Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwanto, Yanuar Jarwadi
dc.contributor.advisorSetiawan, Yudi
dc.contributor.authorDewantara, Ezra Fajar
dc.date.accessioned2021-01-30T06:36:41Z
dc.date.available2021-01-30T06:36:41Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105561
dc.description.abstractWaduk Jatiluhur sebagai salah satu waduk terbesar di Indonesia dan multifungsi, membendung aliran Sungai Citarum di kecamatan Jatiluhur, kabupaten Purwakarta provinsi JawaBarat.Waduk Jatiluhurmerupakan bendungan multiguna, dengan fungsi utamanya untuk memenuhi kebutuhan irigasi lahan persawahan sekitar 242.000 ha, pasokan air baku minum DKI Jakarta dan sekitarnya, pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendali banjir di Kabupaten Karawang, Bekasi dan Jakarta, pasokan air untuk industri dan untuk budidaya perikanan darat seluas 20.000 ha, untuk pariwisata dan olahraga air. Laju degradasi ekosistem Waduk Jatiluhur baik yang disebabkan oleh beban limbah masukan eksternal maupun internal merupakan permasalahan utama. Degradasi ekosistem waduk ini telah berdampak negatif baik terhadap perikanan itu sendiri dan fungsi-fungsi lain dari waduk. Perkembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) yang melebihi daya dukung perairan waduk telah berakibat terhadap penurunan produktivitas budidaya dan sering terjadi kematian ikan secara massal. Permasalahan yang sering terjadi di semua ekosistem perairan di Indonesia adalah eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sedimentasi, dan pencemaran. Degradasi akibat dari aktivitas KJA dan aktivitas masyarakat ini juga berdampak kepada tidak terkendalinya pertumbuhan eceng gondok. Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah jenis tumbuhan air yang umumnya dianggap sebagai gulma. Eceng gondok mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, cepat berkembang biak, dan mampu bersaing dengan kuat, sehingga dalam waktu yang singkat akan melimpah dan memenuhi perairan. Melimpahnya eceng gondok dapat menghambat suplai oksigen ke dasar, menghalangi penetrasi cahaya matahari yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan dapat menyebabkan pendangkalan pada badan air. Usaha untuk membasmi maupun menekan pertumbuhan eceng gondok telah dilakukan, tapi belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Pengendalian sekaligus pemanfaatan gulma air yang telah dilakukan antara lain untuk kompos, penjernih air, biogas, kertas, media pertumbuhan jamur merang, sebagai pakan unggas dan yang terbaru sebagai briket bahan bakar. Faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan eceng gondok menjadi tidak terkendali adalah kandungan nutrient yang terdapat didalam suatu perairan menjadi sumber utama eceng gondok tumbuh pesat satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Pengendalian eceng gondok perlu dilakukan untuk menekan atau mengurangi jumlah pertumbuhan eceng gondok agar perairan Waduk Jatiluhur serta eceng gondok dapat dimanfaatkan agar bernilai ekonomis dan tidak hanya menjadi gulma pada perairan khususnya perairan Waduk Jatiluhur. Sistem informasi geografis (SIG) telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai bidang kajian. Analisis dengan SIG ini selain dapat memberikan tampilan secara utuh dalam suatu kawasan, juga pembaharuan analisis dapat dengan mudah dilakukan jika tersedianya data terkini. ii Hasil penelitian menunjukan luasan pertumbuhan eceng gondok periode 2013-2019 memiliki rata-rata luasan sekitar 247.47 ha, dengan luasan terendah yaitu sekitar 157.92 ha ditahun 2014 dan luasan tertinggi yaitu sekitar 441.65 ditahun 2019. Nilai statistik tingkat kerapatan eceng gondok dengan nilai min: - 0.21, max: 0.66, mean: 0.15 dan standar deviasi: 0.18 Eceng gondok banyak tumbuh didaerah sekitar inlet waduk, sekitar daerah KJA serta hampir diseluruh tepian badan air waduk. Faktor aliran air masuk ke dalam waduk membawa nutrient dan aktivitas KJA menyebabkan pertumbuhan eceng gondok sangat pesat didaerah sekitar inlet dan KJA dariWaduk Jatiluhur. Strategi yang didapat hasil perumusan menggunakan SWOT ialah pihak petani KJA diharapkan mulai menerapkan sistem smart KJA yang diprakarsai oleh pihak BP2KSDI. Perlu dilakukannya peningkatan dalam pengelolaan DAS Citarum oleh pemerintah masing-masing daerah agar perairan Citarum yang masuk ke badan air Waduk Jatiluhur menjadi lebih bersih. Perlu adanya lembaga yang menaungi langsung secara keseluruhan dan memfasilitasi dalam pemanfaatan eceng gondok agar tidak hanya menjadi gulma dalam perairan. Hal ini akan berjalan maksimal jika seluruh stakeholder, pemerintah dan masyakarat saling bersinergi dalam memanfaatkan dan mengelola waduk.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcNatural Resource Management and Environmentid
dc.titleStrategi Pengendalian Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Di Perairan Waduk Jatiluhurid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordWaduk Jatiluhurid
dc.subject.keywordSWOTid
dc.subject.keywordEceng Gondokid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record