Show simple item record

dc.contributor.advisorSiregar, Vincentius P
dc.contributor.advisorAgus, Syamsul Bahri
dc.contributor.authorSugara, Ayub
dc.date.accessioned2019-12-31T03:25:52Z
dc.date.available2019-12-31T03:25:52Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100700
dc.description.abstractTeknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan citra satelit resolusi tinggi sudah banyak dilakukan, seperti halnya menggunakan Citra Worldview-2 dikombinasikan dengan data Ground Truth Habitat (GTH) untuk memetakan habitat bentik perairan laut dangkal. Namun, pemanfaatan data penginderaan jauh tidak hanya menggunakan citra satelit resolusi tinggi, kemajuan dalam fotogrametri atau foto udara menggunakan drone quadcopter non multispectral memungkinkan peneliti dapat mengkaji infomasi dari suatu daerah secara detail dengan menggunakan citra drone (aereal photography) sebagai pengganti data Ground Truth Habitat (GTH). Teknik fotogrametri dengan melakukan visualisasi objek habitat bentik perairan dangkal pada citra foto udara yang telah terkoreksi geometrik dikenal dengan metode Virtual Ground Truth (VGT). Lama waktu survei lapang, akses yang sulit, high cost, faktor resiko serta cuaca, sangat menyulitkan peneliti untuk melakukan survei lapang. Hal tersebut menjadi alasan pendekatan penggunaan drone sebagai wahana pengambilan data foto udara untuk pengganti GTH. Pada penelitian ini digunakan tiga citra, yaitu Worldview-2, Sentinel 2A dan citra foto udara. Citra Worldview-2 dan Sentinel 2A diklasifikasi dengan pendekatan pixel base inputan data GTH dan VGT serta perlakuan koreksi kolom air dan tanpa koreksi kolom air. Citra drone digunakan sebagai alat bantu untuk penentuan titik dari metode VGT. Analisis citra bertujuan untuk mengidentifikasi habitat bentik perairan dangkal di Pulau Lancang dan Pulau Sebaru Besar dan membandingkan hasil klasifikasi serta akurasi pemetaan pada citra Worldview-2 dan Sentinel 2A dengan inputan data GTH dan VGT. Uji akurasi hasil klasifikasi dengan metode GTH dan VGT tidak berbeda secara signifikan. Klasifikasi citra Worldview-2 di Pulau Lancang dengan menggunakan metode GTH 9 kelas habitat menghasilkan overall accuracy 61,8 %, sedangkan dengan VGT menghasilkan 57,03%. Pada citra Sentinel 2A menggunakan metode GTH 9 kelas habitat menghasilkan overall accuracy 45,6 %, sedangkan VGT 43%. Sedangkan citra Sentinel 2A hasil transformasi Lyzenga metode GTH menghasilkan overall accuracy 45,6% sedangkan VGT 43,8%. Sama seperti di Pulau Sebaru Besar hasil uji akurasi pada peta hasil klasifikasi dengan metode GTH dan VGT tidak berbeda secara signifikan. Citra Worldview-2 menggunakan metode GTH 9 kelas habitat menghasilkan overall accuracy 63,2%, sedangkan VGT 59,5%. Pada citra Sentinel 2A menggunakan metode GTH 9 kelas habitat menghasilkan overall accuracy 49,4%, sedangkan VGT 44,9%. Dari hasil uji akurasi yang didapat bahwasanya ada prospek kedepan penggunaan drone dalam pengganti data survei lapang, dikarenakan tidak signifikan perbedaan yang dihasilkan dari data GTH dan VGT yaitu < 6%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcMarine technologyid
dc.subject.ddcShallow waterid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcPulau Lancang-Kep. Seribuid
dc.titleKlasifikasi Habitat Bentik Perairan Dangkal Dari Citra Worldview-2 dan Sentinel 2A Menggunakan Data In-Situ dan Droneid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddroneid
dc.subject.keywordGTHid
dc.subject.keywordhabitat bentikid
dc.subject.keywordsentinel 2Aid
dc.subject.keywordVGTid
dc.subject.keywordworldviewid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record