dc.description.abstract | Kondisi iklim regional khususnya curah hujan, kelembaban udara dan suhu udara menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kebutuhan air padi sawah. Penelitian mengenai kebutuhan air berbasis karakteristik iklim perlu dilakukan untuk mendukung manajemen air menuju efisiensi penggunaan air dan deteksi dini kekeringan berbasis karakteristik iklim. Penelitian ini ditujukan untuk membandingkan estimasi kebutuhan air tanaman padi, menganalisis kecukupan curah hujan terhadap kebutuhan air tanaman padi sawah tiap karakteristik iklim, menganalisis respon kebutuhan air tanaman padi sawah terhadap karakteristik iklim dan menganalisis tindakan masyarakat petani sebagai respon pemenuhan kebutuhan air tanaman padi. Kebutuhan air padi ditentukan dengan menghitung nilai evapotranspirasi dikurangi evaporasi untuk mendapat nilai transpirasi. Total kebutuhan air padi dibandingkan dengan total curah hujan tiap wilayah iklim. Respon kebutuhan air padi dipengaruhi oleh fase pertumbuhan dan perkembangan padi yang mengikuti pola sebaran suhu udara tiap demoplot. Estimasi kebutuhan air demoplot Binong, Purwadadi, Pamanukan, Pagaden dan Cijambe berurutan adalah 1134mm/1 musim tanam, 897mm/1 musim tanam, 1242mm/1 musim tanam, 1216mm/1 musim tanam, dan 690mm/1 musim tanam. Kebutuhan air dipengaruhi signifikan oleh suhu udara rata-rata dan kelembaban relatif (variabel iklim) dan tinggi tanaman dan jumah anakan (varietas padi). Total curah hujan tidak memenuhi kebutuhan air padi tiap demoplot. Pemberian air irigasi dilakukan untuk memenuhi defisit curah hujan tiap wilayah. Kecenderungan pemberian air irigasi berdasarkan jumlah hari hujan dan curah hujan mingguan menyebabkan ketidaktepatan tinggi kadar air tanah yang dapat digunakan padi pada fase pertumbuhan tertentu. | id |