Komposisi gizi sumsum tulang sapi lokal Peternakan di Sulawesi Tengah serta potensinya dalam mencegah Intrauterine Growth Retardation (IUGR) secara in vivo
View/ Open
Date
2020Author
Tangkas, I Made
Sulaeman, Ahmad
Anwar, Faisal
Suprayogi, Agik
Estuningsih, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Pertumbuhan intrauterine yang terganggu akibat gizi kurang dapat
menyebabkan stunting dan meningkatnya resiko menderita penyakit kronis dan
gangguan fungsi kognitif setelah dewasa. Penurunan prevalensi stunting
merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 dan
menurunkan stunting hingga 40% pada tahun 2025 (WHO 2014). Berkaitan
dengan target tersebut maka upaya untuk menemukan sumber zat gizi yang
potensial untuk mencegah gizi kurang selama kehamilan harus terus ditingkatkan.
Penelitian komposisi zat gizi sumsum tulang sapi lokal peternakan di
Sulawesi Tengah serta potensinya dalam mencegah IUGR merupakan salah satu
upaya untuk memenuhi target yang diuraikan diatas. Sebelum dilakukan
pengujian secara klinis, maka perlu dilakukan penelitian secara in vivo dengan
hewan coba untuk mengevaluasi potensi sumsum dalam mencegah perlambatan
pertumbuhan janin. Penelitian eksperimental laboratorium dengan hewan coba ini,
menggunakan rancangan acak lengakap (RAL) berfaktor tunggal yang dilakukan
dalam beberapa tahap yaitu: 1) Observasi ternak dan pengambilan sumsum 2)
Menganalisis komposisi zat gizi dan non zat gizi 3) Formulasi dan pembuatan
pakan isokalori 4) Intervensi dan penelitian hewan coba 5) Nekropsi anak tikus
umur tiga puluh dan enam puluh hari. Empat jenis sumsum yang dianalisis yaitu
sumsum tulang sapi Donggala yang dipelihara semi intensif (SD-1), sumsum
tulang sapi Donggala tradisional (SD-2), sumsum tulang sapi Bali semi intensif
(SB-1), sumsum tulang sapi Bali tradisional (SB-2). Hasil analisis proksimat
mengindikasikan komponen tertinggi dari empat jenis sumsum tersebut adalah
lemak total, selanjutnya lemak total dari masing-masing sumsum tersebut
dijadikan dasar untuk membuat pakan intervensi iskalori yang terdiri dari pakan
normal (PN), pakan IUGR (PGR), pakan substitusi sumsum tulang sapi Donggala
semi intensif (PSD-1), pakan substitusi sumsum tulang sapi Donggala tradisional
(PSD-2) pakan substitusi sumsum tulang sapi Bali semi intensif (PSB-1) dan
pakan substitusi sumsum tulang sapi Bali tradisional (PSB-2). Masing-masing
pakan diintervensikan setelah induk tikus dinyatakan positif bunting (ditandai
dengan adanya sumbatan pada vagina). Intervensi dilakukan selama kebuntingan
yaitu sejak munculnya tanda sumbatan hingga induk tikus melahirkan.
Limapuluh ekor induk yang dilibatkan dalam penelitian ini kedalam kelompok
sebagai berikut: 1) Perlakuan PN=9 ekor, 2) PGR=9 ekor, 3) PSD-1=8 ekor, 4)
PSD-2= 8 ekor, 5) PSB-1= 8 ekor, 6) PSB-2=8 ekor. Data pertumbuhan
morfometri, growth hormone dan pertumbuhan organ anak tikus diperoleh dari
induk tikus dengan jumlah anak yang sama (jumlah anak 12 ekor).
Hasil analisis zat gizi sumsum tulang yang telah dilakukan mengindikasikan
adanya asam lemak dan asam amino yang sangat dibutuhkan selama proses
organogenesis dan neurogenesis janin. Berdasarkan hasil analisis data terhadap
marker prenatal dan postnatal yang ditetapkan dalam penelitian ini terindikasi 1)
Pakan substitusi sumsum tulang sapi Donggala dan sapi Bali mampu: 1)
Meningkatkan pertumbuhan berat badan induk selama kebuntingan 2)
Meningkatkan keberhasilan kebuntingan 3) Anak tikus dari induk yang diberikan
pakan substitusi sumsum tulang sapi mampu memproduksi growth hormone lebih
tinggi dibandingkan dengan anak tikus IUGR. 4) Pakan substitusi sumsum tulang
sapi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan hati, pankreas dan
otak anak yang dilahirkan dan memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ginjal dan jantung 5) Pakan substitusi sumsum tulang sapi
berpengaruh signifikan terhadap perkembangan pertumbuhan morfometri (berat
badan, panjang badan dan lingkar kepala).
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan: Pertama:
Sumsum tulang sapi Donggala dan sapi Bali yang dipelihara semi intensif dan
tradisional berpotensi mencegah intrauterine growth retardation dilihat dari: 1)
Komponen zat gizi (asam lemak dan asam amino) yang sangat dibutuhkan selama
pertumbuhan janin. 2) Kemampuannya menstimulasi pertumbuhan berat badan
induk tikus selama kebuntingan serta meningkatkan keberhasilan kebuntingan 3)
Kemampuannya meningkatkan produksi growth hormone anak yang dilahirkan.
4) Kemampuanya menstimulasi pertumbuhan jantung, hati, pankreas, ginjal, otak
janin hingga anak yang dilahirkan berumur tiga puluh dan enam puluh hari 5)
Kemampuannya dalam menstimulasi pertumbuhan morfometri (berat badan,
panjang badan dan lingkar kepala) anak yang dilahirkan 6) Aman dijadikan
sumber zat gizi untuk mendukung pertumbuhan intrauterin. Kedua: Komposisi zat
gizi sumsum tulang sapi dari spesies sapi yang berbeda memiliki potensi yang
sama dalam mencegah IUGR. Ketiga: Komposisi zat gizi sumsum tulang sapi
dengan cara pemeliharan yang berbeda memiliki potensi yang berbeda dalam
mencegah IUGR.
Collections
- DT - Human Ecology [564]