Show simple item record

dc.contributor.advisorAlimuddin
dc.contributor.advisorNirmala, Kukuh
dc.contributor.authorHimawan, Yogi
dc.date.accessioned2020-07-28T01:08:54Z
dc.date.available2020-07-28T01:08:54Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103271
dc.description.abstractSalah satu faktor yang memengaruhi kapasitas produksi ikan mas adalah timbulnya masalah amonia tinggi pada lingkungan budidaya terutama di karamba jaring apung (KJA) sebagai sentra pembesaran, yang diakibatkan terjadinya fenomena umbalan (turn over) sebagai dampak dari perubahan cuaca. Penanggulangan masalah amonia tinggi pada budidaya ikan mas dapat dilakukan melalui pendekatan genetik, yakni dengan memproduksi ikan mas tahan amonia tinggi. Parameter yang berperan sebagai indikator ketahanan terhadap amonia tinggi diantaranya adalah jumlah sel darah merah, kortisol, dan ekspresi gen yang terkait dengan respons stres yakni heat shock protein 70 kDa (HSP70) dan cytochrome oxydase subunit 1 (CO1). Hasil penelitian terkait ketahanan terhadap stres pada ikan menunjukkan masih terdapat individu yang mampu bertahan terhadap cekaman lingkungan. Hal tersebut menunjukkan terdapat kemampuan individu yang berbeda secara fisiologis dan genetik dalam merespons stres sebagai dampak terdapatnya variasi genetik yang mampu bekerja dan mengkompensasi energi metabolisme untuk menghadapi cekaman lingkungan agar dapat bertahan hidup. Kondisi tersebut tentu memunculkan potensi didapatkannya populasi ikan yang memiliki ketahanan tertentu terhadap stres yang mana dapat diwariskan pada generasi selanjutnya. Dalam rangka pemuliaan dengan berbagai tujuan perbaikan karakter penting dalam budidaya, Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi telah menghasilkan populasi sintetik melalui skema blending dari ikan mas strain Majalaya, Rajadanu, Sutisna, Wildan, dan Sinyonya yang bertujuan untuk meningkatkan variasi genetik. Populasi sintetik diharapkan memiliki keragaman genetik luas dan potensi keunggulan pada karakter tertentu yang dapat diseleksi dalam rangka pembentukan induk unggul baru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis performa ikan mas populasi sintetik sebagai kandidat pembentuk ikan mas tahan amonia tinggi. Evaluasi toleransi terhadap amonia tinggi dilakukan melalui penambahan NH4Cl sebanyak 200 mg L-1 pada media pengujian benih ikan mas populasi sintetik, dan sebagai kontrol tanpa penambahan NH4Cl. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan ikan uji (bobot 10-15 g ekor-1) berjumlah 30 ekor tiap akuarium. Kadar oksigen terlarut dipertahankan pada level >2 mg L-1 melalui penambahan aerasi. Parameter yang diamati meliputi kelangsungan hidup, frekuensi ventilasi operkulum, jumlah sel darah merah, pH darah, kadar hormon kortisol, ekspresi gen HSP70 dan COI, serta kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ikan yang bertahan hidup selama 12 jam uji cekaman amonia adalah sebesar 6.67% atau setara 6 ekor. Ikan yang kuat terhadap kondisi amonia tinggi memiliki nilai frekuensi ventilasi tinggi (34.00±10.54 bukaan menit-1), jumlah sel darah merah tinggi (232.66±17.24 sel mL-1), pH darah rendah (7.15±0.16), kadar kortisol tinggi (80.90±6.35 ng mL-1), dan gen HSP70 terekspresi pada organ hati dengan nilai ekspresi relatif sebesar 1.43±1.19, sedangkan gen CO1 3.65±0.26. Ikan mas yang termasuk kelompok kuat mampu beradaptasi dan bertahan dalam kondisi amonia tinggi lebih dari 12 jam selama masa uji tantang. Respons ikan mas dalam menghadapi cekaman amonia tinggi di antaranya adalah melalui pelepasan sel darah merah, percepatan pematangan sel darah dan produksi sel darah merah baru (erythropoiesis). Erythropoiesis merupakan hal yang umum tejadi pada ikan, yang mana pada ikan mas hal tersebut teradi pada ginjal bagian depan yang melibatkan zinc. Adaptasi ikan mas pada saat berada dalam kondisi stres menghasilkan komposisi sel darah merah yang berbeda dengan kondisi normal yakni dengan adanya sel yang belum matang (immature) dan matang (mature). Perubahan komposisi sel darah merah tersebut disebabkan dilepaskannya sel darah merah yang tersimpan dalam limpa yang merupakan tempat penyimpaan sel darah merah pada vertebrata Sebagai kesimpulan, persentase ikan mas yang mampu bertahan hidup setelah masa uji tantang amonia tinggi selama 12 jam yakni sebesar 6.67%, dengan karakteristik jumlah sel darah merah tinggi, kadar kortisol tinggi, dan ekspresi gen HSP70 lebih rendah. Dengan demikian, ikan yang bertahan hidup tersebut berpotensi digunakan dalam kegiatan pemuliaan untuk produksi induk unggul ikan mas tahan stres amonia tinggi, dan pengukuran jumlah sel darah merah merupakan metode praktis yang dapat mendukung kegiatan seleksiid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcCarpid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Kandidat Populasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Tahan Amonia Tinggiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordamonia tinggiid
dc.subject.keywordCO1, populasi sintetikid
dc.subject.keywordsel darah merahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record