Show simple item record

dc.contributor.advisorSukenda, Sukenda
dc.contributor.advisorWidanarni, Widanarni
dc.contributor.advisorLusiastuti, Angela Mariana
dc.contributor.authorAgriandini, Maulina
dc.date.accessioned2021-02-04T06:50:40Z
dc.date.available2021-02-04T06:50:40Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105680
dc.description.abstractMycobacteriosis merupakan penyakit infeksius akibat infeksi Mycobacterium fortuitum yang telah teridentifikasi di Indonesia. Penyakit ini dapat merugikan pembudidaya dengan kematian yang cukup tinggi. Selain itu, ikan yang terinfeksi M. fortuitum dapat mengalami perubahan bentuk normal tubuh pada bagian luar maupun bagian dalam. Kerusakan dan kematian terjadi karena bakteri mampu masuk dan berkembangbiak yang disertai dengan penyebaran virulensi dalam tubuh ikan. Keganasan bakteri dapat dipengaruhi oleh jenis atau strain bakteri, jumlah bakteri, dan rute infeksi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui penyebaran infeksi mycobacteriosis pada ikan zebra dan ikan mas koki melalui perendaman, injeksi, dan intubasi oral. Namun, belum ada yang meneliti tentang hal tersebut pada ikan gurami yang terinfeksi M. fortuitum. Secara umum, siklus bakteri dalam tubuh ikan terbagi menjadi tiga siklus yaitu bakteri masuk, berkembangbiak dalam jaringan dan keluar dari tubuh ikan. Jika ikan tidak mampu mempertahankan diri maka akan terjadi kematian. Perjalanan bakteri dari awal menginvansi ikan hingga terjadi reaksi infeksi oleh inang disebut patogenesis. Telah banyak penelitian yang mempelajari patogenesis mycobacteriosis pada berbagai ikan air tawar maupun air laut, namun sampai saat ini belum ada yang mempelajari patogenesis pada ikan gurami. Penelitian ini menggunakan rute perendaman untuk mempelajari kejadian M. fortuitum pada ikan gurami secara alami. Rute perendaman dipilih untuk metode infeksi dikarenakan dapat mendeskripsikan suatu kejadian penyakit secara natural sebagai model infeksi. Selain itu, metode ini dapat menunjukkan reaksi dari pertahanan tubuh bagian luar setelah kontak langsung dengan bakteri. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik, rute infeksi, jalur masuk dan distribusi M. fortuitum pada jaringan tubuh ikan gurami serta respons fisiologis dan imun nonspesifik ikan terhadap infeksi. Manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu kajian dalam mengetahui informasi dasar tentang bakteri penyebab mycobacteriosis pada ikan gurami, dengan mengidentifikasi tahapan awal penyebaran M. fortuitum melalui model infeksi perendaman. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua tahapan penelitian. Tahap satu terbagi tiga grup perlakuan (lima perlakuan setiap grup) dan tiga ulangan, sedangkan tahap dua terbagi menjadi dua perlakuan dan empat ulangan. Materi uji dalam penelitian ini adalah ikan gurami (8.73 ± 0.17 cm dan 15.5 ± 0.26 g) dan M. fortuitum. Tahap satu dilakukan dengan cara menginfeksi ikan menggunakan bakteri melalui tiga rute infeksi yaitu perendaman, injeksi intraperitonial, dan intubasi oral. Konsentrasi bakteri yang diinfeksi ke ikan pada tahap satu penelitian yaitu 104 – 108 cfu mL-1 atau cfu ekor-1. Tahap dua dikerjakan dengan cara menginfeksi ikan menggunakan hasil penelitian lethal dose 50 (LD50) melalui rute perendaman. Parameter pengamatan pada tahap satu adalah kematian ikan dan LD50, sedangkan untuk tahap dua adalah jumlah koloni bakteri, gejala klinis, histopatologi, dan hematologi. Waktu pengamatan parameter tahap dua diamati setiap 6 jam pascainfeksi (jpi), 1, 2, 3, 6, 9, 12, 15, 18, dan 21 hari pascainfeksi (hpi). Seluruh data ditabulasi menggunakan microsoft excel dan dianalisis secara deskriptif, kecuali parameter hematologi dianalisis statistik menggunakan uji-t satu sampel. Hasil penelitian pengamatan karakteristik M. fortuitum menampilkan bahwa M. fortuitum merupakan Gram positif, dan berbentuk batang. M. fortuitum termasuk dalam Mycobacterium sp. yang tumbuh dengan cepat selama 4 hari di media sauton. Hasil tahap satu penelitian menunjukkan bahwa rute infeksi dan konsentrasi bakteri dapat mempengaruhi tingkat patogenisitas M. fortuitum. Semakin tinggi konsentrasi M. fortuitum maka semakin cepat terjadi kematian pada keseluruhan perlakuan. Ikan kontrol tidak mengalami kematian selama pemeliharaan. Hasil penelitian pada tahap dua menunjukkan bahwa jalur masuk M. fortuitum melalui insang dan kulit terdeteksi 6 jam setelah direndam selama 30 menit. M. fortuitum menyebar menuju hati dan ginjal melalui pembuluh darah yang terdeteksi 2 hari setelah infeksi. Organ usus diduga sebagai jalur keluar M. fortuitum yang terdeteksi pada 6 hari setelah infeksi. Gejala klinis yang tampak setelah infeksi 107 cfu mL-1 M. fortuitum adalah adanya luka dipermukaan tubuh ikan, sirip gripis dan warna tubuh berwarna pucat. Selain itu, ikan yang terinfeksi mengalami perubahan tingkah laku seperti cenderung berenang pasif diatas permukaan air dan nafsu makan menurun. Kerusakan jaringan secara mikroskopis menunjukkan adanya perubahan normal antara ikan tidak terinfeksi dan terinfeksi. Perubahan terjadi pada insang, hati, ginjal, dan usus. Keseluruhan organ terjadi hemoragi, selain itu pada organ hati dan ginjal terdapat granuloma yang ukurannya mencapai ≥50 µm. Respons ikan setelah infeksi ditunjukkan melalui parameter total eritrosit, hemoglobin dan hematokrit untuk mengevaluasi respons fisiologis, sedangkan total leukosit, aktivitas fagositik, dan respiratory burst untuk mengevaluasi respons imun nonspesifik ikan. Total eritrosit antara ikan tidak terinfeksi dan terinfeksi terdapat perbedaan signifikan (P < 0.05) pada hari ke-15, sedangkan hemoglobin dan hematokrit pada hari ke-2 setelah infeksi. Keseluruhan parameter masih dalam kondisi normal. Terdapat perbedaan parameter total leukosit dan aktivitas fagositik antara ikan yang tidak terinfeksi dan terinfeksi (P < 0.05) pada hari ke-3 setelah infeksi, namun parameter respiratory burst tidak mengalami perbedaan yang signifikan (P > 0.05). Total leukosit ikan tidak terinfeksi dan terinfeksi masih dalam kisaran normal akan tetapi ikan terinfeksi cenderung lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pertama, ikan yang diinfeksi menggunakan rute injeksi intraperitonial lebih cepat mengalami kematian dibandingkan dengan rute oral intubasi dan perendaman. Kedua, LD50 rute injeksi intraperitonial, intubasi oral, dan perendaman berturut-turut sebesar 106 cfu ekor-1, 107 cfu ekor-1, dan 108 cfu mL-1. Ketiga, M. fortuitum masuk melalui insang dan kulit kemudian menyebar ke hati dan ginjal melalui pembuluh darah dan dilepaskan melalui usus ikan. Keempat, Ikan gurami merespons infeksi secara nonspesifik (meningkatkan jumlah leukosit dan aktifitas fagositik) setelah diuji tantang menggunakan M. fortuitum.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKarakteristik, Rute Infeksi, Jalur Masuk dan Distribusi Mycobacterium fortuitum pada Jaringan Ikan Gurami (Osphronemus goramy)id
dc.title.alternativeCharacteristics, infection route, entrance portal, and tissue distribution of Mycobacterium fortuitum in gourami (Osphronemus gouramy).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordMycobacterium fortuitumid
dc.subject.keywordpatogenesisid
dc.subject.keywordrute infeksiid
dc.subject.keywordOsphronemus goramyid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record