Show simple item record

dc.contributor.advisorFirdaus, Muhammad
dc.contributor.advisorPribadi, Didit Okta
dc.contributor.authorSatria, Ridwan Kun
dc.date.accessioned2020-03-11T01:16:53Z
dc.date.available2020-03-11T01:16:53Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102794
dc.description.abstractKerawanan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat, atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologi bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan FSVA 2015, Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah yang tergolong rawan pangan dengan tingkat kerawanan prioritas 3 yang berarti cenderung tinggi sekaligus berada pada peringkat 190 menurut sebaran daerah rawan pangan di Indonesia. Status rawan pangan pada tingkat kabupaten tidak berarti bahwa seluruh kecamatan atau desa di kabupaten tersebut juga rawan pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait kerawanan pangan tingkat desa di Kabupaten Muna. Penelitian ini menggunakan metode analisis komponen utama, analisis klaster, dan SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunity, Threat). Variabel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 17 variabel yang mewakili aspek ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, pemanfaatan pangan, dan stabilitas pangan. Aspek ketersediaan pangan meliputi variabel rasio pasar, rasio minimarket, rasio warung, rasio toko, dan rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan pangan. Aspek aksesibilitas pangan meliputi variabel rasio penduduk dengan status kesejahteraan terendah, rasio rumah tangga tanpa akses listrik, rasio penduduk tidak bekerja, akses jalan tidak dapat dilalui kendaraan roda 4 atau lebih, dan indeks kesulitan geografis. Aspek pemanfaatan pangan meliputi variabel rasio rumah tangga tidak memiliki akses ke air bersih, rasio jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk gizi buruk, dan rasio rumah tangga tanpa fasilitas tempat buang air besar. aspek stabilitas pangan meliputi variabel jumlah bencana alam, konversi lahan pertanian, dan deforestasi hutan. Berdasarkan hasil penelitian pada penyusunan indeks kerawanan pangan diperoleh hasil bahwa terdapat empat desa (2,6 %) tergolong rawan pangan, 33 desa (21,7 %) tergolong cukup rawan, 94 desa (61,8 %) tergolong cukup tahan, dan 21 desa (13,8 %) tergolong tahan pangan. Pengklasifikasian desa berdasarkan indikator kerawanan pangan terbentuk menjadi empat tipologi wilayah, yaitu tipologi 1 dengan karakteristik aksesibiltas pangan aspek ekonomi tinggi; tipologi 2 dengan karakteristik aksesibilitas pangan aspek fisik rendah dan ketersediaan pangan rendah; tipologi 3 dengan karakteristik aksesibilitas pangan aspek ekonomi rendah, dan tipologi 4 dengan karakteristik pemanfaatan pangan rendah. Desa-desa dengan status rawan pangan dan cukup rawan sebagian besar berada pada wilayah tipologi 3. Berdasarkan prioritas penanganan, sebanyak 40 desa (26.32%) berada di prioritas 1, 19 desa (12.5%) di prioritas 2, 16 desa (10.53% di prioritas 3, dan 77 desa (50.66%) di prioritas 4.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcRegional Planningid
dc.subject.ddcFood Insecurityid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcMuna-Sulawesi Tenggaraid
dc.titleKerawanan Pangan Tingkat Desa di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggaraid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordanalisis klasterid
dc.subject.keywordanalisis komponen utamaid
dc.subject.keywordkerawanan panganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record