Desain Model Pengelolaan Distribusi Pangan di Kabupaten Halmahera Selatan.
View/ Open
Date
2020Author
Bahri, Syamsul
Pramudya, Bambang
Darmawati, Emmy
Sutrisno
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Halmahera Selatan adalah salah satu dari sembilan kabupaten kota dalam wilayah provinsi Maluku Utara dengan jumlah pulau terbanyak. Terdapat 371 pulau di mana 40 diantaranya berpenghuni, pulau-pulau tersebut menyebar dan membentuk gugus pulau, oleh Pemerintah Halmahera Selatan kemudian membagi kesatuan wilayahnya menjadi 4 wilayah pengembangan atau gugus pulau yaitu wilayah pengembangan Pulau Bacan, wilayah pengembangan Makean Kayoa, wilayah pengembangan Gane dan wilayah pengembangan Pulau Obi. Penentuan gugus-gugus tersebut didasarkan terutama pada jarak antar pulau, titik pusat ekonomi dan tingkat aksesibilitas (ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau).
Konsep ini belum mampu menjamin ketersediaan pangan pokok dan mengendalikan margin harga bahkan dalam satu gugus pulau. Beragam kajian menyangkut distribusi pangan telah banyak dilakukan, beragam metode digunakan untuk mencari solusi pada masalah distribusi, setiap metode memiliki masing-masing ruang lingkupnya. Sementara itu, kajian permasalahan distribusi pada wilayah kepulauan dengan sumberdaya yang terbatas dan bersifat parsial. Kajian secara spesifik, konprehensif dan terintegrasi harus dilakukan berdasarkan pada karakter kewilayahan yang spesifik yaitu kepulauan.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu model pengelolaan distribusi pangan berbasis kepulauan di Kabupaten Halmahera Selatan. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah 1) Mengkaji situasi terkait distribusi pangan, 2) Mengkaji sistem distribusi pangan, dan 3) Mendesain Model pengelolaan distribusi pangan. Sedangkan output dari penelitian ini yaitu terciptanya sebuah model yang dapat digunakan untuk mengatur sistem distribusi dan menjamin ketersediaan pangan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Selatan .
Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan metode survai. Studi pustaka digunakan untuk mendapatkan data sekunder meliputi profil wilayah, demografi, konsumsi pangan, ketersediaan pangan/produksi, status gizi serta kebijakan dan program, sedangkan survai lapang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan untuk verifikasi model, survai lapang dilakukan dengan observasi, wawancara dan pengisian kuisioner terhadap para pakar dan pemangku kepentingan yang berperan dalam distibusi pangan. Analisis situasi terkait distribusi pangan dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan identifikasi kondisi atau gambaran umum Kabupaten Halmahera Selatan yang mencakup kondisi fisik, ekonomi, sosial, dan demografi secara deskriptif terhadap data yang terdapat dalam Kabupaten Halmahera Selatan dalam angka. Tahapan analisis sistem menggunakan metode pendekatan sistem yang terdiri dari analisis kebutuhan, identifikasi, diagram alir sebab akibat dan black box diagram. model dirancang terdiri dari tiga submodel, yaitu submodel produksi, submodel konsumsi dan submodel distribusi.
Produksi padi sawah di Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2015 sebesar 4,381 ton yang dipanen dari areal seluas 1,165 ha atau rata-rata 3,76 ton/ha.
Sedangkan produksi padi ladang sebesar 1,528 ton dengan luas panen 648 ha atau rata-rata produksi 2.36 ton/ha. Tanaman ubi kayu merupakan komoditas tanaman palawija yang memiliki nilai produksi paling besar di Kabupaten Halmahera Selatan sebesar 45,832 ton dengan luas panen 1,881 ha atau rata-rata 24.37 ton/ha.
Hasil optimasi kebutuhan pangan untuk kabupaten Halmahera Selatan pada kondisi existing menunjukkan nilai konsumsi beras pada 149.01 g/kap-hari. Jika pola konsumsi pangan berubah sebagai akibat dari kebijakan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis budaya dan potensi wilayah Kabupaten Halmahera Selatan yaitu dengan menurunkan batas maksimum proporsi jumlah kalori konsumsi beras sehingga interval proporsi konsumsi menjadi 20.31-30.31%, maka akan terjadi penurunan konsumsi beras secara derastis dari 54.39 kg/kap/tahun menjadi 43.61 kg/kap/tahun. Sebaliknya jika pola konsumsi mengikuti trend komsumsi beras yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat yaitu dengan menaikkan batas maksimum proporsi jumlah kalori konsumsi beras sehingga interval proporsi konsumsi menjadi 30.31-35.31% maka akan terjadi peningkatan komsumsi beras mencapai 62.68 kg/kap/tahun.
Dari 30 kecamatan di Kabupaten Halmahera Selatan, hanya Kecamatan Gane Timur dan Bacan Timur Tengah yang mengalami surplus beras. Data tersebut menunjukkan bahwa neraca produksi dan konsumsi adalah defisit, di mana estimasi produksi tahun 2020 hanya sebesar 2,677 ton sedangkan konsumsi sebesar 12,686.10 ton sehingga defisit mencapai 10,009.30 ton.
Lokasi pusat distribusi untuk gugus pulau Kayoa-Makean adalah Kecamatan Kayoa. Untuk gugus pulau Bacan-Kasiruta di Kecamatan Bacan. Pusat distribusi untuk gugus pulau Obi ditetapkan di Kecamatan Obi. Pusat distribusi untuk gugus Pulau Gane ditetapkan di Kecamatan Gane Barat.
Total biaya distribusi untuk Kabupaten Halmahera Selatan hasil simulasi dengan menggunakan pusat distribusi pada setiap GP yaitu dengan skenario berupa strategi menurunkan tingkat konsumsi dan meningkatkan produksi beras pada angka Rp 7.59 milyar pada tahun 2020, , sedangkan jika mengikuti pola lama yaitu dengan menggunakan jalur distribusi terpusat di Kota Labuha, total biaya distribusi beras pada tahun 2020 yaitu sebesar Rp. 10.19 milyar. Model distribusi dengan menggunakan pola GP mampu menurunkan biaya distribusi hingga 23.85%
Dengan menurunkan biaya distribusi, meningkatkan kemampuan beli masyarakat demikian pula akses yang lebih mudah karena pusat distribusi berada pada gugus pulau, maka model pengelolaan distribusi pangan menggunakan GP di Kabupaten Halmahera Selatan lebih efektif dan efisien dibanding model pengelolaan distribusi pangan saat ini.