Show simple item record

dc.contributor.advisorDharmawan, Arya Hadi
dc.contributor.advisorSaharuddin
dc.contributor.authorNissa', Zulfa Nur Auliatun
dc.date.accessioned2019-11-26T02:47:40Z
dc.date.available2019-11-26T02:47:40Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100148
dc.description.abstractPerubahan iklim merupakan fenomena global yang meberikan dampak negatif pada sistem kehidupan dan tingkat kerentanan masyarakat khususnya masyarakat di wilayah pesisir. Tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahan iklim berbeda dari satu daerah ke daerah lain meski dalam satu negara (Liverman 2007; IPCC 2014). Tingkat kerentanan tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan keterpaparan iklim (Climatechange exposure), sensitivitas masyarakat dan kemampuan mereka untuk beradaptasi (Metzger 2006; IPCC 2007). Rendahnya pemahaman nelayan mengenai perubahan iklim menempatkan mereka pada posisi yang beresiko seperti merasakan dampak dari perubahan iklim yang kemudian menekan sistem penghidupan mereka. Nelayan diketahui sangat bergantung pada fluktuasi sumber daya ikan dan sifat perikanan yang “open access” dan common resources. Sifat perikanan tersebut menyebabkan degradasi sumber daya, kemiskinan dan marginalisasi. Masalah perikanan skala kecil meliputi kinerja ekonomi yang rendah dan kemampuan atau keahlian yang terbatas dalam menghadapi tekanan global, termasuk perubahan iklim. Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh nelayan seperti yang dijelaskan, tentu saja merupakan bahaya tersendiri pada sistem mata pencaharian nelayan yang menyebabkan mata pencaharian nelayan menjadi lebih rentan terhadap paparan perubahan iklim dan paparan sosial ekonomi lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kerentanan mata pencaharian rumah tangga nelayan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner indeks kerentanan penghidupan yang diadaptasi dari IPCC (International Panel of Climate Change)/ LVI-IPCC dan wawancara mendalam. Data dikumpulkan dari empat puluh responden. Data dari hasil survey kemudian dianalisis dengan analisis LVI dan analisis deskriptif kualitatif. Wilayah Kelurahan Muarareja merupakan Kelurahan yang mayoritas hampir seluruh warganya bermatapencaharian sebagai nelayan skala kecil dengan kapasitas kapal 3-10GT. Paparan atau exposure yang sering mereka keluhkan diantaranya cuaca/musim yang kadang tidak mendukung kegiatan penangkapan kemudian menyebabkan sebagian dari mereka menganggur untuk beberapa bulan. Rendahnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat sekitar serta kondisi geografis yang berbatasan langsung dengan laut utara Jawa menyebabkan pekerjaan nelayan menjadi satu-satunya pekerjaan yang paling diminati. Sehingga, akhir-akhir ini BPS mencatat bahwa perairan Kota Tegal sudah mengalami overfishing akibat semakin banyaknya jumlah nelayan yang kemudian berdampak pada penurunan produksi. Selain itu juga, semakin padatnya nelayan menyebabkan beberapa dampak sosial ekonomi lain seperti semakin tingginya persaingan yang sering berpotensi pada konflik. Konflik yang sering terjadi seperti sering sangkutan alat tangkap, pencurian akibat tingginya persaingan, dan semakin sulit mencari Anak Buah Kapal. Studi ini menemukan fakta bahwa nelayan skala kecil baik lapisan atas maupun bawah di Kelurahan Muarareja dalam penelitian ini tingkat kerentanan penghidupannya dihitung berdasarkan LVI-IPCC yaitu 0.04 untuk rumahtangga nelayan lapisan bawah dan -0.03 untuk rumahtangga nelayan lapisan atas yang artinya pada rentang atau skala tersebut termasuk pada kategori tingkat kerentanan rendah (resilient). Meskipun, responden dihadapkan dengan variasi paparan yang tinggi seperti perubahan iklim, persaingan antar nelayan, dan degradasi sumber daya perikanan. Namun mereka memiliki kapasitas adaptasi yang cukup baik dengan penggunaan modal penghidupan secara optimal nelayan lapisan atas cenderung memanfaatkan modal fisik dan finasialnya untuk melakukan strategi eksploitasi dan spasial. Di sisi lain lapisan bawah nelayan kebanyakan menggunakan modal sosial mereka seperti afiliasi dalam kelompok, kepercayaan yang tinggi dan sistem patron-klien yang berbasis ekonomi moral untuk menjalankan strategi survival. Sementara untuk tindakan adaptasi yang dilakukan oleh rumahtangga nelayan Kota Tegal dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipologi adaptasi diantaranya adaptasi re-organisasional rumahtangga, adaptasi teknologi dan adaptasi kelembagaan kolektif.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcRural Sociologyid
dc.subject.ddcClimate Changeid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcTegal, Jawa Tengahid
dc.titleAnalisis Kerentanan Penghidupan Rumah Tangga Nelayan di Kota Tegalid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAdaptasiid
dc.subject.keywordkerentananid
dc.subject.keywordpenghidupanid
dc.subject.keywordmodal nafkahid
dc.subject.keywordnelayanid
dc.subject.keywordstrategi nafkahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record