Pendugaan Derajat Persaingan antara Badak Jawa dan Banteng di Taman Nasional Ujung Kulon
View/ Open
Date
2020Author
Mahmud, Rois
Kartono, Agus Priyono
Prasetyo, Lilik Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Populasi badak jawa saat ini hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon
sebagai harapan terakhir dari jenis tersebut. Populasi terakhir tersebut saat ini
menghadapi banyak masalah yang mungkin membahayakan kelestariannya pada
masa mendatang baik karena faktor di dalam populasi itu sendiri maupun ancaman
dari luar. Salah satu masalah yang dihadapi oleh populasi badak jawa menurut para
ahli adalah persaingan sumberdaya dengan banteng. Terdapat banyak penelitian
yang dilakukan untuk menyimpulkan bentuk interaksi interspesifik antara badak
jawa dan banteng sebelum tahun 2005 dan semuanya menyimpulkan bahwa telah
terjadi persaingan sumberdaya (kompetisi eksploitatif) berdasarkan banyaknya
temuan tumpang tindih relung ekologisnya. Penelitian-penelitian tersebut
dilakukan oleh Alikodra (1983), Mustasib (2000), Nugroho (2001), Muntasib &
Suhono (2001) dan Yayasan Mitra Rhino (YMR) (2003). Namun bukti tumpang
tindih saja tidak bisa serta merta digunakan sebagai bukti telah terjadi persaingan
(Begon 2006). Penyimpulan terhadap persaingan membutuhkan bukti-bukti
keterbatasan sumberdaya bagi kedua spesies dan atau terhalangnya akses salah satu
spesies terhadap sumberdaya oleh spesies lain karena sumberdaya telah habis
digunakan oleh salah satu spesies (kompetisi eksploitatif) ataupun karena spesies
lain menghalangi akses terhadap sumberdaya (kompetisi interferensi).
Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama yaitu: (1) Mengkaji
kemungkinan terjadinya persaingan yang mengarah kepada kompetisi interferensi
antara badak jawa dan banteng dan (2) mengkaji kemungkinan terjadinya
persaingan yang mengarah kepada kompetisi eksploitatif antara badak jawa dan
banteng. Pengkajian kemungkinan telah terjadi kompetisi interferensi dilakukan
dengan menggunakan model conditional two-species occupancy yang dapat
menilai kecenderungan menghindar dari salah satu spesies sebagai tanda agresifitas
interferensi dari spesies lainnya. Pengkajian kemungkinan telah terjadinya
kompetisi eksploitatif dilakukan dengan perhitungan indeks preferensi habitat Neu
et al. (1974) yang juga dapat digunakan untuk menilai apakah sumberdaya habis
digunakan oleh salah satu spesies sehingga menjadi petunjuk terbatasnya
sumberdaya bagi kedua spesies.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa badak jawa dan banteng masih
belum mencapai taraf kompetisi interferensi ditandai dengan nilai Spesies
Interaction Factor (SIF) yang didapatkan dari model terbaik masih berada pada
derajat independen mengarah kepada kecenderungan toleran bersama. Banteng
tidak mempunyai kecenderungan menghindari badak jawa yang menunjukkan
bahwa badak jawa tidak berlaku agresif terhadap banteng. Hasil dari analisis
preferensi pakan dari badak jawa dan banteng juga menunjukkan bahwa pakan
badak jawa dan banteng berada pada kelompok yang berbeda secara preferensi
dengan nilai preferensi yang rendah hampir di semua jenis. Hal ini menunjukkan
bahwa kesukaan sumber pakan badak jawa dan banteng cukup berbeda dengan
kelimpahan yang masih cukup bagi kedua spesies. Bukti tersebut
iii
meningindikasikan bahwa kompetisi eksploitatif tidak terjadi dalam interaksi
interspesifik antara badak jawa dan banteng.
Implikasi terhadap pengelolaan badak jawa dan banteng bagi pemangku
kawasan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pengelola kawasan saat ini belum
perlu untuk mengalokasikan sumberdaya untuk pengurangan intensitas kompetisi
antara badak jawa dan banteng. Sumberdaya yang sudah terlajur dialokasikan untuk
penanganan kompetisi antara badak jawa dan banteng dapat dialihkan dan
digunakan sepenuhnya untuk pengelolaan populasi dan habitat bagi badak jawa
guna memastikan kelestarian dan perkembangan populasinya pada masa
mendatang.
Collections
- MT - Forestry [1373]