Respon Agronomi Beberapa Varietas Padi pada Sistem Ratun Salibu.

Abstract

Meratun adalah kemampuan tanaman padi untuk meregenerasi anakan baru setelah panen. Sistem ratun salibu merupakan ratun yang dimodifikasi dengan hasil yang lebih tinggi daripada sistem non-salibu (tidak ada pemotongan ulang setelah panen). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon agronomi beberapa varietas padi pada sistem ratun salibu. Penelitian ini dilaksanakan di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, pada bulan Agustus 2019 sampai Maret 2020 menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor, yaitu varietas. Perlakuan pemotongan salibu generasi pertama dimulai dengan memanen tanaman induk pada 132 HSS (Hari Setelah Semai) pada ketinggian 20 cm, kemudian memotong ulang 7 HSP (Hari Setelah Panen) pada ketinggian 3-5 cm. Perlakuan pemotongan salibu generasi kedua dimulai dengan memanen tanaman salibu generasi pertama pada saat berumur 94 HSP-TI (HSP tanaman induk), kemudian memotong ulang 7 HSP-S1 (HSP salibu generasi pertama). Bahan tanaman yang digunakan adalah empat varietas padi, yaitu varietas inbrida (Inpari 43, Ciherang) dan varietas lokal (Batang Piaman, Ketan Lokal Grendel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Batang Piaman menghasilkan respon agronomi terbaik pada sistem ratun salibu karena memberikan produktivitas 60% (4.54 ton ha-1) pada salibu generasi pertama dan 62.5% (4.76 ton ha-1) pada salibu generasi kedua, serta varietas Ketan Grendel yang memberikan hasil 70.5% (4.50 ton ha-1) pada salibu generasi pertama dan 55% (3.52 ton ha-1) pada salibu generasi kedua.