Show simple item record

dc.contributor.advisorMadanijah, Siti
dc.contributor.advisorKustiyah, Lilik
dc.contributor.authorImansari, Adillah
dc.date.accessioned2020-12-06T03:24:26Z
dc.date.available2020-12-06T03:24:26Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104181
dc.description.abstractKegiatan kader melakukan pemantauan pertumbuhan dan konseling di posyandu dalam pelaksanaannya belum berjalan dengan maksimal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan kader yang belum memadai. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan dan keterampilan kader yang belum memadai yaitu karakteristik kader (umur, pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader), frekuensi mengikuti pelatihan, dan motivasi yaitu secara internal (dari dalam diri) dan eksternal (dukungan dari keluarga, masyarakat dan pemerintah) serta fasilitas yang mendukung kader dalam menjalankan tugasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan gizi dan kesehatan terhadap keterampilan kader dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan konseling di posyandu. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment dengan rancangan non-randomized control group pre-post test. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai September 2019, di Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Subjek penelitian adalah kader yang termasuk dalam kategori Posyandu Madya di Kecamatan Tatanga. Pemilihan Posyandu Madya dilakukan karena jumlah yang lebih banyak terdapat di tempat penelitian dan ciri-ciri Posyandu yang sesuai dengan ketentuan penelitian. Ciri-cirinya adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50%. Kriteria inklusi yaitu kader yang terdaftar di Kecamatan Tatanga, bisa membaca dan menulis, bersedia mengisi informed consent dan mengikuti seluruh kegiatan intervensi. Kriteria eksklusi yaitu kader dalam waktu 6 bulan terakhir tidak aktif dalam kegiatan posyandu. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, maka jumlah subjek penelitian adalah 60 kader yang dibagi dalam dua kelompok yaitu intervensi dan kontrol dengan jumlah 30 kader pada masing-masing kelompok. Jenis data yang dikumpulkan meliputi karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader dan frekuensi mengikuti pelatihan), pengetahuan dan sikap tentang masalah gizi balita (stunting), Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di keluarga, pemantauan pertumbuhan dan konseling. Selanjutnya, motivasi yang terdiri dari intrinsik dan ekstrinsik dalam melakukan tindakan untuk mencapai tujuan di Posyandu. Data karakteristik, pengetahuan, sikap dan motivasi ini dikumpulkan dengan cara pengisian lembar kuesioner terstruktur. Data keterampilan konseling dikumpulkan dengan cara pengisian lembar penilaian observasi yang diisi oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum intervensi (pre-test), setelah intervensi (post-test 1) dan sebulan setelah intervensi (post-test 2). Pemberian intervensi pendidikan gizi dan kesehatan berupa pelatihan kader dengan 3 kali pertemuan dengan topik masalah gizi balita (stunting), ASI Eksklusif, MP-ASI, PHBS di keluarga, serta praktik dan simulasi dengan menggunakan dacin dan tinggi badan menggunakan microtoise dan melakukan konseling. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPPS versi 16.0. Analisis data meliputi analisis deskriptif (rataan±SD, persentase), uji sebaran data (kenormalan data), independent t-test (Mann-Whitney) untuk melihat perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol dan paired t-test (Wilcoxon) untuk melihat perbedaan antara sebelum dan setelah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan rerata umur kader adalah 40 tahun dengan kelompok umur terbanyak yaitu 35-45 tahun. Sebagian besar (>70%) kader berpendidikan terakhir setingkat SMA dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Rata-rata subjek lama menjadi kader adalah 7 tahun dan sebagian besar (70%) sudah mengikuti pelatihan kader sebanyak 2 kali. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara karakteristik kader pada kelompok intervensi dan kontrol (p>0.05), sehingga tidak memengaruhi hasil intervensi. Hasil penelitian sebelum intervensi (pre-test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor pengetahuan, sikap, motivasi dan keterampilan (melakukan penimbangan dan konseling) antara kelompok intervensi dan kontrol (p>0.05). Setelah intervensi (post-test 1) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan skor pengetahuan (dari 67.6 menjadi 89.6 poin), sikap (dari 83.5 menjadi 90.3) dan keterampilan konseling (dari 52.0 menjadi 74.0) pada kelompok intervensi yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol (p<0.05). Sementara skor motivasi dan keterampilan melakukan penimbangan tidak berbeda signifikan pada kelompok intervensi dan kontrol (p>0.05) karena skor motivasi dan keterampilan melakukan penimbangan sudah baik sebelum intervensi. Sebulan setelah intervensi (post-test 2) menunjukkan terdapat peningkatan skor pengetahuan dan sikap yang signifikan pada kelompok intervensi (p<0.05) dan lebih baik daripada kontrol. Sementara skor motivasi, keterampilan melakukan penimbangan dan konseling masih tergolong baik, karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor post-test 1 dan 2 (p>0.05). Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa skor pengetahuan, sikap, motivasi dan keterampilan kader setelah sebulan diberikan intervensi masih tergolong baik. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah perlu adanya pelatihan kader yang dilakukan secara rutin yakni setidaknya dilakukan 3 bulan sekali yang tidak hanya pelatihan saja, namun ditambah praktik (pemantauan pertumbuhan dan konseling) dan evaluasi pada 3 bulan sebelumnya. Kemudian pelatihan yang diberikan sebaiknya mendalami materi gizi yang kader butuhkan dalam melakukan konseling. Salah satunya adalah MP-ASI yang terdiri dari pengertian dan manfaat MP-ASI, tekstur MP-ASI berdasarkan usia balita dan jenis-jenis pangan MP-ASI yang dianjurkan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi Dinas Kesehatan, Puskesmas dan kader setempat, serta peneliti yang bertanggungjawab atas pemantauan pertumbuhan dan konseling, untuk menjaga status gizi ibu dan balitanya normal.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcNutrition Scienceid
dc.titlePengaruh Pendidikan Gizi dan Kesehatan terhadap Keterampilan Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan dan Konseling di Posyandu.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkaderid
dc.subject.keywordkonselingid
dc.subject.keywordpendidikan giziid
dc.subject.keywordpemantauan pertumbuhanid
dc.subject.keywordposyanduid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record