Dinamika Hara pada Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit.
View/ Open
Date
2019Author
Pulunggono, Heru Bagus
Sabiham, Supiandi
Mulyanto, Budi
Anwar, Syaiful
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemanfaatan lahan gambut untuk lahan pertanian semakin meluas dengan semakin terbatasnya ketersediaan lahan mineral. Lahan gambut yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut produktivitas dan keberlanjutan kelapa sawit yang ada pada saat ini. Hara esensial makro seperti N, P, K, Ca dan Mg diperlukan tanaman kelapa sawit untuk melengkapi siklus hidupnya. Umumnya, kebutuhan kelapa sawit akan unsur hara tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dari tanah, sehingga pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Dekomposisi biomassa batang pelepah hasil pangkasan kelapa sawit akan menyumbang sebagian hara yang dibutuhkan. Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit di lahan gambut tetap optimal antara lain adalah pengaturan muka air serta penambahan bahan amelioran dan pupuk. Pada lahan gambut, pengembalian biomassa menjadi lebih penting lagi sebagai bagian dari neraca karbon. Penelitian terkait dinamika hara pada lahan gambut yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit penting untuk dilakukan. Pengembalian biomassa batang pelepah, ameliorasi dan pemupukan, serta pengaturan kedalaman muka air tanah akan mempengaruhi dinamika hara pada lahan gambut, yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas lahan gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika hara pada pengembalian biomassa pada lahan gambut perkebunan kelapa sawit, mengkaji dinamika hara dalam aplikasi pemupukan pada lahan gambut perkebunan kelapa sawit, dan mengkaji pengaruh kedalaman muka air tanah terhadap dinamika hara pada lahan gambut perkebunan kelapa sawit, semak dan hutan sekunder.
Secara keseluruhan penelitian dilaksanakan dalam tiga tahun. Penelitian dimulai dengan observasi lapang untuk penetapan lokasi penelitian pada bulan Januari 2015. Lokasi penelitian ditetapkan di area perkebunan kelapa sawit di Desa Pangkalan Pisang, Koto Gasib, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Penelitian dinamika hara pada pengembalian biomassa dilakukan dengan pemisahan biomassa helai daun (selanjutnya disebut daun) dan bagian tulang daun utama (selanjutnya disebut batang pelepah) dilaksanakan pada blok dengan lahan gambut berketebalan >3 m berkematangan hemik-saprik dengan kelapa sawit berumur 16 tahun. Perlakuan yang diberikan adalah waktu dekomposisi, dimana pengamatan dilakukan setiap dua bulan selama dua tahun (12 kali waktu pengambilan contoh residu); pembenaman pada tiga kedalaman (10, 20 dan 30 cm dari permukaan gambut); dan jarak pembenaman dari saluran kolektor (10, 25, 50 dan 100 m) dengan pengulangan sebanyak 4 kali untuk daun dan 5 kali untuk batang pelepah. Penelitian dinamika hara dalam aplikasi pemupukan dilaksanakan pada blok dengan lahan gambut berketebalan gambut <3 m dan >3 m serta memiliki kematangan gambut pada tingkat hemik-saprik, dengan umur kelapa sawit 12 tahun. Perlakuan yang diberikan adalah ketebalan gambut, jarak dari saluran (25, 75 dan 150 m), jarak dari pohon (1, 2 dan 4 m) dan kedalaman pengambilan contoh (0-20, 20-40 dan 40-60 cm). Pada masing-masing pohon contoh, dilakukan
iv
pemupukan terlebih dahulu sesuai dengan dosis yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan. Selain pohon contoh, pemupukan juga dilakukan pada masing-masing dua pohon pada empat kuadran dari pohon contoh sebagai pusat. Pengambilan contoh dilakukan setiap 2 minggu dalam 16 minggu. Pengambilan contoh air dilakukan pada piezometer yang terpasang. Penelitian dinamika hara dalam hubungannya dengan kedalaman muka air tanah dilakukan pada lahan kelapa sawit pada tiga blok umur tanaman (5, 12 dan 16 tahun), hutan sekunder, dan semak. Pada masing-masing blok, ditetapkan lima titik pengambilan contoh air gambut dan bahan gambut berdasarkan jarak dari saluran kolektor (25, 50, 75, 100 dan 150 m). Pengambilan contoh dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Pengambilan contoh gambut dan air gambut dilakukan pada jarak 4 m dari pokok kelapa sawit. Pengambilan contoh air dilakukan pada piezometer yang terpasang.
Hasil penelitian dinamika hara pada pengembalian biomassa menunjukkan waktu dekomposisi berpengaruh nyata terhadap jenis residu, penurunan bobot, perbandingan C/N, kandungan C, N, P, K, Ca dan Mg, serta pelepasan C, N, P, K, Ca dan Mg. Kedalaman pembenaman berpengaruh nyata terhadap jenis residu, penurunan bobot, kandungan C, K, Ca dan Mg, serta pelepasan C, N, K, Ca dan Mg. Jarak dari saluran berpengaruh nyata terhadap jenis residu, penurunan bobot, perbandingan C/N, kandungan N, P, Ca dan Mg, serta pelepasan C dan Ca. Residu daun terdekomposisi lebih cepat dibandingkan residu batang pelepah kelapa sawit dan dekomposisi yang lebih cepat terdapat pada 8 bulan pertama waktu dekomposisi, kedalaman pembenaman 10 cm, dan pada jarak 10 m dari saluran dibandingkan faktor/perlakuan lainnya. Dekomposisi residu daun dan batang pelepah kelapa sawit tidak memiliki pola yang berbeda dalam penurunan bobot, perbandingan C/N, kandungan N, P, K, Ca, dan Mg, serta pelepasan P, K, Ca, dan Mg. Pola yang berbeda antara dekomposisi daun dan batang pelepah terjadi pada pelepasan N. Besarnya persentase pelepasan unsur C, N, P, K, Ca dan Mg dari daun dan batang pelepah kelapa sawit mengikuti deret K>Mg>Ca>P>C>N untuk daun sedangkan untuk batang pelepah sedikit berbeda mengikuti deret K>Mg>Ca>C>P>N. Pelepasan unsur C, N, P, K, Ca dan Mg dari daun pada akhir waktu dekomposisi (24 bulan) berturut-turut sebesar 86.06%, 82.74%, 93.43%, 99.22%, 97.03% dan 99.37%. Pelepasan unsur C, N, P, K, Ca dan Mg dari batang pelepah pada akhir waktu dekomposisi (24 bulan) berturut-turut sebesar 88.76%, 50.68%, 86.71%, 99.95%, 94.73% dan 98.31%. Hasil penelitian dinamika hara dalam aplikasi pemupukan menunjukkan kadar hara total tanah gambut dengan aplikasi pemupukan mengikuti urutan N>P>Ca>K>Mg. Kadar N, P, K, Ca dan Mg serta pH tanah gambut cenderung menurun dengan semakin lama waktu pengambilan, semakin jauh jarak dari pohon dan semakin dalam pengambilan contoh. Kadar N dan P serta pH cenderung meningkat seiring dengan semakin tebal gambut dan semakin jauh dari saluran kolektor. Akan tetapi, kadar K, Ca dan Mg cenderung menurun dengan semakin tebal gambut dan semakin jauh dari saluran kolektor. Kadar hara air gambut dengan aplikasi pemupukan mengikuti Ca>P>N≈K≈Mg. Kadar N, P dan K air gambut cenderung meningkat sedangkan kadar Ca dan Mg serta pH air gambut cenderung menurun dengan semakin lama waktu pengambilan. Kadar N dan pH air gambut cenderung meningkat sedangkan kadar P, K, Ca dan Mg air gambut cenderung menurun seiring dengan semakin tebal gambut. Kadar N, P, K dan Mg serta pH air gambut cenderung menurun
sedangkan kadar Ca air gambut cenderung meningkat dengan semakin jauh jarak dari saluran kolektor. Kadar N, P, K dan Mg serta pH air gambut cenderung menurun dengan semakin jauh jarak dari saluran kolektor. Kadar N, P, K, Ca dan Mg serta pH cenderung menurun dengan semakin jauh jarak dari pohon. Kadar N dan K cenderung meningkat sedangkan kadar P, Ca, dan Mg serta pH cenderung menurun dengan semakin dalam pengambilan contoh. Hasil penelitian dinamika hara dalam hubungannya dengan kedalaman muka air tanah menunjukkan status hara air gambut di hutan sekunder dan semak relatif sama dengan di kebun kelapa sawit yang diberi pupuk, sedangkan status hara gambut relatif berbeda. Perbedaan musim, penggunaan lahan dan jarak dari saluran tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap distribusi dan karakteristik hara pada lahan gambut.
Collections
- DT - Agriculture [750]