Evaluasi Penambahan Kunyit dalam Pakan sebagai Antioksidan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias gariepinus) yang Dibudidaya Tanpa Ganti Air
View/ Open
Date
2020Author
Rahmadani, Thoy Batun Citra
Jusadi, Dedi
Setiawati, Mia
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan lele merupakan komoditas budidaya yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Di Indonesia, budidaya lele dilakukan pada daerah minim air, sehingga
metode budidaya yang digunakan pada daerah tersebut adalah metode budidaya
tanpa pergantian air. Pada kondisi tersebut, terjadi peningkatan total amonia
nitrogen (TAN) lebih dari 40 mg L-1 di dalam wadah pemeliharaan yang berasal
dari sisa feses dan sisa pakan yang tidak terbuang. Saat amonia masuk ke dalam
tubuh akan menyebabkan konsentrasi amonia darah menjadi tinggi, meningkatkan
aktivitas enzim glutamin sintetase (GS), aspartat aminotransaminase (AST) serta
alanin aminotransminase (ALT). Kondisi tersebut juga memicu pembentukan
reactive oxygen species (ROS). ROS merupakan suatu molekul yang sangat
reaktif terhadap membran lipid pada sel, protein dan DNA, sehingga
menyebabkan peroksidasi lipid. Kondisi tersebut juga mengakibatkan kinerja hati
menjadi lebih berat dari keadaan yang normal.
Kerusakan hati akibat ROS dapat dicegah dengan pemberian antioksidan,
salah satunya adalah kunyit. Kunyit diketahui memiliki senyawa aktif yang
berperan dalam proses mengatasi ROS yaitu dengan cara mengaktifkan enzim
SOD yang bertindak sebagai antioksidan. Kemampuan kunyit sebagai antioksidan
dalam menurunkan ROS telah dilakukan dibeberapa hewan. Namun, untuk ikan
lele yang dipelihara pada kondisi tanpa pergantian masih belum dilakukan. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengevaluasi
penambahan kunyit dalam pakan sebagai antioksidan terhadap kinerja
pertumbuhan ikan lele.
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap yang
terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut dibedakan dari dosis
bubuk kunyit komersil yang ditambahkan pada pakan ikan yakni 0, 2.5, 5, dan 7.5
g kg-1. Kunyit dicampurkan pada pakan dengan cara coating. Ikan lele yang
digunakan pada penelitian ini adalah ikan lele pada fase benih dengan bobot per
ekor 5.95±0.05 g. Ikan ditebar pada tangki Intermediate Bulk Tank (IBC) dengan
padat tebar 100 ekor per tangki. Ikan diaklimatisasi selama 2 minggu sebelum
diberikan pakan perlakuan. Setelah masa aklimatisasi selesai ikan diberi pakan
perlakukan secara at satiation dua kali sehari yakni pada pagi dan sore hari
selama 60 hari. Jumlah pemberian pakan dihitung tiap hari untuk mengetahui
jumlah konsumsi pakan. Pengukuran kualitas air seperti kandungan oksigen
terlarut (DO), total amonia nitrogen (TAN), dan pH dilakukan setiap 10 hari
sekali. Di akhir penelitian, ikan dipuasakan selama satu hari lalu dibius
menggunakan tricane methane sulphonate (MS-22) 1 mg L-1. Seluruh ikan
kemudian dihitung jumlahnya dan ditimbang bobotnya. Selanjutnya, diambil 3
ekor ikan untuk analisis proksimat tubuh akhir untuk mendapatkan data retensi
protein, 2 ekor untuk analisis HDL, LDL dan TG, 2 ekor untuk analisis enzim
ALT dan AST darah, 1 ekor untuk analisis SOD dan MDA, 2 ekor untuk lemak
hati serta 2 ekor untuk histologi hati pada masing-masing perlakuan dan ulangan.
Selain itu, organ hati diamati untuk melihat pengaruh pemberian kunyit pada
organ hati.
Berdasarkan hasil penelitian ini, kinerja pertumbuhan ikan lele yang
dipelihara selama 60 hari tanpa pergantian air tidak ditemukan hasil yang
signifkan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai bobot akhir dan laju pertumbuhan
harian (LPH) yang tidak berbeda nyata pada ikan lele yang diberi pakan perlakuan
mengandung kunyit dengan dosis berbeda. Hasil serupa ditemukan juga pada
jumlah konsumsi pakan (JKP), rasio konversi pakan (RKP) dan retensi protein.
Pemeliharaan tanpa pergantian air juga tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan
hidup (TKH) yang terlihat dari tidak ditemukannya hasil yang berbeda nyata pada
parameter tersebut.Hal tersebut juga sejalan dengan hasil pengukuran enzim ALT,
AST, HDL, LDL dan kolesterol. Namun, hasil berbeda ditemukan pada
pengukuran SOD dan MDA dimana pada perlakuan dengan penambahan kunyit
memiliki nilai MDA terendah dan SOD tertinggi. Kadar trigliserida ikan lele yang
diberikan pakan mengandung kunyit juga lebih rendah dan berbeda secara statistik
dengan perlakuan kontrol. Pada parameter HSI juga menunjukkan pemberian
pakan mengandung kunyit di ikan lele memberikan nilai HSI terendah dan
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Sejalan dengan nilai SOD, MDA dan
HSI. Pemberian kunyit pada dosis 0.75 % menunjukan jumlah hati merah yang
lebih banyak. Ini menandakan, jumlah hati pucat pada ikan lele lebih sedikit pada
pemberian kunyit. Untuk memperkuat analisa mengenai kinerja hati, dilakukan
analisis histologi pada hati yang pucat dan merah ikan lele diakhir pemeliharaan.
Setelah dilakukan histologi, hati yang pucat menunjukkan terjadinya
macrovesicular steotasis. Pada hati tersebut menunjukkan banyaknya droplet
lemak. Namun, dengan penambahan kunyit terlihat mampu mengurangi luas
permukaan droplet lemak di hati pucat. Hal ini sangat berbeda dengan jaringan
hati yang berwarna merah yang menunjukkan lebih sedikit droplet lemak. Sejalan
dengan hasil histologi hati, lemak hati pada ikan lele yang diberikkan pakan
mengandung kunyit lebih sedikit dibandingkan kontrol. Dari penjabaran tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kunyit mampu menghasilkan antioksidan yang
berperan penting untuk mencegah ROS di dalam tubuh ikan lele yang dibudidaya
pada kondisi tanpa pergantian air.
Collections
- MT - Fisheries [3011]