Identifikasi Enteropatogen sebagai Dasar Manajemen Diare Monyet Ekor Panjang di Fasilitas Penangkaran IPB Dramaga
View/ Open
Date
2020Author
Loe, Fhady Risckhy
Suparto, Irma Herawati
Sajuthi, Dondin
Saepuloh, Uus
Metadata
Show full item recordAbstract
Macaca fascicularis atau monyet ekor panjang (MEP) merupakan salah satu satwa primata yang digunakan sebagai hewan laboratorium dan/atau hewan model dalam penelitian biomedis. Diare merupakan salah satu masalah karena menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi, serta perlu diatasi dengan baik dalam manajemen kesehatan satwa primata di penangkaran. Ketuntasan pengendalian diare membutuhkan intervensi klinis untuk menghasilkan konsep manajemen diare, sehingga penelitian ini dilakukan untuk 1) mengidentifikasi enteropatogen dari sampel feses, pakan, dan sumber air minum, 2) menyusun langkah intervensi klinis, dan 3) merumuskan konsep manajemen diare MEP.
Sampel penelitian dikoleksi dari fasilitas penangkaran monyet ekor panjang IPB Dramaga yang terdiri dari: 1) feses (n=30) untuk identifikasi enterobakteria, rotavirus dan endoparasit, 2) air (n=6) dan pakan (n=2) diuji untuk mengetahui jumlah Escherichia coli dan coliform. Isolat enterobakteria yang didapat dilakukan pengujian resistensi antibiotik untuk menentukan sensitivitasnya terhadap berbagai antibiotika. Pengambilan sampel feses diawali dengan pengamatan kejadian diare selama seminggu pada setiap kandang (total 18 kandang dengan 310 ekor MEP) dan kembali diamati selama seminggu setelah pemberian pengayaan lingkungan (penambahan rantai untuk brachiasi dan drum plastik).
Total kejadian diare pada MEP di fasilitas penangkaran IPB Dramaga adalah 9.67%. Bakteri dari sampel feses teridentifikasi E. coli 100% (30/30), Salmonella enteritidis 97% (29/30), dan Shigella sp. 60% (18/30), serta rotavirus tidak teridentifikasi. Endoparasit yang teridentifikasi antara lain Strongyloides sp., Trichuris sp., dan Entamoeba sp. masing-masing dari satu sampel (3.33%), serta Balantidium coli 23.33% (7/30). Kontaminasi E. coli dan coliform pada sampel air dan pakan (pisang dan monkey chow) berada di atas batas minimum. Bakteri enteropatogen yang teridentifikasi memiliki sensitivitas yang baik terhadap siprofloksasin dan gentamisin, serta resistensi tertinggi terhadap eritromisin. Pengayaan lingkungan pada koloni MEP dengan jumlah hewan kurang dari 10 ekor mengalami penurunan kejadian diare sebesar 1%, sedangkan koloni dengan jumlah 10-20 ekor mengalami penurunan kejadian diare sebesar 10%. Oleh karena itu, manajemen diare perlu secara konsisten dilakukan antara lain 1) intervensi air dengan klorinasi untuk mengurangi jumlah bakteri, 2) penanganan pakan yang baik pada gudang penyimpanan, 3) melakukan sanitasi dengan desinfektan sesuai dengan standar baku di penangkaran, 4) pengobatan diare secara intensif pada individu MEP berupa terapi cairan dan antibiotik, dan 5) pencegahan endoparasit dengan memberikan ivermectin dan metranidazol setiap tiga bulan sekali.