oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat dari bawang putih selain
sebagai bumbu utama dalam makanan, juga dapat digunakan sebagai bahan baku
obat herbal. Rata-rata konsumsi bawang putih perkapita dari tahun 2013 sampai
2017 yaitu 0.231 ons, 0.300 ons, 0.355 ons dan 0.359 ons dan 0.313 ons. Program
pengembangan bawang putih nasional oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2017
adalah melakukan program percepatan untuk swasembada bawang putih dengan
sasaran berupa pemenuhan kebutuhan konsumsi, penurunan impor dan
swasembada secara mandiri. Kabupaten Tegal merupakan salah satu wilayah di
Indonesia yang memiliki potensi untuk mengembangkan bawang putih. Penelitian
ini memiliki tujuan utama untuk merencanakan penggunaan lahan berkelanjutan
untuk tanaman bawang putih. Untuk mencapai tujuan utama, diperlukan tujuan
antara: (1) mendelineasi penggunaan/tutupan lahan di Kabupaten Tegal, (2)
menganalisis potensi lahan untuk bawang putih, (3) menganalisis keberlanjutan
usahatani bawang putih, (4) merumuskan strategi peningkatan produksi bawang
putih. Delineasi tutupan/penggunaan lahan menggunakan Citra SPOT 6 tahun 2018.
Analisis ketersediaan lahan dilakukan menggunakan peta status kawasan hutan,
peta tutupan/penggunaan lahan dan peta rencana pola ruang yang dioverlay untuk
mendapatkan informasi lahan tersedia. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan
mencocokkan antara syarat tumbuh tanaman dengan karakteristik dan kualitas
lahan untuk tanaman bawang putih. Analisis keberlanjutan dilakukan menggunakan
Multidimensional Scaling (MDS) melalui kuisioner MDS, dan analisis strategi
peningkatan produksi menggunakan AHP-SWOT dengan Expert choice.
Hasil interpretasi citra menunjukkan bahwa luas tutupan lahan paling besar
terdapat pada tutupan lahan sawah dan lahan terbangun dengan luas masing-masing
54 143 hektar dan 14 533 hektar. Analisis kesesuaian lahan aktual menunjukkan
bahwa lahan di Kabupaten Tegal berada pada kelas sesuai marjinal (S3) seluas 65
103 hektar, dan tidak sesuai (N) seluas 29 914 hektar. Setelah dilakukan usaha
perbaikan terhadap faktor pembatas pada masing-masing kesesuaian lahan menjadi
kesesuaian lahan potensial, kelas kesesuaian lahan meningkat menjadi S2 dan S3.
Luas lahan potensial pada kelas S2 seluas 69 329 hektar dan luas lahan pada kelas
S3 seluas 24 414 hektar. Ketersediaan lahan untuk pengembangan bawang putih
seluas 3 419 hektar. Luas lahan tersedia yang sesuai untuk pengembangan bawang
putih pada lahan seluas 3 419 hektar, dengan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai
(S2) dan sesuai marginal (S3). Lahan kelas S2 paling luas berada di Kecamatan
Bojong dengan luas 744.9 hektar dan lahan pada kelas S3 paling luas berada di
Kecamatan Kedungbanteng denga luas 512.5 hektar.
Hasil analisis keberlanjutan usahatani bawang putih di Kabupaten Tegal
secara multidimensi menunjukkan bahwa status keberlanjutannya berada pada
kategori cukup berkelanjutan dengan indeks 62.66. Atribut sensitif yang didapatkan
dari analisis keberlanjutan adalah pemanfaatan limbah, penggunaan pestisida,
penyuluhan pertanian, pengelolaan lahan, produktivitas, jangkauan pemasaran,
iii
teknologi penyimpanan hasil, kesesuaian teknologi dan bantuan, lembaga
pemasaran, kebijakan tentang impor. Intervensi yang dilakukan pada faktor
pengungkit yang sensitif dengan melakukan skenario moderat dan progresif
sehingga status keberlanjutan dapat ditingkatkan menjadi berkelanjutan dengan
nilai indeks 75.46.
Strategi peningkatan produksi bawang putih yang diperoleh dari hasil
penilaian pakar menghasilkan strategi: (1) Membangun mitra kerja secara terus
menerus dalam pengembangan dan pemasaran antara kelompok tani dengan
perusahaan yang di dukung oleh pemerintah dan perguruan tinggi (2)
Meningkatkan kapasitas SDM pada lingkup Kabupaten Tegal untuk Pengembangan
usahatani bawang putih (3) Meningkatkan dan mengembangkan produk bawang
putih dengan optimalisasi sumberdaya di Kabupaten Tegal (4) Intensifikasi
pertanian dengan gabungan kelompok tani dalam rangka meningkatkan kuantitas,
kualitas dan keamanan dan berwawasan lingkungan (5) Mengembangkan produk
bawang putih dengan penelitian dan pengembangan dari hulu sampai hilir (6)
Memanfaatkan teknologi dan informasi untuk mengelola usahatani (7)
Memperbaharui pedoman/SOP tentang usahatani Bawang Putih tingkat daerah.