Show simple item record

dc.contributor.advisorvAdrianto, Luky
dc.contributor.advisorYonvitner
dc.contributor.authorAkmal, Surya Gentha
dc.date.accessioned2020-01-07T07:11:57Z
dc.date.available2020-01-07T07:11:57Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100842
dc.description.abstractMemahami dimana sumberdaya ikan ditangkap oleh nelayan terkadang menjadi suatu hal yang dianggap kurang penting. Jumlah upaya penangkapan ikan (effort) dan daerah potensial penangkapan ikan merupakan langkah penting untuk manajemen perikanan yang sukses, serta membuat prediksi yang lebih realistis tentang konsekuensi yang terjadi akibat penangkapan ikan. Pendekatan kerentanan sumberdaya ikan merupakan salah satu kajian untuk mengetahui kondisi stok ikan dengan melakukan pengukuran parameter produktivitas dan suseptabilitas. Manajemen pengelolaan yang profesional dan mengedepankan keberlanjutan belum diaplikasikan dengan baik di perairan Selat Sunda. Data dan informasi yang akurat akan sangat menentukan keberhasilan model pengelolaan perikanan tangkap secara optimal dan lestari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerentanan sumberdaya perikanan untuk pengelolaan berkelanjutan, menganalisis sosial ekonomi nelayan di Selat Sunda, dan menganalisis spasial perikanan di perairan Selat Sunda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat dan berguna, sehingga dapat mengontrol pemanfaatan sumberdaya ikan yang tertangkap di perairan Selat Sunda. Selain itu, informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan di perairan Selat Sunda agar keberadaan sumberdaya ikan tetap lestari. Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Sunda, dengan lokasi pengambilan contoh dan data produksi di empat lokasi, yaitu: (1) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Serang, Banten, (2) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Pandeglang, Banten, (3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing, Lampung, dan (4) Pelabuhan Perikanan Kalianda, Lampung. Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sumberdaya ikan yang dijadikan contoh dalam penelitian ini meliputi lima jenis, yaitu ikan kembung (Rastrelliger faughni), ikan pepetek (Leiognathus equulus), ikan kuniran (Upeneus moluccensis), ikan kurisi (Nemipterus japonicus), dan ikan swanggi (Priacanthus tayenus). Jika dilihat dari data panjang rata-rata dan panjang minimum ikan, maka terlihat bahwa sebagian besar ikan yang tertangkap memiliki ukuran panjang yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Diketahui nilai pertama kali matang gonad (Lm) berturut-turut dari ikan R. faughni, L. equulus, U. moluccensis, N. Japonicus, P. Tayenus adalah 203.14 mm, 154.12 mm, 154.40 mm, 208.98 mm, dan 229.54 mm. Berdasarkan laju eksploitasinya secara umum dapat diketahui bahwa semua jenis sumberdaya ikan yang diamati telah mengalami over exploitation. Hal ini diduga karena banyaknya jenis alat tangkap yang menangkap ikan sumberdaya ikan baik sebagai spesies target maupun hasil tangkapan sampingan (by catch). [ Hasil analisis atribut produktivitas untuk lima jenis ikan memiliki nilai laju intrinsik (r) yang berbeda-beda. Ikan U. moluccensis memiliki nilai r yang paling tinggi yaitu 6.58 ton/tahun dan ikan L. equluus memiliki nilai r yang paling rendah yaitu 1.12 ton/tahun. Parameter produktivitas menunjukkan kemampuan bertahan di alam. Semakin tinggi nilai produktivitas, maka akan semakin baik kemampuan ikan dalam bertahan hidup di habitat alaminya. Nilai fekunditas R. faughni, U. moluccensis, dan P. tayenus lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan lainnya, secara berturut-turut nilainya yaitu, 30,205 butir, 36,700 butir, dan 31,554 butir. Berdasarkan hasil analisis parameter suseptabilitas sumberdaya ikan areal overlap dan vertical overlap tinggi dapat diakibatkan oleh banyaknya armada kapal dan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di perairan Selat Sunda. Kemudian juga, dengan kebiasaan sumberdaya ikan yang hidup secara bergerombol, sehingga memudahkan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan. Umumnya ikan-ikan yang ditangkap di perairan Selat Sunda ditangkap dari beberapa fishing ground, diantaranya Teluk Banten, Pulau Panaitan, Pulau Sebesi, Pulau Rakata, Pulau Sangiang, Teluk Lampung, Teluk Semangka, dan Ujung Kulon. Pola hasil tangkapan mengalami fluktuasi di setiap bulan penangkapan. Fluktuasi produksi harian rata-rata yang terjadi selama periode penelitian mengindikasikan adanya ketidakpastian hasil tangkapan. Kecenderungan (trend) dinamika CPUE dan RPUE di setiap bulan pengamatan hampir sama dan berbanding lurus. CPUE semakin meningkat pada akhir bulan Mei. Jumlah kapal yang cukup banyak menangkap di satu wilayah penangkapan ikan akan berdampak pada kelebihan kapasitas pada suatu wilayah dan mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan yang ada di area tersebut, serta mempengaruhi persediaan biomassa. Pertumbuhan perikanan di Selat Sunda harus ditangani secara hati-hati dengan basis data spasial dan temporal yang reliable serta akurat. Pengelolaan harus dilakukan dengan memperhatikan keberlanjutan untuk jangka panjang, serta menyumbang keberlanjutan ekologi, efisiensi ekonomi dan upaya armada perikanan lokal.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcMarine resourcesid
dc.subject.ddcFish resourcesid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSerang-Bantenid
dc.titleAnalisis Kerentanan Sumberdaya dan Spasial Perikanan untuk Pengelolaan Berkelanjutanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordperairan Selat Sundaid
dc.subject.keywordspasial perikananid
dc.subject.keywordstatus kerentananid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record