Implementasi Kebijakan dan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Perkebunan Nusantara V Provinsi Riau
Abstract
Implementasi kebijakan CSR merupakan kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya yang dijalankan sesuai kepatutan dan kewajaran. Provinsi Riau merupakan provinsi dengan luas perkebunan kelapa sawit terbesar dan provinsi ketiga dengan perusahaan kelapa sawit terbanyak di Indonesia sehingga implementasi kebijakan CSR salah satu yang paling banyak dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit berada di Provinsi Riau. Namun demikian, implementasi kebijakan CSR yang berbasis pemberdayaan kurang diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian yang menemukan rendahnya kegiatan pemberdayaan dari perkebunan kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penelitian terkait implementasi kebijakan CSR yang dilakukan perkebunan kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja implementasi kebijakan dan program CSR perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau. Penelititan ini dilakukan pada perusahaan BUMN (PTPN V) dengan mengambil empat contoh unit kebun berdasarkan purposive sampling yang dilihat dari perbedaan lokasi kehidupan masyarakat, 3 unit kebun berada di Kabupaten Kampar, dan satu unit kebun di Kabupaten Rokan Hilir. Pengambilan responden dilakukan dengan purposive sampling sesuai dengan lokasi perusahaan melaksanakan program CSR. Analisis data dilakukan dengan metode analisis supply-demand yang memerbandingkan antara persepsi perusahaan dan masyarakat. Komponen penyusun kuisioner untuk menilai persepsi terdiri atas penjabaran pernyataan yang diambil dari Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 sebagai turunan dari UU No 40 Tahun 2007 terkait pelaksanaan CSR dan komponen lainnya yang bersumber dari beberapa literatur buku yang menjelaskan pelaksanaan CSR secara baik. Selain itu digunakan pula kuisioner untuk melihat persepsi masyarakat terhadap program pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan.
Data persepsi diolah dengan SPSS untuk mendapatkan diagram analisis supply-demand sehingga tergambarkan strategi peningkatan kinerja yang dapat dilakukan perusahaan. Antara lain, indikator-indikator yang berkinerja baik sehingga harus dipertahankan, indikator-indikator yang berkinerja sangat buruk sehingga harus menjadi prioritas utama perbaikan, indikator-indikator yang berkinerja buruk sehingga menjadi prioritas rendah perbaikan, dan indikator-indikator yang dibiarkan untuk terus dilaksanakan. Persepsi terhadap pemberdayaan digambarkan dalam persentase kategori persepsi.
Hasil diagram kartesius analisis supply-demand menunjukkan bahwa secara umum implementasi kebijakan dan program CSR perusahaan tergolong baik. Hal ini ditunjukkan oleh hanya enam indikator saja yang tergolong dalam prioritas utama untuk ditingkatkan, dari 33 indikator yang diteliti. Indikator yang harus menjadi perhatian utama perusahaan adalah kurang tersebarnya informasi terkait pelaksanaan implementasi CSR perusahaan. Pada tingkat persepsi terhadap pemberdayaan, perusahaan juga tergolong cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan lebih besarnya persepsi positif masyarakat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) secara umum, kinerja implementasi kebijakan CSR yang dilakukan oleh perusahaan sudah tergolong baik, artinya banyak aspek dan indikator dalam parameter implementasi CSR yang perlu dipertahankan dan hanya ada beberapa aspek dan indikator yang perlu menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan terkait transparansi, pelaksanaan CSR di bidang lingkungan, dan pemberdayaan, (2) persepsi masyarakat terhadap tingkat pemberdayaan cenderung positif, (3) kegiatan implementasi CSR yang dilaksanakan perusahaan lebih dalam bentuk charity dibandingkan pemberdayaan yang bersifat berkelanjutan, dan (4) transparansi dan keterbukaan informasi yang lebih luas dan intens menjadi poin penting untuk menjangkau sasaran pemberian CSR yang lebih baik dan luas. Penelitian ini merupakan langkah awal pengetahuan akan pentingnya pengoptimalan implementasi kebijakan dan program CSR. The implementation of CSR is a corporate social responsibility obligation to the surrounding environment that is carried out according to propriety and fairness.
Riau Province is the province with the largest oil palm plantation area and the third province with the most palm oil companies in Indonesia, hence the implementation of CSR policies is one of the most widely carried out by oil palm companies in Riau Province. However, the implementation of empowerment-based CSR is not given enough attention, indicated by the low empowerment activities performed by the oil palm companies. Therefore, a research is required related to the implementation of CSR by oil palm companies in Riau Province. This study aims to analyze the oil palm plantation company’s performance on the implementation of CSR policies and programs in Riau Province. This research was conducted in PTPN V, an oil palm state-owned company, specifically in four samples of plantation estate based on purposive sampling, 3 estates in Kampar District and one estate in Rokan Hilir Regency. Respondents were selected using purposive sampling in accordance to the location where the CSR programs were implemented. Data analysis was performed using the supply-demand analysis method, which compared the perceptions of the company and the local community. The compilation component of the questionnaire to assess perceptions consisted of the elaboration of statements taken from the Government Regulation No. 47 of 2012 as a derivative of Act No. 40 of 2007 related to the implementation of CSR and other components sourced from several literatures that explained the implementation of proper CSR. In addition, questionnaires were also applied to gather information on people's perceptions of the empowerment programs implemented by the company.
Perceptions data were processed using SPSS to obtain a supply-demand analysis diagram to provide insights into the performance improvement strategies that can be carried out by the company. Among these,include, indicators that performed well, thus must be maintained; indicators that performed very poorly, which indicated the main priorities for improvement; indicators that performed poorly. indicating low priorities for improvement; and indicators that were left to continue to be implemented. Perceptions on empowerment were described in the percentage of perception categories.
The results of the cartesius diagram of supply-demand analysis showed that in general, the implementation of the CSR policies and programs was categorized as good. This was indicated by six indicators classified as top priorities for improvement out of the 33 indicators studied. The indicator which should be the company's main concern is the lack of information dissemination related to the implementation of the company's CSR. Related to the perception of empowerment, the categorization is also as indicated by the greater positive community’s perceptions. This research concluded that (1) the performance of CSR policy implementation carried out by the company was classified as good, suggesting only a few aspects and indicators that should be the main priority to be improved related to transparency, CSR implementation in the environmental sector, and empowerment, (2) community perception on empowerment was classified as good, implying positive perceptions, (3) CSR implementation activities carried out by the company are more classified in the form of charity rather than empowerment (more sustainable), and (4) better transparency and openness and more intense information were important points for reaching better and broader targets for CSR. This research is the first step in justifying the importance of optimizing the implementation of CSR policies and programs.