Show simple item record

dc.contributor.advisorHatuti, Dwi
dc.contributor.advisorYuliati, Lilik Noor
dc.contributor.authorFauziah, Hilda
dc.date.accessioned2020-02-04T04:14:57Z
dc.date.available2020-02-04T04:14:57Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/101641
dc.description.abstractKesiapan bersekolah merupakan hal yang penting dalam menyiapkan anak sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar. Namun data menunjukan bahwa Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang memiliki masalah angka mengulang siswa di sekolah dasar yang cukup tinggi. Hal ini menunjukan bahwa perlu adanya upaya yang berkaitan dengan mempersiapkan anak sejak dini sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi karakteristik orang tua, karakteristik anak, praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, konsep diri anak, dan kesiapan sekolah pada anak usia 5-6 tahun, 2) menganalisis hubungan karakteristik orang tua, karakteristik anak, praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, dan konsep diri anak, terhadap kesiapan sekolah pada anak usia 5-6 tahun, 3) menganalisis pengaruh praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, dan konsep diri terhadap kesiapan sekolah anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui metode self report untuk orang tua, serta wawancara dan observasi untuk anak yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Beji, Kota Depok. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga utuh yang memiliki anak usia prasekolah. Unit analisis penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 5-6 tahun, tergabung dalam kelompok B di enam TK terpilih, dan bersedia menjadi responden penelitian. Didapatkan sebanyak 100 ibu dan anak yang bersedia menjadi responden penelitian menggunakan metode convenience sampling di enam TK terpilih. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner meliputi karakteristik orang tua, karakteristik anak, praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, konsep diri anak, dan kesiapan sekolah. Kuesioner praktik pengasuhan dan keterlibatan orang tua di sekolah diukur berdasarkan persepsi ibu, sedangkan konsep diri dan kesiapan sekolah diukur pada anak. Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS) dan smart Partial Least Square (smart-PLS). Analisis deskriptif dan korelasi menggunakan SPSS untuk mengdeskripsikan dan menganalisis hubungan karakteristik orang tua dan anak, praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, konsep diri anak, dengan kesiapan sekolah anak usia 5-6 tahun. Analisis pengaruh menggunakan smartPLS untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, konsep diri anak, terhadap kesiapan sekolah anak usia 5-6 tahun. Penelitian melibatkan sebanyak 55 orang anak perempuan dan 45 orang anak laki-laki. Selain itu, hampir tiga perempat usia ayah (73%) dan sebagian besar ibu (88%) berada pada kategori dewasa awal (18-40 tahun). Rata-rata usia ayah adalah 38.09 tahun dan usia ibu 35.06 tahun. Persentase pendidikan ayah (63%) dan ibu (58%) yaitu tamat perguruan tinggi. Lebih dari separuh (53%) ayah bekerja sebagai karyawan, dan tiga perempat (75%) ibu sebagai ibu rumah tangga. Besar keluarga dalam penelitian ini menunjukan lebih dari separuh (58%) termasuk kategori keluarga kecil dengan rata-rata jumlah anggota sebanyak 4.41 orang. Rata-rata pendapatan keluarga perkapita sebesar Rp2 049 989. Selain itu, sebagian besar orang tua menunjukan praktik pengasuhan yang cukup baik (85%) dengan berusaha memberikan stimulasi optimal pada anak terutama pada capaian disiplin positif. Disisi lain, capaian dimensi praktik pengasuhan yang belum optimal terletak pada dimensi stimulasi kognitif dengan nilai rata-rata sebesar 52.6. Hal tersebut dikarenakan orang tua cenderung hanya menyediakan sarana belajar untuk anak, seperti alat tulis dan permainan edukatif, tetapi tidak menggunakannya secara optimal untuk menstimulasi anak dari aspek kognitifnya. Capaian keterlibatan orang tua juga menunjukan bahwa lebih dari separuh orang tua sudah cukup optimal dalam keterlibatan di sekolah. Hal ini menunjukan bahwa orang tua berusaha untuk ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak dengan menyempatkan mengantar anak ke sekolah, sering menanyakan kemajuan anak kepada guru, dan selalu berusaha mencarikan sekolah yang baik untuk anak. Selain itu, capaian dimensi konsep diri anak yang baik terletak pada dimensi penampilan. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar anak sudah mampu menggambarkan dirinya dengan baik dari segi penampilan, seperti menganggap dirinya tampan/cantik, menyukai penampilan diri ketika bercermin, serta menyukai ukuran dan bentuk tubuhnya. Selain itu, pada aspek lainnya anak menggambarkan bahwa dirinya menyukai aktifitas fisik (bermain bebas dan olahraga), disukai dan memiliki banyak teman. Pada aktifitas fisik, anak cenderung menyukai melakukannya bersama orang tua, sehingga memunculkan persepsi bahwa orang tua menyukai dirinya. Hasil lainnya menunjukan bahwa sebagian besar anak sudah memiliki kesiapan sekolah dengan baik berdasarkan lima aspek perkembangan yang diukur untuk memasuki sekolah dasar. Hasil uji hubungan menunjukan bahwa praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, dan konsep diri anak berhubungan positif signifikan dengan kesiapan sekolah anak. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin baik praktik pengasuhan, keterlibatan orang tua di sekolah, dan pembentukan konsep diri anak maka semakin siap anak memasuki jenjang pendidikan dasar. Disisi lain, hasil uji pengaruh menunjukan bahwa praktik pengasuhan (β = 0.505; t>1.96) dan keterlibatan orang tua di sekolah (β = 0.186; t>1.96) memiliki pengaruh langsung terhadap kesiapan sekolah anak. Artinya, semakin baik praktik pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak dan semakin banyak orang tua terlibat dalam pendidikan anak maka semakin anak siap untuk bersekolah di pendidikan dasar. Namun, pada tingkat individu anak menunjukan konsep diri tidak secara langsung memengaruhi kesiapan bersekolah untuk memasuki pendidikan dasar.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcFamilyid
dc.subject.ddcParentingid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcDepok-Jawa Baratid
dc.titlePengaruh Praktik Pengasuhan, Keterlibatan Orang Tua di Sekolah, dan Konsep Diri terhadap Kesiapan Sekolah Anak Usia 5-6 Tahunid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkesiapan sekolahid
dc.subject.keywordketerlibatan orang tua di sekolahid
dc.subject.keywordkonsep diriid
dc.subject.keywordpraktik pengasuhanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record