Studi Karakter Seleksi Kakao Mulia (Theobroma cacao L) Penghasil Produk Java Fine Flavor Cocoa di Indonesia
View/ Open
Date
2019Author
Devy, Lukita
Sobir
Wachjar, Ade
Susilo, Agung Wahyu
Metadata
Show full item recordAbstract
Dalam perdagangan internasional dikenal kakao mulia sebagai produk
spesialti dan kakao lindak yang merupakan kakao pada umumnya. Indonesia
memiliki kakao mulia Java fine flavor cocoa berbiji putih yang terkenal selama
hampir satu abad. Karakter agronomis kakao ini cenderung lemah sehingga perlu
dilakukan pemuliaan untuk menghasilkan kakao mulia Java fine flavor cocoa
berkualitas tinggi dengan karakter agronomis lebih baik. Sebagai tanaman tahunan,
pencapaian target pemuliaan kakao mulia Java fine flavor cocoa memerlukan
waktu lama yaitu sekitar 15-20 tahun sehinggaperlu dilakukan pengembangan
program pemuliaan yang mampu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam
proses seleksi. Saat ini kriteria seleksi kakao mulia Java fine flavor cocoa
adalah persentase biji putih/buah ≥ 80%, tetapi kriteria ini baru dapat dicapai pada
fase reproduktif sehingga perlu dicari marka seleksi dini pada fase pembibitan
yang mampu menggambarkan karakter tersebut.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter
morfologi, biokimia dan genomik pembeda kakao mulia Java fine flavor cocoa
dan lindak Indonesia serta mengembangkan metode seleksi spesifik kakao mulia
Java fine flavor cocoa dalam upaya meningkatkan efisiensi dan akurasi pemuliaan
kakao mulia penghasil Java fine flavor cocoa sebagai produk kakao spesialti
bercita rasa khas kebanggaan bangsa. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:
(1) mengidentifikasi karakteristik sensori spesifik yang dapat membedakan
produk kakao mulia Java fine flavor cocoa dan produk kakao lindak, (2)
mengidentifikasi profil biokimia penciri kakao mulia Java fine flavor cocoa, (3)
mengidentifikasi keragaman genetik, karakteristik, dan pengembangan marka
fenotipik penciri kakao mulia Java fine flavor cocoa dan (4) mengembangkan
marka molekuler penciri kakao mulia Java fine flavor cocoa berbasis gen MYB.
Materi genetik koleksi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(Puslitkoka) yang digunakan adalah 8 klon kakao mulia Java fine flavor cocoa
(DR2, DRC16, DR38, PNT16, PNT17, PNT33B, ICCRI 01 dan ICCRI 02) dan 11
klon kakao lindak (MCC01, MCC02, Sulawesi 01, KW733, KW617, PA191,
ICCRI 03, ICCRI 04, KW516, KEE2 dan Scavina 6). Dari 19 klon kakao tersebut
yang digunakan pada kajian sensori, biokimia dan morfologi adalah 4 klon kakao
mulia (DR2, DRC16, PNT16, PNT17) dan 5 klon kakao lindak (KW516, KW617,
MCC02, Sulawesi 01, PA191). Pada kajian sensori digunakan juga referensi klon
kakao lindak Ghana.
Hasil kajian sensori menunjukkan kakao mulia cenderung kuat pada atribut
floral, sedangkan kakao lindak pada atribut cocoa. Kakao mulia DR2 dan DRC16
memiliki ciri khas floral dan spicy, sedangkan kakao mulia PNT16 memiliki ciri
khas browned fruit (fruity). Kakao mulia PNT17 memiliki kemiripan cita rasa
dengan kakao lindak namun memiliki nilai atribut floral lebih tinggi daripada
seluruh kakao lindak yang diujikan. Terdapat kakao lindak dengan cita rasa khas
yaitu KW617.
Kajian biokimia untargeted metabolomics menggunakan Gas
Chromatography-Mass Spectrometry telah mengidentifikasi 23 metabolit putatif.
Principal component analysis mampu menerangkan 82.5% keragaman yang ada
antara kedua tipe kakao. Kakao lindak memiliki kadar asam lemak tinggi (asam
palmitat, asam stearat, asam oleat) dan kakao mulia memiliki kadar kafein tinggi.
Kajian biokimia metabolit primer menunjukkan hanya peubah kadar lemak total
yang mampu membedakan kedua tipe kakao tersebut. Berdasarkan kajian sensori
dan biokimia dapat disimpulkan bahwa kakao mulia cenderung memiliki cita rasa
khas disebabkan oleh kandungan senyawa metabolit sekunder penyusun aroma
dan rasa yang lebih tinggi daripada kakao lindak.
Kajian morfologi menunjukkan pemisahan pengelompokan klon kakao
mulia Java fine flavor cocoa dan lindak berdasarkan deskriptor kakao Puslitkoka.
Kriteria seleksi persentase biji putih/buah sebagai marka morfologi kakao mulia
Java fine flavor cocoa dapat diduga melalui warna flush dan kadar antosianin
flush pada fase bibit. Warna flush kakao mulia Java fine flavor cocoa cenderung
pucat, berwarna kekuningan sedangkan kakao lindak cenderung cerah, berwarna
kemerahan. Kadar antosianin flush kakao mulia Java fine flavor cocoa lebih
rendah daripada kakao lindak dan dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau
seleksi dilakukan untuk kadar antosianin flush kurang dari 155 ppm sedangkan
pada musim hujan untuk kadar kurang dari 117 ppm. Pendugaan cepat (rapid
detection) terhadap kadar antosianin pada musim kemarau dapat dilakukan
melalui nilai b* (warna kuning) di atas 16.
Marka molekuler mampu mempertajam marka morfologi dan sifatnya tidak
dipengaruhi lingkungan sehingga dilakukan pengembangan marka menggunakan
transcription factor TcMYB113 yang mampu membedakan kakao berdasarkan
warna kulit buah. Hasil pengkajian molekuler menunjukkan kakao mulia Java
fine flavor cocoa dan kakao lindak dapat dibedakan berdasarkan 21 situs
insertions/deletions dan 1 situs single nucleotide polymorphism dengan marka
P7MT yang didesain dari primer yang mengamplifikasi segmen pada
transcription factor TcMYB113. Marka kakao mulia Java fine flavor cocoa
memiliki panjang fragmen 170 bp.
Berdasarkan kajian marka morfologi dan molekuler telah disusun metode
seleksi kakao mulia Java fine flavor cocoa pada fase pembibitan yang meliputi
seleksi terhadap karakter warna flush menggunakan color chart pada 4 Bulan
Setelah Semai (BSS) dilanjutkan dengan pengukuran kadar antosianin flush pada
5 BSS dan seleksi dengan marka molekuler menggunakan primer P7MT pada 6
BSS. Seleksi yang dilakukan pada fase pembibitan ini akan mampu: (1)
memperpendek periode seleksi, (2) mengurangi kebutuhan luasan area seleksi jika
dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan pada saat tanaman sudah memasuki
fase dewasa, (3) mengurangi dampak penyebaran organisme pengganggu tanaman
(OPT) secara luas jika dibandingkan dengan uji ketahanan terhadap OPT di
lapangan, (4) meningkatkan akurasi karena digunakannya marka molekuler
berbasis DNA dan (5) mampu mengurangi biaya dalam proses pemuliaan.
Collections
- DT - Agriculture [748]