dc.description.abstract | Penyakit menjadi tantangan dalam kegiatan produksi peternakan ayam.
Sistem produksi intensif menyebabkan hewan ternak lebih rentan terhadap
penyakit dikarenakan kepadatan populasi dan tingkat stres hewan ternak yang
tinggi. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikrob merupakan penyebab utama
dalam kematian hewan ternak. Antibiotik telah digunakan secara luas untuk
mencegah atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikrob.
Peternakan ayam secara intensif menimbulkan limbah berupa feses ayam dalam
jumlah besar. Antibiotik dengan konsentrasi yang cukup tinggi banyak ditemukan
pada feses ayam. Antibiotik dapat masuk ke lingkungan tanah melalui paparan
feses ayam dari kegiatan peternakan. Setelah dikonsumsi hewan, antibiotik tidak
seluruhnya diserap atau dimetabolisme secara in vivo, sekitar 30-90% akan
dieksresikan melalui urin dan feses. Paparan feses ayam yang mengandung
antibiotik secara rutin pada tanah dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan
terhadap mikrob fungsional tanah yang berimplikasi terhadap kesehatan dan
keseimbangan ekosistem tanah.
Penelitian dilaksanakan mulai Mei 2018 sampai September 2018. Sampel
tanah diambil dari lahan sekitar peternakan ayam di Desa Cipayung dan Desa
Megamendung, Kabupaten Bogor. Peternakan ayam di Desa Cipayung memiliki
kapasitas sekitar 20 ribu ekor/siklus sedangkan peternakan ayam di Desa
Megamendung memiliki kapasitas sekitar 2 ribu ekor/siklus. Antibiotik yang
paling banyak digunakan di kedua peternakan tersebut adalah siprofloksasin dan
tilosin dalam bentuk campuran. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui percobaan di laboratorium dan analisis sampel tanah dari peternakan
ayam. Percobaan laboratorium dilakukan berupa uji pengaruh penambahan
antibiotik pada tanah terhadap populasi mikrob fungsional tanah. Sampel tanah
diambil dari bagian teratas area peternakan di Desa Cipayung. Analisis sampel
tanah dari peternakan ayam dilakukan sebagai analisis dampak paparan antibiotik
yang dilakukan dengan menghitung populasi mikrob fungsional tanah di sekitar
peternakan ayam. Sampel tanah dari bagian teratas lokasi peternakan diambil
sebagai kontrol negatif, selanjutnya diambil pula sampel tanah dari bawah
kandang dan tanah yang terkena air limpasan dari kandang. Pengamatan mikrob
fungsional tanah pada penelitian ini difokuskan pada bakteri pelarut fosfat (BPF),
cendawan pelarut fosfat (CPF), bakteri selulolitik (BS), cendawan selulolitik (CS),
serta bakteri penambat N2 bebas Azotobacter (AZT) dan Azospirillum (AZS).
Hasil uji pengaruh penambahan antibiotik menunjukkan bahwa faktor
tunggal penambahan antibiotik siprofloksasin dan tilosin dengan konsentrasi 1, 5,
dan 10 mg kg-1 tanah tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap populasi
seluruh mikrob fungsional tanah yang diuji. Dari enam kelompok mikrob
fungsional yang diuji, waktu inkubasi secara nyata berpengaruh pada populasi BS,
AZT dan AZS sedangkan pengaruh waktu inkubasi terhadap BPF, CPF, dan CS
tidak menunjukkan pengaruh nyata. Interaksi antara penambahan antibiotik dan
waktu inkubasi menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata terhadap populasi
seluruh mikrob fungsional yang diuji. Hasil analisis dampak paparan antibiotik
tidak menunjukkan adanya indikasi bahwa adanya paparan antibiotik secara nyata
mempengaruhi populasi mikrob fungsional tanah baik di peternakan ayam di Desa
Cipayung maupun di Desa Megamendung. | id |