Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan Akibat Pembangunan Light Rapid Transit (Studi Kasus Koridor Cawang – Bogor)
Date
2021-02Author
Azmi, Muhammad Irsyad
Widiatmaka
Munibah, Khursatul
Metadata
Show full item recordAbstract
Perubahan fungsi lahan yang disebabkan bertambahnya kepadatan
penduduk dan terbukanya akses transportasi akan berpengaruh pada berkurangnya
kapasitas dan kualitas lahan di daerah Jabodetabek. Data BPS menunjukkan laju
pertumbuhan penduduk di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 sebesar 1,07%,
berdasarkan proyeksi sensus tahun 2010. Angka ini berkurang apabila
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 - 2010 sebesar
1,41%. Berkurangnya laju pertumbuhan penduduk Provinsi DKI Jakarta
disebabkan masyarakat sekarang lebih memilih untuk tinggal di kota sekitar Jakarta
seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kota - kota yang menjadi penyangga
DKI Jakarta kemudian terus berkembang sehingga kebutuhan lahan permukiman
dan komersial, perkantoran di daerah tersebut juga terus bertambah. Oleh karena
itu, pembangunan LRT ini sebagai moda transportasi commuter dari Jakarta
menuju kota-kota penyangga.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk membangun model pengaruh LRT
terhadap perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan di sekitar stasiun LRT
dan dampaknya terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Untuk
mencapai tujuan utama tersebut, penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara
yaitu mengidentifikasi penggunaan dan penutupan lahan pada tahun 2011, 2014 dan
2018, mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 2011,
2014, 2018 dan faktor yang memengaruhinya, kemudian memodelkan penggunaan
lahan untuk tahun 2025 dengan skenario tanpa adanya stasiun LRT dan dengan
adanya stasiun LRT dan terakhir mengidentifikasi pengaruh pembangunan stasiun
LRT terhadap perubahan penggunaan lahan dan dampaknya terhadap faktor
ekonomi dan sosial.
Penelitian dilakukan pada daerah sekitar stasiun LRT koridor Cawang –
Bogor, terdapat 13 rencana stasiun LRT yang akan dibangun pada proyek LRT
koridor Cawang - Bogor dan dibagi dalam dua fase selama pembangunannya.
Rencana 13 stasiun tersebut berada pada Daerah Administratif Provinsi DKI Jakarta
dan Jawa Barat. Data yang digunakan pada analisis ini yaitu citra SPOT tahun 2011,
2014 dan 2018. Hasil interpretasi citra kemudian dibandingkan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi antara tahun 2011, 2014 dan 2018. Data perubahan tersebut
menghasilkan sebuah matriks perubahan yang kemudian dijadikan matriks
probabilitas untuk perubahan tahun selanjutnya. Pada penelitian ini matriks
probabilitas digunakan untuk membangun model penggunaan lahan tahun 2025
dengan dua skenario, yaitu (1) skenario tanpa stasiun LRT dan (2) skenario dengan
stasiun LRT. Pada skenario tanpa stasiun LRT digunakan tiga variabel yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yaitu jarak dari jalan tol, jarak dari
jalan arteri, dan jarak dari jalan kolektor. Pada skenario dengan stasiun LRT
digunakan 4 (empat) variabel yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
yaitu jarak dari stasiun, jarak dari jalan tol, jarak dari jalan arteri, dan jarak dari
jalan kolektor, hasil pemodelan akan diselaraskan dengan peta RTRW.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di wilayah sekitar
jalur LRT koridor Cawang – Bogor didominasi oleh penggunaan lahan bervegetasi,
pertanian lahan kering dan ruang terbuka hijau kemudian diikuti area pemukiman,
area komersial, perkantoran dan pemerintahan, penggunaan lainnya dan badan air
secara berurutan. Luasan daerah bervegetasi mengalami penurunan selama tahun
2011 hingga 2018, sedangkan daerah pemukiman, komersial, perkantoran dan
pemerintahan mengalami penambahan luasan. Berdasarkan model pendugaan
penggunaan lahan pada tahun 2025 pertumbuhan area pemukiman dan komersial
memiliki presentase masing - masing 5,47 % dan 11,30 %. Model pendugaan
dengan skenario tanpa stasiun LRT (lrts0) menghasilkan keselarasan sebesar 76,85
% dengan peta RTRW sementara model pendugaan dengan skenario adanya stasiun
LRT (lrts1) menghasilkan keselarasan sebesar 77,15 % dengan peta RTRW. Hasil
analisis keselarasan pendugaan penggunaan lahan menunjukkan adanya potensi
ketidaksesuaian terbesar pada area komersial, perkantoran, dan pemerintahan di
wilayah Kota Jakarta Timur. Potensi ketidaksesuaian area komersial, perkantoran,
dan pemerintahan terbesar terjadi pada jarak kurang dari 1.500 meter dari stasiun
LRT. Hasil dari analisis dampak sosial dan ekonomi menunjukkan warga sekitar
stasiun LRT setuju dengan adanya pembangunan stasiun LRT di dekat wilayah
mereka, dengan begitu adanya stasiun LRT dinilai dapat memberikan dampak
positif dari aspek sosial maupun ekonomi.