Hidrolisat Protein Ikan sebagai Matriks Bahan Acuan (Reference Material) Sekunder Mikrobiologi Salmonella sp.
Abstract
Bahan acuan (reference material) adalah suatu bahan yang mempunyai satu
atau lebih sifat bahan yang homogen dan stabil untuk dapat digunakan dalam
kalibrasi peralatan, penilaian metode uji atau standar dalam analisis contoh.
Laboratorium pengujian yang sudah terakreditasi ISO/IEC 17025:2017 dituntut
untuk menghasilkan data uji yang handal melalui jaminan mutu hasil pengujian
diantaranya adalah keteraturan penggunaan bahan acuan yang representatif dengan
sampel uji. Saat ini bahan acuan mikrobiologi dengan matriks ikan tidak banyak
tersedia sehingga ada kebutuhan terhadap bahan acuan dengan spesifikasi matriks
perikanan. Penelitian ini mengenai pembuatan kandidat bahan acuan sekunder
mikrobiologi menggunakan matriks hidrolisat protein ikan (HPI) lele (Clarias sp.)
dan ikan tongkol (Euthynnus affinis). Hidrolisat protein ikan merupakan produk
hasil hidrolisis protein secara enzimatis maupun kimia berupa suatu hidrolisat yang
mengandung peptida yang berat molekulnya lebih rendah dan asam amino bebas.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan karakteristik HPI ikan lele dan ikan
tongkol sebagai matriks dalam pembuatan bahan acuan sekunder mikrobiologi dan
menentukan konsentrasi HPI lele dan tongkol terbaik sehingga dihasilkan bahan
acuan sekunder mikrobiologi yang homogen dan stabil. Penelitian ini dilakukan
melalui empat tahap, yaitu preparasi bahan baku, pembuatan HPI, persiapan kultur
bakteri, dan pembuatan bahan acuan sekunder mikrobiologi. Pembuatan HPI
dilakukan dengan hidrolisis secara enzimatis. Proses hidrolisis dalam pembuatan
HPI dilakukan menggunakan enzim papain 5% (b/b) pada suhu 55ºC selama 5 jam.
Enzim papain diinaktivitasi pada suhu 80°C selama 20 menit. Bahan acuan
sekunder mikrobiologi dibuat dengan mengkombinasikan HPI, gelatin, natrium
glutamete, larutan glukosa dan diinokulasi bakteri Salmonella kemudian dibekukeringkan.
Hidrolisat protein ikan yang digunakan masing-masing terdiri dari lima
konsentrasi yang berbeda yaitu 10, 11, 12, 13, dan 14% serta susu skim 12% sebagai
kontrol. Kultur bakteri yang digunakan adalah bakteri Salmonella enteritica sv
Enteritidis ATCC 13076.
Hidrolisat protein ikan lele dan ikan tongkol masing-masing memiliki
kandungan protein (86.09±0.17)% dan (87.50±0.14)% dengan komposisi asam
amino tertinggi adalah jenis asam glutamat 44.12 mg/g dan 52.42 mg/g. Kandidat
bahan acuan sekunder mikrobiologi dengan matriks HPI lele dan HPI tongkol
terbukti homogen pada konsentrasi HPI 14% dan stabil pada suhu penyimpanan
-20ºC selama 28 hari. Kandidat bahan acuan sekunder mikrobiologi dengan matriks
HPI lele stabil sampai pada hari ke-7 pada suhu 30ºC dan tidak stabil pada suhu
penyimpanan 37ºC, sedangkan kandidat bahan acuan sekunder mikrobiologi
dengan matriks HPI tongkol stabil sampai pada hari ke-14 pada suhu 30ºC dan tidak
stabil pada suhu penyimpanan 37ºC.
Collections
- MT - Fisheries [3016]