dc.description.abstract | Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan satu dari dua puluh genus
Trachypithecus yang berada di Asia. Satwa primata ini tersebar di Pulau Jawa, Bali
dan Lombok. Populasi satwa primata ini termasuk ke dalam satwa yang memiliki
populasi cenderung mengalami penurunan. Penurunan populasi Lutung jawa
diakibatkan oleh perburuan illegal dan degradasi hutan. Usaha peningkatan
populasi melalui fasilitas konservasi eks-situ telah dilakukan, namun masih belum
maksimal. Sampai saat ini studi tentang biologi reproduksi spesies ini masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, diperlukan studi reproduksi sebagai dasar untuk
pengembangan teknik reproduksi dan manajemen dalam usaha peningkatan
populasinya. Penelitian ini dilakukan dengan metode non-invasif untuk mengukur
hormon reproduksi dalam sampel feses.
Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan terhadap kelompok Lutung jawa
yang dipelihara di fasilitas konservasi eks-situ Taman Safari Cisarua Bogor.
Terdapat dua tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu (1) pengamatan
tingkah laku seksual. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui pola dan indikator
tingkah laku seksual Lutung Jawa; (2) analisis hormon estrogen dan progesterone
dalam sampel feses. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui status reproduksi
berdasarkan profil hormon.
Tingkah laku seksual T.auratus terdiri dari tingkah laku percumbuan dan
kopulasi. Tingkah laku seksual spesifik ditunjukkan adalah head-shaking sebelum
kopulasi terjadi oleh betina. Tingkah laku kopulasi diawali dengan mounting
kemudian thrusting 28 detik. Kopulasi berlangsung selama 60 detik. Kopulasi
terjadi 3 hari sebelum periode estrus. Jenis estrogen dalam feses T. auratus adalah
estradiol-17b, estriol, dan estron; sedangkan progesterone adalah 17-a-OH
Progesteron. Konsentrasi hormon estrogen pada saat puncak mencapai 1030.8 μg/g
feses kering. Panjang siklus estrus T. auratus berdasarkan interval kenaikan hormon
estrogen adalah rentang 21-33 hari. Analisis hormon progesteron menunjukkan
konsentrasi rendah mencapai 81.2 μg/g feses kering. Nilai konsentrasi ini diamati
pada betina post-partus. Pengukuran hormon melalui sampel feses merupakan
metode non-invasif yang dapat digunakan untuk memonitor reproduksi T. auratus. | id |