dc.description.abstract | Perilaku nelayan adalah salah satu faktor penentu keberlanjutan perikanan. Pada
perikanan pukat cincin, banyak tertangkapnya ikan-ikan berukuran kecil
merupakan sebuah isu penting bagi pihak yang peduli terhadap keberlanjutan
sumberdaya ikan. Isu tersebut dapat diselesaikan dengan menetapkan spesifikasi
alat penangkapan ikan dan ukuran ikan layak tangkap. Meskipun peraturan ukuran
mata jaring sudah dipatuhi, ikan yang tertangkap belum tentu masuk kategori
layak tangkap. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat pengetahuan dan sikap
nelayan pukat cincin terhadap tata nilai perikanan berkelanjutan sebagaimana
tertulis pada Code of Counduct for Responsible Fisheries (CCRF). Penelitian ini
menerapkan pengambilan sampel nelayan dengan metode acak, pengukuran
panjang ikan, dan penilaian skor dengan skala Likert dan Guttman, serta
penyusunan tipologi nelayan. Dalam hal tata nilai, pengetahuan kelompok nelayan
berpendidikan menengah lebih baik dari nelayan berpendidikan lebih rendah
(yaitu, lulus Sekolah Dasar (SD) dan non pendidikan), namun sikap kelompok
nelayan tidak lulus SD tidak kalah dari kelompok berpendidikan. Nelayan Anak
Buah Kapal (ABK) dan nelayan pemilik/nakhoda di Kampung Cambaya,
memiliki tingkat pengetahuan yang tidak jauh berbeda, namun tingkat persepsi
nelayan ABK lebih baik dari pemilik/nahkoda. Sementara itu, nelayan di
Kampung Soreang, pengetahuan dan persepsi dari nelayan ABK dan nahkoda
terhadap konsep perikanan berkelanjutan lebih tinggi dari nelayan pemilik.
Sebagian besar nelayan pukat cincin di lokasi penelitian tidak mengetahui
beberapa aspek konsep perikanan berkelanjutan dan sebagian besar memberikan
sikap menolak terhadap beberapa aspek dari konsep tersebut. Memperhatikan hal
tersebut, program penyuluhan harus dirancang untuk membuat nelayan pukat
cincin memiliki wawasan tentang pentingnya keutuhan siklus hidup ikan yang
menjadi sasaran mereka. | id |