Show simple item record

dc.contributor.advisorKamal, Mohammad Mukhlis
dc.contributor.advisorZairion
dc.contributor.authorSagala, La Ode Syahlan S.
dc.date.accessioned2020-12-06T03:27:06Z
dc.date.available2020-12-06T03:27:06Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104202
dc.description.abstractStadia larva pada ikan merupakan pasca menetas setelah stadia telur yang organ tubuhnya belum lengkap seperti ukuran anak dan induknya serta berperan penting dalam rekrutmen. Secara morfologi, perkembangan stadia larva ikan terbagi dua fase yaitu pro-larva dan post-larva. Berdasarkan perkembangan tulang vertebrata bagian ekor, fase pro-larva dapat dikategorikan dalam tiga tahap yaitu pre-flexion, flexion dan post-flexion sedangkan fase post-larva digolongkan tahap perkembangan ekor sudah terbentuk sempurna dan mulai aktif berenang. Riset stadia larva ikan telah lama dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu sejak 10 tahun terakhir di beberapa wilayah perairan Indonesia. Namun, riset khususnya di perairan pesisir Lampung Timur saat ini informasinya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan menganalisis komposisi, kelimpahan, distribusi dan struktur komunitas larva ikan di perairan pesisir Lampung Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun 2017, bertempat di perairan pesisir Lampung Timur, Provinsi Lampung dan diwakili dua periode musim yang berbeda yaitu musim timur (Bulan Juni) dan musim peralihan (Bulan September). Pengambilan sampel dilakukan di sembilan stasiun pengamatan dan pada representasi dua musim (musim timur dan musim peralihan). Ke sembilan stasiun pengamatan berada dalam tiga lokasi perairan dengan jarak tertentu dari garis pantai, yakni perairan pinggir (ST3, ST4, ST9) pada jarak <4 mil, perairan tengah (ST2, ST5, ST8) pada jarak 4–10 mil dan perairan luar (ST1, ST6, ST7) pada jarak >10 mil dari garis pantai dengan kedalaman perairan 5 meter. Pengumpulan larva ikan dilakukan menggunakan alat tangkap Bonggo-net dengan bingkai mulut berdiameter 60 cm, panjang 3 m, dan mata jaring 0.5 μm yang dilengkapi dengan flowmeter mekanis merk General Oceanics Seri 2030R. Pengukuran parameter fisika-kimia perairan meliputi: kecepatan arus yang diukur dengan Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP), dan kekeruhan, suhu, pH serta salinitas dengan menggunakan Conductivity Temperature Depth (CTD). Namun khusus klorofil-a, sampel air laut dari lokasi penelitian diambil dengan botol Nansen lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium. Setiap stasiun penelitian, koordinat stasiun penelitian dicatat dan alat tangkap larva ikan Bonggo-net diturunkan di belakang kapal hingga berada di permukaan perairan pada posisi horizontal kemudian kapal bergerak secara perlahan dengan kecepatan 1–2.5 knot selama 7–10 menit. Saat diatas kapal, alat Bonggo-net dibilas dan dicatat angka pada flowmeter sedangkan tabung bucket disaring menggunakan saringan berbahan jaring plankton untuk memperoleh volume sampel larva. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam botol 500 ml yang berisi larutan Etanol 96% dan diberi label. Identifikasi dan pengukuran morfometrik larva ikan menggunakan alat mikroskop portabel Dino-Lite AM4113/AD4113 berketelitian 0.05 μm dengan kriteria merujuk pada buku identifikasi The Larvae of Indo-Pacific Coastal Fishes. Hasil pengukuran parameter kondisi lingkungan perairan menunjukkan kualitas perairan yang layak untuk kehidupan larva ikan. Komposisi larva ikan terdiri dari 81 famili yang diperoleh pada kedua musim pengamatan dan ditemukan 10 famili dominan, yakni Gobiidae (11%), Pegasidae (10%), Mullidae (9%), Pomacentridae (7%), Blenniidae (5%), Sillaginidae (4%), Bothidae, Bythitidae, Carangidae dan Pseudochromidae (3%). Secara temporal, jumlah sampel larva yang diperoleh pada musim timur adalah 275 individu sedangkan musim peralihan 232 individu. Dengan demikian, kelimpahan larva ikan lebih tinggi pada musim timur yaitu 2.99 (≈3.0) ind/m3 dibandingkan musim peralihan yaitu 1.90 (≈2.0) ind/m3. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus. Pada kedua musim pengamatan, proporsi stadia larva tertinggi adalah tahap flexion menunjukkan kemampuan berenang terbatas untuk memperoleh makanan alamiah dan memerlukan habitat yang sesuai. Sementara itu, tahap post-flexion mengalami keadaan yang sama dengan tahap flexion, namun kemampuan berenangnya lebih baik. Untuk tahap pre-flexion, kebutuhan makanan tercukupi masih menggantungkan kuning telur. Pada musim timur, pola arus perairan berputar yang ditimbulkan oleh tiupan angin menyebabkan individu larva ikan lebih banyak diperairan pinggir (ST3, ST4, ST9) dibandingkan perairan tengah (ST2, ST5, ST8) dan perairan luar (ST1, St6, ST7). Hal tersebut dikarenakan larva ikan tidak tersebar luas dan berkumpul di sekitar putarannya. Sementara itu, pada musim peralihan terjadi turbelensi angin yang menyebabkan pola pergerakan arus tidak teratur serta adanya pengaruh arus pasang surut perairan pesisir (coastal currents) dengan arus dua samudera (ocean currents) sehingga terjadinya benturan. Struktur komunitas larva ikan pada kedua periode musim pengamatan menunjukkan nilai indeks keanekaragaman (H’) tergolong sedang (1≤ H’ ≤3) yang mana masing-masing nilai pada musim timur antara 2.03–2.82 dan musim peralihan antara 1.82–2.65. Indeks keseragaman (E) menunjukkan dua kriteria pada kedua musim pengamatan tergolong sedang (≤0.50 E ≤0.75), yang terjadi di musim timur pada lokasi ST9 dan ST2 di musim peralihan. Sementara itu, nilai keseragaman pada musim timur di lokasi ST1, ST2, ST3, ST4, ST5, ST6, ST7 dan ST8 serta musim peralihan di ST1, ST3, ST4, ST5, ST6, ST7, ST8 dan ST9 dikategorikan tinggi (E >0.75). Adapun nilai indeks dominansi (D) yang diperoleh dicirikan dengan tidak adanya famili larva ikan yang mendominansi secara ekologi ada kedua musim pengamatan (D <0.50). Hasil ordinasi Cannonical Corespodence Analysis (CCA), memperlihatkan bahwa kelimpahan dan distribusi larva ikan dikendalikan sepenuhnya oleh parameter kecepatan arus. Selain itu, faktor lainnya yang berkontribusi terjadinya sebaran larva ikan seperti parameter klorofil-a, kekeruhan, suhu, pH, salinitas, fitoplankton dan zooplankton menjelaskan faktor penentu kehadiran larva ikan di ketiga lokasi perairan. Berdasarkan urairan tersebut, dapat diketahui komposisi, kelimpahan dan distribusi larva ikan terbanyak terjadi pada musim timur di lokasi perairan pinggir (ST3, ST4 dan ST9). Sementara itu, persentase tertinggi distribusi stadia larva ikan di lokasi perairan tengah (ST2, ST5 dan ST8) yang menunjukkan tahap flexion lebih banyak ditemukan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAquatic resourcesid
dc.titleKelimpahan dan Distribusi Larva Ikan di Perairan Pesisir Lampung Timur.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordDistribusiid
dc.subject.keywordkelimpahanid
dc.subject.keywordlarva ikanid
dc.subject.keywordstruktur komunitasid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record