Show simple item record

dc.contributor.advisorSunarti, Euis
dc.contributor.advisorHastuti, Dwi
dc.contributor.authorFatimah, Rina
dc.date.accessioned2020-08-10T04:20:00Z
dc.date.available2020-08-10T04:20:00Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103526
dc.description.abstractPerkembangan sosial emosi merupakan salah satu perkembangan penting dalam kehidupan remaja. Seiring dengan semakin luas dan kompleksnya lingkungan sosial, remaja dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya dan menaati norma-norma yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. Penyesuaian sosial merupakan awal perkembangan sosial emosi remaja dan salah satu hal terpenting dalam fase remaja karena menjadi landasan kuat untuk meraih keberhasilan pada tugas perkembangan selanjutnya. Keterampilan sosial dapat menunjang keberhasilan remaja dalam bergaul serta syarat tercapainya penyesuaian sosial yang baik dalam kehidupan individu. Namun, capaian perkembangan ini tidak optimal salah satunya dipengaruhi oleh pengasuhan orangtua dan tekanan ekonomi. Keluarga yang berhadapan pada situasi kesulitan ekonomi akan menciptakan tekanan ekonomi dan berpengaruh langsung terhadap pengasuhan ayah dan ibu yang tidak hangat yang berkaitan dengan berbagai resiko terhadap perkembangan sosial emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tekanan ekonomi, dan pengasuhan orangtua terhadap perkembangan sosial emosi remaja pada keluarga yang tinggal di rumah susun sewa (rusunawa) Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Rusunawa Jatinegara Barat. Waktu pengambilan data dimulai sejak Bulan Maret hingga April 2019. Contoh pada penelitian ini yakni keluarga yang memiliki anak remaja dengan rentang usia 13 sampai 18 tahun. Responden dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan beserta ibu dengan teknik penarikan responden secara disproportional random sampling berjumlah 120 remaja terdiri dari remaja laki-laki beserta ibu sebanyak 60 orang, dan remaja perempuan beserta ibu sebanyak 60 orang. Namun, data responden yang dapat diolah sebanyak 119 responden yang terdiri dari 60 responden laki-laki dan 59 responden perempuan. Hal ini dikarenakan terdapat dua responden remaja perempuan yang memiliki hubungan darah (kakak-adik) sehingga dipilih salah satu. Data dikumpulkan melalui proses wawancara dengan menggunakan kuesioner meliputi kuesioner tekanan ekonomi objektif, tekanan ekonomi subjektif, pengasuhan orangtua dan perkembangan sosial emosi remaja. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia remaja perempuan adalah 15.61 tahun dan rata-rata usia remaja laki-laki 15.37 tahun. Rata-rata usia ayah adalah 47.63 tahun dan ibu 43.08 tahun. Keluarga responden termasuk keluarga sedang dengan jumlah rata-rata anggota keluarga adalah 5 orang. Rata-rata lama menikah adalah 21.6 tahun, dan rata-rata keluarga tinggal di rusunawa selama 44.23 bulan. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga remaja laki-laki sebesar Rp710 000,00 dan keluarga remaja perempuan sebesar Rp790 000,00. Tekanan ekonomi objektif menujukkan lebih dari separuh keluarga remaja memiliki hutang (67.25%) dan status pekerjaan suami tidak tetap (73.15%). Hasil tekanan ekonomi subjektif menunjukkan sebagian besar remaja laki-laki (80%) dan perempuan (88.1%) berkategori rendah. Remaja merasa memiliki kecukupan uang untuk membeli kebutuhan pribadi/sekolah dan melakukan aktivitas bersama teman-teman. Dimensi penerimaan dan behavioral control orangtua berada pada kategori sedang, sedangkan dimensi pengabaian, kekerasan, dan psychological control berada pada kategori rendah. Lebih dari separuh remaja memiliki emotional expressivity, emotional kontrol, social expressivity, social sensitivity, dan social control berada pada kategori sedang. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan pada pendapatan perkapita, dimensi penerimaan ayah pada remaja laki-laki dan perempuan. Pendapatan perkapita keluarga remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga remaja laki-laki. Berdasarkan hasil uji beda pula ditemukan dimensi penerimaan ayah memiliki perbedaan signifikan pada remaja laki-laki dan remaja perempuan. Penerimaan ayah lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding remaja laki-laki. Hasil uji beda pengasuhan ayah dan ibu menurut remaja laki-laki ditemukan adanya perbedaan pada dimensi penerimaan, behavioral control, dan psychological control. Pada remaja perempuan, ditemukan adanya perbedaan pengasuhan ayah dan ibu pada dimensi penerimaan, kekerasan, dan behavioral control. Hal ini berarti bahwa pengasuhan ibu pada dimensi penerimaan, kekerasan, dan behavioral control lebih tinggi dibandingkan pengasuhan ayah. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa besar keluarga memiliki hubungan negatif dengan dimensi penerimaan. Pendapatan perkapita berhubungan negatif dengan tekanan ekonomi objektif. Tekanan ekonomi subjektif remaja memiliki hubungan negatif dengan dimensi penerimaan tetapi berhubungan positif dengan dimensi kekerasan. Dimensi behavioral control berhubungan positif dengan lama pendidikan ibu, lama pendidikan ayah, dimensi penerimaan dan domain sosial pada perkembangan sosial emosi remaja. Dimensi psychological control berhubungan positif dengan lama pendidikan ayah, dimensi kekerasan, dan dimensi pengabaian. Hasil uji PLS menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosi remaja dipengaruhi secara langsung positif oleh usia remaja dan pengasuhan ibu-remaja namun dipengaruhi secara tidak langsung negatif oleh tekanan ekonomi objektif melalui pengasuhan ibu-remaja. Hal ini bermakna semakin bertambah usia remaja dan semakin baik pengasuhan ibu-remaja maka semakin tinggi perkembangan sosial emosi remaja sedangkan semakin tinggi tekanan ekonomi objektif keluarga maka semakin rendah pengasuhan ibu-remaja berpengaruh terhadap semakin rendahnya perkembangan sosial emosi remaja. Berdasarkan hasil penelitian, usia dan pengasuhan ibu-remaja memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan sosial emosi remaja. Hal yang dapat dilakukan oleh remaja agar mengembangkan keterampilan sosial dengan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh sekolah/LSM/Instansi Pemerintah. Sekolah mengembangkan model pembelajaran kooperatif agar keterampilan sosial remaja meningkat. Instansi pemerintah khususnya DKI Jakarta perlu menyediakan pelatihan bagi orangtua agar meningkatkan pengetahuan tentang pengasuhan remaja dan penyediaan sarana sosial sebagai ruang interaksi remaja di rusunawa.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcFamily Scienceid
dc.subject.ddcFamily Lifeid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcDKI - Jakartaid
dc.titlePengaruh Tekanan Ekonomi dan Pengasuhan Orangtua terhadap Perkembangan Sosial Emosi Remaja pada Keluarga di Rusunawa Jatinegaraid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordpengasuhanid
dc.subject.keywordperkembangan sosial emosi remajaid
dc.subject.keywordremajaid
dc.subject.keywordtekanan ekonomiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record