Show simple item record

dc.contributor.advisorSupriyono, Eddy
dc.contributor.advisorWidanarni
dc.contributor.authorSaktya, Bayu Aji
dc.date.accessioned2021-01-30T03:26:13Z
dc.date.available2021-01-30T03:26:13Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105532
dc.description.abstractLobster merupakan salah satu komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi di dunia dan memiliki jumlah tangkapan terbesar. Lobster P. homarus merupakan jenis lobster yang banyak ditemukan di pesisir selatan Jawa. Hingga saat ini, komoditas lobster kebanyakan masih diperoleh dari hasil tangkapan sedangkan status perikanan lobster saat ini telah masuk dalam kategori overfishing. Alternatif produksi lobster yang berkelanjutan telah dilakukan dengan penerapan budidaya pada karamba jaring apung. Budidaya dengan sistem ini memiliki kelemahan antara lain kurang aman dan berpotensi mencemari lingkungan perairan. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah budidaya dengan sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) atau sistem resirkulasi dengan wadah terkontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan warna wadah terhadap respons fisiologis dan kinerja produksi lobster P. homarus yang dipelihara dalam wadah terkontrol. Penelitian dilakukan dengan skema rancangan acak lengkap (RAL) denganempat perlakuan dan dua ulangan. Lobster P. homarus dengan bobot rata-rata 74,91 ± 23,9 g dan panjang rata-rata 12,58 ± 1,4 cm dipelihara dalam sistem resirkulasi dengan padat tebar 10 ekor/wadah. Wadah yang digunakan berukuran 1,2×0,95×1 m3 dengan volume 800 liter. Masing-masing wadah dipasang satu aerator jenis diffuser, masing- masing satu protein skimer dan satu kontainer filter. Wadah yang berwarna putih sebagai warna asli wadah digunakan sebagai kontrol.Warna yang digunakan sebagai perlakuan adalah warna merah, biru dan hitam. Wadah yang digunakan sebagai perlakuan diberi plastic sheet berbahan soft fiber berwarna merah, biru dan hitam masing-masing untuk memberikan efek warna wadah merah, biru dan hitam. Masing-masing perlakuan diberi label dengan huruf A untuk warna putih, B untuk warna merah, C untuk warna biru dan D untuk warna hitam. Lobster diberi pakan berupa ikan rucah sebanyak 3% dari biomassa yang dilakukan sehari sekali pada pukul 18:00 WIB. Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi kualitas air media pemeliharaan, respons fisiologis dan kinerja produksi lobster pasir. Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, salinitas, dissolved oxygen (DO), pH, ammonia, nitrit, nitrat, dan total ammonia nitrogen (TAN). Respon fisiologis yang diamati meliputi jumlah Total Hemocyte Count (THC) dan glukosa hemolymph. Pengambilan hemolymph dilakukan menggunakan syringe dari bagian dasar kaki jalan terakhir lobster. Parameter kinerja produksi yang diamati meliputi pertambahan bobot, pertambahan panjang total, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan, dan tingkat kelangsungan hidup. Parameter respon fisiologis dan kinerja produksi diamati setiap 10 hari. Nilai parameter kualitas air media pemeliharaan selama penelitian masih dalam kondisi layak untuk budidaya lobster. Nilai pH berkisar 7,3-7,9, DO 4,2-5,8 mg/L, salinitas 25,5-29 g/L, suhu 27,2-28,6°C, berada dalam kisaran yang layak untuk kehidupan dan pertumbuhan lobster. Respons perbedaan warna wadah terhadap THC pada hari ke-10 berkisar antara 0,3×107 sel/ml sampai 0,76×107 sel/ml dimana jumlah tertinggi terdapat pada perlakuan C dan yang terendah adalah pada perlakuan A. Jumlah THC pada hari ke-20 memiliki nilai dengan interval yang relatif dekat yaitu antara 0,42×107 sel/mL sampai 0,62×107 sel/mL, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A dan terendah pada perlakuan C. Jumlah THC pada hari ke-30 berada pada interval yang dekat antara keempat perlakuan yaitu berkisar antara 0,47×107 sel/mL dan 0,54×107 sel/mL. Respons glukosa hemolymph lobster P. homarus selama pemeliharaan berkisar 2 mg/dL - 13 mg/dL. Respons glukosa mengalami peningkatan pada hari ke-10 dan cenderung menurun hingga mencapai interval yang relatif dekat pada hari ke-30 (2 mg/dL – 5,5 mg/dL). Nilai glukosa hemolymph tertinggi terdapat pada perlakuan D pada hari ke- 10 sebesar 13 mg/dL. Nilai glukosa kemudian menurun dimana pada hari ke-20. Nilai glukosa tertinggi pada perlakuan D (6,5 mg/dL ) dan nilai terendah adalah pada perlakuan C (4 mg/dL). Nilai glukosa pada hari ke-30 memiliki interval yang semakin dekat yaitu terendah pada perlakuan B dan D sebesar 2 mg/dL dan tertinggi pada perlakuan A sebesar 5 mg/dL. Warna wadah pemeliharaan mempengaruhi kinerja produksi lobster pasir. Lobster perlakuan A (warna putih) mengalami pertambahan panjang dan bobot yang paling baik diikuti dengan lobster pada perlakuan B (warna merah), perlakuan C (warna biru) dan terendah pada perlakuan D (warna hitam). Nilai konversi pakan dan kelangsungan hidup pada perlakuan A juga lebih baik dibandingkan dengan perlakuan B, C dan D. Lobster P. homarus yang dipelihara pada wadah biru dan hitam menunjukkan adanya respons stress yang lebih tinggi daripada lobster pada warna wadah merah dan putih ditunjukkan pada nilai THC dan glukosa hemolymph yang relatif tinggi pada kedua perlakuan tersebut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAquaculture Sciencesid
dc.titleEvaluasi Perbedaan Warna Wadah terhadap Kinerja Produksi Pendederan Lobster Pasir Panulirus homarus pada Wadah Terkontrolid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBackground colorsid
dc.subject.keywordP. homarusid
dc.subject.keywordphysiological responseid
dc.subject.keywordproductivityid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record