Show simple item record

dc.contributor.advisorBriawan, Dodik
dc.contributor.advisorSudikno
dc.contributor.authorHeryanda, Mahfuzhoh Fadillah
dc.date.accessioned2021-01-11T00:15:59Z
dc.date.available2021-01-11T00:15:59Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105167
dc.description.abstractKepatuhan terhadap Alternate Healthy Eating Index (AHEI) 2010 dalam mengevaluasi kualitas diet dapat memengaruhi kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe dua (DMT2), yang berisiko pada penyakit komplikasi dan kematian (Coppel et al. 2010). Diet kaya akan konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan; konsumsi rendah daging merah/olahan dan minuman berpemanis telah terbukti meningkatkan kontrol glikemik serta menurunkan risiko penyakit komplikasi pada penderita DMT2 (Ley et al. 2014). Penelitian mengenai penilaian kualitas diet pada penderita DMT2 di antaranya telah dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris (Andrews et al. 2011; Berkowitz et al. 2014). Sementara, di Indonesia penelitian mengenai penilaian kualitas diet menggunakan instrumen AHEI-2010 belum banyak digunakan, khususnya pada orang setelah diagnosa DMT2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan perubahan kualitas diet dengan kadar glukosa darah penderita DMT2 pada orang dewasa selama dua tahun pemantauan. Tujuan khusus penelitian ini yaitu 1) Menganalisis perubahan kualitas diet penderita DMT2; 2) Menganalisis perubahan kadar glukosa darah penderita DMT2; 3) Menganalisis hubungan perubahan kualitas diet dengan kadar glukosa darah penderita DMT2. Penelitian ini dianalisis menggunakan data sekunder dari “Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular” oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Subjek yang memenuhi syarat adalah 105 penderita DMT2 usia 25-65 tahun. Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui food recall 24 jam. Penilaian kualitas diet mengacu pada AHEI-2010 (terdiri dari 11 komponen) yang telah dimodifikasi berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang Indonesia terutama pada porsi komponen pangan (Kemenkes RI 2014). Kandungan polyunsaturated fatty acids (PUFA), lemak trans dan omega 3 dikonversi menggunakan food composition table Australia, Thailand dan USDA (AUSNUT 2016; Judprasong et al. 2018; USDA 2019). Kadar glukosa darah diperiksa melalui glukosa darah puasa (GDP) dan glukosa darah dua jam setelah pembebanan glukosa 75 g (GD2PP). Data konsumsi pangan dan kadar glukosa darah diambil sebanyak dua kali yaitu saat pertama kali didiagnosa (Awal pemantauan) dan dua tahun setelah diagnosa DMT2 (Akhir pemantauan). Wilxocon test, paired t-test, independent sample t-test, one way anova test dan regresi linier Generalized Estimating Equation (GEE) digunakan dalam analisis ini. Hasil penelitian menunnjukkan sebagian besar jenis kelamin subjek adalah perempuan dan berusia ≥45 tahun, menempuh pendidikan terakhir sampai dengan tamat SLTP/sederajat dan tamat SLTA/sederajat, memiliki status bekerja. Mayoritas subjek memiliki perilaku yang baik ditandai dengan tingkat aktivitas fisik cukup, tidak memiliki kebiasan merokok dan status kesehatan mental yang baik. Akan tetapi lebih sedikit subjek yang menggunakan terapi diabetes dalam pengendalian kadar glukosa darah. Lebih dari setengah subjek tidak memiliki iii riwayat diabetes keluarga. Status obesitas pada sebagian subjek masih tinggi dengan rata-rata IMT 28.4 kg/m2. Total skor dari kualitas diet lebih tinggi pada awal pemantauan 54.9 dibandingkan akhir pemantauan 53.8. Total skor kualitas diet menurun 1.1 poin (kualitas diet memburuk) dan tidak terdapat perbedaan atau penurunan signifikan (p≥0.05). Sebanyak 53.5% subjek menunjukkan skor menurun (kualitas diet memburuk) dan 46.7% menunjukkan skor meningkat (kualitas diet membaik). Perubahan dalam kualitas diet dapat terjadi karena menurunnya konsumsi sayur-sayuran, meningkatnya konsumsi daging merah/olahan dan natrium. Hal ini dapat menyumbang penurunan total skor dari kualitas diet atau mengarah pada perubahan kualitas diet yang memburuk. Penurunan skor yang signifikan hanya terjadi pada komponen daging merah/olahan (p<0.05), sementara untuk komponen lainnya (sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, minuman berpemanis, kacang-kacangan, lemak trans, omega 3, PUFA, natrium dan alkohol) tidak menunjukkan penurunan atau peningkatan dan perbedaan yang signifikan (p≥0.05) pada awal hingga akhir pemantauan. Selama masa pemantauan, subjek memiliki kepatuhan yang rendah terhadap kualitas diet. Berdasarkan total energi dan zat gizi makro (protein, lemak dan karbohidrat) diketahui bahwa pada akhir pemantaun memiliki rata-rata yang lebih tinggi daripada awal pemantaun. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dan perbedaan signifikan pada energi, protein dan lemak (p<0.05), tetapi tidak dengan karbohidrat (p≥0.05). Kadar GDP 112.7 mg/dL dan GD2PP 225.3 mg/dL pada awal pemantauan lebih rendah dibandingkan kadar GDP 123.5 mg/dL dan GD2PP 228.9 mg/dL pada akhir pemantauan. Kadar GDP dan GD2PP mengalami peningkatan (kontrol glikemik buruk), masing-masing sebesar 10.8 mg/dL dan 3.6 mg/dL, akan tetapi tidak menunjukkan peningkatan dan perbedaan yang signifikan pada awal dan akhir pemantauan (p≥0.05). Subjek belum dapat mengendalikan kadar glukosa darah dengan baik untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nomal. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan kualitas diet dengan kadar GDP dan GD2PP (p≥0.05). Meskipun demikian, diketahui bahwa perubahan menurun dari kualitas diet selama pemantauan berkontribusi terhadap peningkatan kadar GDP 12.1 mg/dL dan kadar GD2PP 17.8 mg/dL yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perubahan meningkat dari kualitas diet. Hubungan yang tidak signifikan terjadi karena skor perubahan dalam kualitas diet mungkin terlalu kecil. Akan tetapi, hubungan signifikan terjadi antara terapi diabetes dan status obesitas dengan kadar GDP (p<0.05). Rekomendasi diet yang perlu diperbaiki bagi penderita diabetes adalah hindari konsumsi minuman instan berpemanis atau yang mengandung gula, meningkatkan konsumsi sayur-sayuran setidaknya dua porsi/hari, buah-buahan segar yang mengandung fruktosa rendah-sedang (jeruk, pisang dan papaya) setidaknya lima porsi/hari, kacang-kacangan setidaknya dua porsi/hari, pangan yang mengandung omega 3 dan omega 6 (biji-bijian utuh, ikan segar dan minyak ikan), serta membatasi konsumsi lemak trans (pangan digoreng dengan cara deep frying dan produk-produk pangan yang diolah menggunakan HVO seperti biskuit, krakers, chips).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcNutrition Scienceid
dc.titleHubungan Perubahan Kualitas Diet dengan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe Dua pada Orang Dewasa.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddewasaid
dc.subject.keyworddiabetes melitusid
dc.subject.keywordhealthy eating index Indonesiaid
dc.subject.keywordkualitas dietid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record