Show simple item record

dc.contributor.advisorMarliyati, Sri Anna
dc.contributor.advisorDewi, Mira
dc.contributor.authorPrameswari, Fajria Saliha Puspita
dc.date.accessioned2020-01-02T07:09:18Z
dc.date.available2020-01-02T07:09:18Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100736
dc.description.abstractPeningkatan kebutuhan gizi ibu selama hamil harus terpenuhi untuk menghindari risiko terjadinya permasalahan gizi bagi ibu dan bayi (Black dan Heidkamp 2018). Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil terjadi akibat rendahnya asupan energi dan protein secara berkelanjutan, dan ditandai dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23.5 cm (Kemenkes RI 2013). Akibat bagi janin jika terjadi kekurangan gizi selama proses kehamilan adalah kegagalan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah (BBLR), dan kelahiran prematur (Wu et al. 2012; Black dan Heidkamp 2018). Prevalensi BBLR dan PBLR (panjang badan lahir rendah) secara berturut-turut adalah 6.2% dan 22.7% yang jika tidak diatasi dapat mengakibatkan stunting (prevalensi stunting 30.8%) (Kemenkes RI 2018a). Pemberian makanan tambahan energi-protein seimbang bagi ibu hamil KEK dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan stunting (Liberato et al. 2013). Akan tetapi, penggunaan makanan tambahan yang tidak tepat, seperti menggantikan makanan utama dapat menurunkan status gizi ibu (Nurina 2016). Tujuan penelitian ini sebagai berikut: (1) menganalisis karakteristik subjek, kondisi sosial dan ekonomi, serta konsumsi pangan ibu hamil KEK; (2) menganalisis status gizi dan pertumbuhan janin pada ibu hamil KEK; (3) menganalisis pengaruh pemberian makanan tambahan sumber protein terhadap status gizi ibu hamil KEK dan pertumbuhan janin. Penelitian dilakukan di sembilan wilayah puskesmas, yaitu Puskesmas Merdeka, Puskesmas Gang Kelor, Puskesmas Sindang Barang, Puskesmas Tanah Sareal, Puskesmas Semplak, Puskesmas Pasir Mulya, Puskesmas Pondok Rumput, dan Puskesmas Kayu Manis. Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan pre-post control trial. Sebanyak 44 subjek terlibat dalam penelitian ini dan dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu 24 subjek pada kelompok intervensi dan 20 subjek pada kelompok kontrol positif. Subjek kelompok intervensi diberikan makanan tambahan sumber protein, sedangkan subjek kelompok kontrol positif diberikan PMT pemerintah selama delapan minggu. Makanan tambahan sumber protein terdiri dari tiga jenis, yaitu snackbar, minuman serbuk instan, dan sup krim instan. Indikator yang dianalisis adalah status gizi subjek dan pertumbuhan janin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia subjek pada kedua kelompok berkisar pada 23 hingga 26 tahun dengan kisaran usia gestasi 19 hingga 21 minggu. Jenis pekerjaan suami yang paling dominan adalah karyawan swasta dan jenis pekerjaan subjek yang paling dominan adalah ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga per bulan subjek berkisar pada Rp4 700 000 hingga Rp5 550 000,- dengan mayoritas subjek tidak tergolong miskin. Pengeluaran keluarga per bulan berkisar antara Rp3 600 000 hingga Rp3 850 000,-. LiLA subjek pada kedua kelompok berkisar antara 21.28 hingga 21.35 cm. Status gizi subjek pada kedua kelompok dikategorikan menjadi underweight dan normal dengan IMT berkisar pada 18.7 hingga 18.82 kg/m2. Hampir setengah dari subjek mengalami anemia dengan kisaran kadar Hb antara 11.03 hingga 11.38 mg/dL. v Jenis makanan pokok yang paling sering dikonsumsi oleh subjek di kedua kelompok adalah nasi, mie, dan roti. Jenis pangan hewani adalah ikan asin dan telur. Jenis pangan nabati adalah tempe dan tahu. Jenis sayuran adalah tomat, wortel, dan bayam. Jenis buah-buahan adalah rambutan dan jeruk. Jenis jajanan adalah biskuit dan gorengan, serta susu untuk ibu hamil dan teh tawar. Sebagian besar subjek pada kedua kelompok mengalami defisit asupan energi dan protein. Lebih dari setengah subjek pada kedua kelompok memiliki asupan lemak yang berlebih dan seluruh subjek pada kedua kelompok memiliki asupan karbohidrat yang cukup. Tingkat kepatuhan konsumsi makanan tambahan subjek diukur setiap minggu menggunakan form kepatuhan, bungkus produk, dan penimbangan sisa produk. Tingkat kepatuhan konsumsi makanan tambahan pada kelompok kontrol positif lebih baik dibandingkan kelompok intervensi (p=0.000) dengan rata-rata persentase kepatuhan secara berturut-turut sebesar 85.3% dan 65.0%. Makanan tambahan sumber protein dengan tingkat kepatuhan paling tinggi adalah snackbar (79.8%) dan tingkat kepatuhan paling rendah adalah sup krim instan (34.9%). Sebagian besar panjang femur janin kelompok intervensi sebelum perlakuan termasuk dalam persentil 50-75, sedangkan pada kelompok kontrol positif pada persentil 75-90 (p>0.05). Sebagian besar taksiran berat janin pada kedua kelompok sebelum perlakuan termasuk pada persentil 75-90 (p>0.05). Sebagain besar panjang femur janin pada kedua kelompok setelah perlakuan termasuk dalam persentil 75- 90, sedangkan taksiran berat janin sebagian besar termasuk pada persentil 50-75 (p>0.05). Rata-rata peningkatan berat badan subjek pada kelompok intervensi adalah 5.3 kg, sedangkan pada kelompok kontrol positif adalah 4.74 kg (p>0.05). rata-rata peningkatan LiLA kelompok intervensi adalah 0.78 cm, sedangkan kelompok kontrol positif adalah 1.41 cm (p>0.05). Hasil analisis ANCOVA, dengan mengoreksi peubah perancu, menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan tidak memberikan pengaruh signifikan (p>0.05) kepada indikator status gizi subjek. Faktor kovariat yang berpengaruh terhadap peningkatan BB subjek adalah pertambahan usia gestasi (p<0.1), sedangkan faktor kovariat yang berpengaruh terhadap peningkatan LiLA subjek adalah tinggi badan subjek (p<0.05). Hasil analisis ANCOVA juga menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan tidak memberikan pengaruh signifikan (p>0.05) pada indikator pertumbuhan janin. Pertambahan usia gestasi merupakan faktor kovariat yang berpengaruh signifikan terhadap kedua indikator pertumbuhan janin, sedangkan tinggi badan subjek berpengaruh terhadap panjang femur janin (p<0.05). Makanan tambahan sumber protein memiliki tingkat kepatuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan PMT pemerintah, namun tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada indikator status gizi subjek dan pertumbuhan janin, sehingga dapat disimpulkan bahwa makanan tambahan sumber protein memiliki pengaruh yang sama dengan PMT pemerintah. Makanan tambahan sumber protein diduga memiliki manfaat yang lebih baik dibandingkan PMT pemerintah jika tingkat kepatuhan konsumsi subjek lebih baik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcNutritional statusid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleEfikasi Pemberian Makanan Tambahan Sumber Protein pada Ibu Hamil KEK terhadap Status Gizi Ibu dan Pertumbuhan Janinid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordibu hamil KEKid
dc.subject.keywordmakanan tambahan sumber proteinid
dc.subject.keywordpertumbuhan janinid
dc.subject.keywordstatus gizi ibu hamilid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record