Pengaruh Penerapan Bea Keluar Biji Kakao terhadap Daya Saing serta Ekspor Produk Kakao Olahan Indonesia ke Negara Tujuan Utama.
View/ Open
Date
2019Author
Saragih, Maria Trisanti
Harianto
Kuswanti, Heny
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkembangan ekspor biji kakao Indonesia sebelum tahun 2010
menunjukkan bahwa ekspor biji kakao mencapai 90 persen dari total produksi biji
kakao Indonesia, oleh sebab itu Indonesia dikenal sebagai salah satu negara
eksportir terbesar di dunia. Walaupun dikenal sebagai salah satu negara pemasok
kakao dunia, namun sebagian besar kakao yang diekspor merupakan kakao dalam
bentuk biji mentah dan belum difermentasi. Ekspor kakao dalam bentuk biji
menyebabkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan dalam negeri
terbatas, maka pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan bea keluar biji kakao.
Penerapan bea keluar biji kakao tersebut bertujuan untuk menjamin ketersediaan
bahan baku nasional serta peningkatan nilai tambah dan daya saing industri
pengolahan kakao dalam negeri.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis daya saing
produk kakao Indonesia di negara tujuan utama dan (2) mengidentifikasi faktorfaktor
yang memengaruhi daya saing serta ekspor produk kakao Indonesia serta (3)
menganalisis pengaruh jangka panjang bea keluar biji kakao terhadap daya saing
serta ekspor produk kakao Indonesia di negara tujuan utama. Penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa data panel yaitu penggabungan antara data time
series dan cross section. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (1) analisis deskriptif, (2) analisis daya saing dengan metode Revealed
Comparative Advantage (RCA), (3) analisis data panel dengan Gravity Model, (4)
analisis pengaruh jangka panjang dengan Fully Modified Ordinary Least Square
(FMOLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk kakao Indonesia seperti
pasta, lemak serta bubuk kakao memiliki keunggulan komparatif yang tinggi pada
masing-masing negara tujuan utamanya. Produk pasta kakao Indonesia memiliki
keunggulan komparatif tertinggi berada di negara tujuan New Zealand (nilai ratarata
RCA sebesar 14,970) dibandingkan dengan negara tujuan lainnya. Lemak
kakao Indonesia memiliki keunggulan komparatif tertinggi di negara Prancis (nilai
rata-rata RCA sebesar 44,394). Sedangkan produk bubuk kakao memiliki
keunggulan komparatif tertinggi di negara China (nilai rata-rata RCA sebesar
12,461). Hal ini mengindikasi bahwa pasta kakao, lemak kakao serta bubuk kakao
Indonesia masing-masing memiliki daya saing tertinggi di negara New Zealand,
Prancis serta China dibandingkan negara tujuan lainnya.
Variabel yang memengaruhi daya saing dan ekspor berbeda-beda untuk
masing-masing produk kakao. Variabel yang berpengaruh terhadap daya saing
pasta kakao yakni bea keluar serta harga biji kakao dunia. Daya saing lemak kakao
dipengaruhi oleh nilai tukar dan bea keluar, sedangkan daya saing bubuk kakao
dipengaruhi oleh nilai tukar, bea keluar, harga biji kakao serta harga ekspor bubuk
kakao. Ekspor produk pasta kakao dipengaruhi oleh seluruh variabel yaitu nilai
tukar, jarak ekonomi, harga minyak bumi, harga ekspor pasta kakao, bea keluar biji
kakao, serta krisis keuangan tahun 2008. Variabel yang memengaruhi ekspor lemak
kakao yaitu nilai tukar, jarak ekonomi serta harga ekspor lemak kakao, sedangkan
ekspor bubuk kakao hanya dipengaruhi oleh jarak ekonomi.
Pengaruh bea keluar biji kakao dalam jangka panjang berbeda untuk setiap
masing-masing produk kakao dari sisi daya saing maupun ekspornya. Pengaruh
jangka panjang bea keluar biji kakao berpengaruh positif terhadap daya saing serta
ekspor pasta kakao Indonesia ke negara tujuan utama, hal ini sesuai dengan tujuan
diberlakukannya kebijakan bea keluar biji kakao, artinya apabila bea keluar biji
kakao semakin meningkat maka akan meningkat pula daya saing serta ekspor pasta
kakao ke negara tujuan utama, sedangkan pengaruh jangka panjang bea keluar biji
kakao menunjukkan nilai koefisien negatif terhadap daya saing serta ekspor bubuk
kakao, artinya apabila terjadi peningkatan bea keluar biji kakao maka akan
mengakibatkan daya saing dan ekspor bubuk kakao akan menurun. Hal ini tidak
sesuai dengan tujuan pemerintah menerapkan bea keluar biji kakao. Sedangkan
persamaan daya saing serta ekspor lemak kakao tidak memiliki kointegrasi
sehingga variabel independen persamaan daya saing serta ekspor lemak kakao tidak
memiliki pengaruh jangka panjang terhadap variabel dependen yakni daya saing
serta volume ekspor lemak kakao.
Berdasarkan nilai RCA diketahui bahwa produk kakao Indonesia masih
memiliki keunggulan komparatif di negara tujuan ekspor utama, keunggulan
komparatif tertinggi adalah lemak kakao. Sedangkan berdasarkan hasil estimasi
yang telah dilakukan, dengan memperhatikan pengaruh bea keluar biji kakao,
diketahui bahwa pasar produk kakao Indonesia yang paling potensial adalah pasta
kakao Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pengaruh bea keluar biji kakao dalam
jangka panjang masih mampu meningkatkan daya saing serta ekspor pasta kakao
ke negara tujuan utama.
Collections
- MT - Economic and Management [3183]
