dc.description.abstract | Lobster laut Panulirus sp. memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan
lobster terus meningkat baik pasar domestik maupun mancanegara. Produksi
lobster di Indonesia umumnya masih berasal dari tangkapan di alam.
Penangkapan yang dilakukan secara berlebihan dapat mengakibatkan penurunan
populasi di alam sehingga kegiatan budidaya merupakan pilihan terbaik untuk
memenuhi kebutuhan produksi lobster. Budidaya lobster yang sudah dilakukan
yaitu menggunakan karamba jaring apung (KJA) namun memiliki kendala seperti
pertumbuhan rendah, kanibalisme tinggi, tingkat kelangsungan hidup rendah, sisa
pakan tidak dapat dikontrol, kualitas air tidak dapat diprediksi, dan biaya produksi
yang tinggi. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dilakukan budidaya
secara indoor dengan sistem terkontrol. Budidaya lobster secara indoor dapat
ditingkatkan produksinya melalui upaya perbaikan sistem dan kualitas lingkungan
perairan. Kualitas air menurun yang disebabkan oleh bahan organik berupa feses
dan sisa pakan menyebabkan penurunan pH pada sistem resirkulasi. Perubahan
pH yang terjadi dan berfluktuasi dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dan kinerja
produksi. Alkalinitas berfungsi sebagai buffer terhadap fluktuasi pH, proses
nitrifikasi, dan berperan terhadap fungsi fisiologis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi alkalinitas optimum untuk budidaya lobster Panulirus sp.
berdasarkan respons fisiologis dan kinerja produksi.
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan
empat perlakuan dan diulang sebanyak dua kali. Level alkalinitas ditingkatkan
dengan penambahan CaCO3. Perlakuan yang digunakan yaitu alkalinitas 120, 190,
260 mg L-1 CaCO3 dibandingkan dengan kontrol atau tanpa penambahan CaCO3.
Lobster yang digunakan memiliki ukuran bobot rata-rata 58.05±1.48 g dan
panjang total rata-rata 115.68±1.87 mm yang dipelihara pada bak fiber berukuran
1.2 x 0.95 x 1 m3 selama 60 hari. Pakan yang diberikan yaitu jenis ikan rucah
yang dipotong berukuran 2-3 cm yang telah dibersihkan organ dalamnya dengan
Feeding Rate (FR) sebesar 3%. Frekuensi pemberian pakan yaitu satu kali per hari
pukul 17.00 WIB.
Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu kualitas air, respons
fisiologis, dan kinerja produksi. Kualitas air yang diamati yaitu alkalinitas, pH,
amonia (NH3), nitrit (NO2
-), nitrat (NO3
-), suhu, Dissolved Oxygen (DO), dan
salinitas. Respons fisiologis yang diamati yaitu Total Hemocyte Count (THC) dan
kadar glukosa hemolim. Parameter kinerja produksi yang dihitung yaitu
pertambahan bobot tubuh, pertambahan panjang tubuh, Tingkat Kelangsungan
Hidup (TKH), Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS), dan Rasio Konversi Pakan
(RKP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH air meningkat seiring dengan
peningkatan alkalinitas. Sedangkan parameter kualitas air lainnya tidak terjadi
perubahan secara signifikan dan masih mendukung bagi budidaya lobster. Hasil
pengamatan Total Hemocyte Count (THC) mengalami peningkatan di hari ke 20
pada perlakuan alkalinitas 120, 190, dan 260 mg L-1 CaCO3 kemudian nilainya
3
kembali menurun hingga akhir pemeliharaan. Nilai Total Hemocyte Count (THC)
secara keseluruhan yaitu berkisar antara 4.12–9.59 x 106 sel mL-1. Hasil
pengamatan kadar glukosa hemolim meningkat pada setiap perlakuan dengan nilai
secara keseluruhan yaitu berkisar 2.00-7.25 mg dL-1. Hasil penghitungan kinerja
produksi pada pertambahan bobot tubuh, panjang tubuh, Laju Pertumbuhan
Spesifik (LPS), dan Rasio Konversi Pakan (RKP) menunjukkan tidak berbeda
nyata pada setiap perlakuan. Sedangkan Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)
tertinggi pada alkalinitas 190 mg L-1 CaCO3 yaitu 86.67%.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alkalinitas
optimum pada budidaya lobster Panulirus sp. dalam wadah budidaya dengan
sistem terkontrol yaitu 190 mg L-1 CaCO3 yang ditunjukkan dengan Tingkat
Kelangsungan Hidup (TKH) tertinggi yaitu 86.67%. | id |