Kompleksitas Habitat pada Lahan Pascatambang Batu Andesit di Batujajar Kabupaten Bandung Barat
View/ Open
Date
2019Author
Qurrotu'ain, Citra Khairunnisa
Putra, Hirmas Fuady
Rianti, Puji
Metadata
Show full item recordAbstract
Kegiatan pertambangan merupakan suatu usaha mengambil dan memanfaatkan bahan-bahan galian dari dalam bumi yang memberikan dampak positif dalam sektor ekonomi, namun juga memberi dampak negatif terhadap lingkungan berupa kerusakan struktur dan fungsi ekosistem, menurunnya biodiversitas, dan mengubah kualitas kompleksitas habitat pada lahan pertambangan tersebut. Analisis kompleksitas habitat merupakan bagian dari metode Ecosystem Function Analysis (EFA), yang digunakan untuk menganalisis kelayakan habitat yang cocok untuk dihuni suatu fauna.Kompleksitas habitat yang diteliti menggunakan fauna tanah seperti arthropoda tanah dan cacing tanah sebagai indikasi untuk mendukung penilaian kompleksitas habitat. PT Silva Andia Utama (PTSAU) adalah perusahaan yang bergerak dalam penambangan batu andesit. Analisis kompleksitas habitat pada lahan pascatambang batu andesit PTSAU belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kompleksitas habitat pada lahan pascatambang batu andesit PTSAU. Metode penelitian yang dilakukan terdiri atas penentuan lokasi penelitian, pengukuran mikroklimat, pengukuran parameter kompleksitas habitat, pengambilan sampel arthropoda tanah dan cacing tanah, identifikasi arthropoda tanah dan cacing tanah, serta analisis data. Indeks kompleksitas habitat pada lahan alami, lahan pascatambang 2009, dan lahan pascatambang 2008 secara berturut-turut 11, 5, dan 7. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada lahan alami, lahan pascatambang 2009, dan lahan pascatambang 2008 secara berturut-turut 1,58 (keanekaragaman sedang), 0,78 (keanekaragaman rendah), dan 1,75 (keanekaragaman sedang). Keberadaan cacing tanah pada lahan alami, lahan pascatambang 2009, dan pascatambang 2008 secara berturut-turut 1, 0, dan 2. Beberapa arthropoda tanah yang terdapat di lahan alami, namun tidak terdapat pada dua lahan pascatambang lainnya, dapatdijadikan indikator ekosistem yaitu famili Melyridae, Oxyopidae, dan Culicidae. Arthropoda tanah yang berasal dari Ordo Collembola juga dapat dijadikan indikator ekosistem tanah yang hanya terdapat pada lahan alami dan pascatambang 2008. Dengan demikiandilihat dari skor parameter serta keberadaan arthropoda tanah dan cacing tanah, bahwa kompleksitas habitat pada lahan pascatambang 2008 sudah mulai menunjukkan kondisi yang bisa mendukung organisme tinggal di lahan tersebut walaupun belum sepenuhnya, sedangkan kompleksitas habitat pada lahan pascatambang 2009 menunjukkan habitat di lahan tersebut belum mendukung organisme tinggal di lahan tersebut.
Collections
- UT - Biology [2159]