Toksisitas dan Efektivitas Plantarisin E dan F Lactococcus lactis pada Mencit ddY yang diinfeksi EPEC K1.1.
View/ Open
Date
2019Author
Hanny, Ellen Lindi Lathifah
Budiarti, Sri
Mustopa, Apon Zaenal
VDarusman, Huda Shalahudin
Metadata
Show full item recordAbstract
Enterophatogenic Escherichia coli (EPEC) K1.1 merupakan salah satu bakteri gram negatif yang menyebabkan diare dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan bahan antimikrob baru yang memiliki kemampuan membunuh patogen tersebut. Peptida antimikrob/antimicrobial peptides (AMP) merupakan suatu produk metabolisme primer bakteri asam laktat, salah satunya adalah plantarisin, yang memiliki kemampuan membunuh patogen. Karakteristik plantarisin yang mudah didegradasi oleh enzim proteolitik dan tidak membahayakan mikroflora usus menjadikan plantarisin dapat digunakan sebagai kandidat bahan obat. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan seleksi bakteri yang mampu memproduksi plantarisin. Gen penyandi plantarisin E dan F pada bakteri terpilih diisolasi kemudian ditransformasikan pada E.coli BL21 untuk meningkatkan jumlah produksi dan kemurnian bahan tersebut. Selanjutnya gen plantarisin yang telah ditransformasikan ke E.coli BL21 dipindahkan ke vektor produksi Lactococcus lactis NZ3900 untuk memudahkan aplikasi dan produksi plantarisin. Uji aktivitas plantarisin E dan F rekombinan secara in vitro menunjukkan aktivitas antimikrob terhadap E. coli ATCC, Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, Coliform dan EPEC K1.1. Sebagai kandidat bahan obat, tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap keamanan dan efektivitas plantarisin secara in vivo. Uji keamanan atau toksisitas secara in vivo diperlukan untuk menilai keamanan suatu senyawa kimia maupun bahan obat. Uji efektivitas antimikrob secara in vivo diperlukan untuk mengetahui efektivitas plantarisin dalam melawan patogen dalam tubuh makhluk hidup. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui keamanan dan efektivitas plantarisin E dan F rekombinan pada mencit yang diinfeksi EPEC K1.1 sebagai bakteri patogen.
Uji keamanan dilakukan dengan memberikan plantarisin E dan F rekombinan dosis 50, 100, 1000, dan 5000 mg/KgBB secara peroral. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap keadaan kulit dan bulu, mata, letargi (kelesuan), konvulsi (kejang), tremor (gemetar), diare, dan kematian selama 48 jam. Analisa hematologi, biokimia darah, dan histopatologi organ hati dan ginjal dilakukan pada akhir pengamatan. Uji efektivitas antimikrob dilakukan dengan menginfeksi mencit dengan EPEC K1.1 dosis 108 cfu/mL selama 7 hari. Selanjutnya mencit diberikan NaCl, antibiotik, maltodekstrin, plantarisin E dan F dosis 100, 250, dan 500 mg/KgBB selama 7 hari. Pengamatan gejala klinis seperti letargi (kelesuan), konvulsi (kejang), tremor (gemetar), diare, dan kematian dilakukan selama perlakuan. Analisa hematologi dilakukan pada saat sebelum perlakuan, setelah infeksi EPEC K1.1, dan di akhir perlakuan. Analisa kadar malondialdehid dan histopatologi organ usus halus dilakukan di akhir perlakuan.
Hasil uji toksisitas akut menunjukkan bahwa pemberian plantarisin E dan F rekombinan hingga dosis 5000 mg/KgBB tidak mengakibatkan kematian pada
5
kelompok mencit uji. Pengamatan hematologi dan biokimia darah menunjukkan kadar leukosit, eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, urea, kreatinin, SGOT dan SGPT yang normal. Pengamatan histopatologi menunjukkan gambaran sel hati dan ginjal yang normal. Hasil uji efektivitas antimikrob terhadap EPEC K1.1 menunjukkan perbaikan kadar leukosit, hematokrit, dan hemoglobin pada semua kelompok mencit yang diberikan plantarisin E dan F. Pengamatan histopatologi organ usus halus menunjukkan adanya infiltrasi sel radang mononuklear dalam jumlah sedikit (<25) pada kelompok mencit yang diberikan plantarisin E dosis 250 dan 500 mg/KgBB serta plantarisin F dosis 500 mg/KgBB. Plantarisin E dan F rekombinan diduga memiliki aktivitas antioksidan yang ditunjukkan dengan rendahnya kadar malondialdehyde (MDA). Dosis efektif plantarisin E dalam mengatasi diare yang disebabkan EPEC K1.1 adalah 250 mg/KgBB dan 500 mg/KgBB serta plantarisin F dosis 500 mg/KgBB.