Tingkat Stres, Strategi Koping, Dukungan Sosial dan Fungsi Keluarga Korban Bencana di Kabupaten Lombok Timur
Abstract
Gempa bumi yang telah terjadi pada 5 Agustus 2018 di Lombok Utara dan
Lombok Timur serta kawasan di sekitarnya berkekuatan 7 pada Skala Richter,
merupakan tipe gempa merusak dan mengakibatkan korban jiwa. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dampak bencana berpengaruh terhadap munculnya
gejala stres. Stres pada korban bencana dapat mengganggu fungsi keluarga,
melemahkan keseimbangan keluarga, sehingga dibutuhkan strategi koping dan
dukungan sosial agar fungsi keluarga berjalan optimal.
Tujuan umum dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh tingkat stres, strategi koping dan dukungan sosial terhadap fungsi
keluarga korban bencana di Kabupaten Lombok Timur. Tujuan khusus penelitian
ini, yaitu (1) menganalisis perbedaan tingkat stres, strategi koping, dukungan sosial
dan fungsi keluarga korban bencana di wilayah pegunungan dan pesisir; (2)
menganalisis hubungan tingkat stres, strategi koping, dukungan sosial dan fungsi
keluarga korban bencana; (3) menganalisis pengaruh tingkat stres, strategi koping,
dan dukungan sosial terhadap fungsi keluarga korban bencana.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan metode survey
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan data. Lokasi
penelitian dipilih secara purposive, yaitu di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan
Sembalun dan Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur,
Nusa Tenggara Barat. Tempat penelitian dipilih berdasarkan kerusakan terbanyak
akibat bencana di wilayah pegunungan dan pesisir, yaitu Desa Sembalun Bumbung,
Kecamatan Sembalun mewakili wilayah pegunungan dengan kerusakan terbanyak
dan Desa Sugian, Kecamatan Sambelia mewakili wilayah pesisir dengan kerusakan
terbanyak. Pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan Januari hingga Agustus
2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga korban bencana yang
bertempat tinggal di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun mewakili
wilayah pegunungan dan Desa Sugian,Kecamatan Sambelia mewakili wilayah
pesisir, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Responden pada
penelitian ini adalah istri dari keluarga korban bencana. Teknik penarikan contoh
yang digunakan adalah random sampling disproportional. Jumlah contoh yang
diambil untuk penelitian ini sebanyak 120 orang istri dari keluarga korban bencana.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS). Analisis yang dilakukan
meliputi analisis deskriptif, uji beda t-test, dan uji regresi linear berganda.
Usia istri pada penelitian ini berada pada rentang usia 18-42 tahun, dengan
rata-rata usia istri 23.4 tahun. Rata-rata lama pendidikan istri secara keseluruhan
adalah 7.9 tahun atau setara SD dan SMP. Istri di wilayah pegunungan lebih banyak
bekerja sebagai petani, sedangkan istri di wilayah pesisir lebih banyak yang bekerja
sebagai buruh. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki adalah 2 orang. Rata-rata besar
keluarga yang dimiliki korban bencana di wilayah pegunungan dan pesisir adalah
5 orang.
Tingkat stres dan strategi koping keluarga di wilayah pegunungan tidak
berbeda nyata dengan keluarga di wilayah pesisir. Namun, dimensi koping berfokus
masalah pada keluarga di wilayah pegunungan lebih tinggi daripada keluarga di
wilayah pesisir. Dukungan sosial di wilayah pegunungan lebih tinggi dari pada
wilayah pesisir. Selain itu, dimensi dukungan keluarga, dukungan teman dan
dukungan pemerintah pada keluarga di wilayah pegunungan lebih tinggi daripada
keluarga di wilayah pesisir. Fungsi keluarga di wilayah pesisir lebih tinggi dari pada
keluarga di wilayah pegunungan. Selain itu, dimensi peran, keterlibatan afektif dan
fungsi umum pada keluarga di wilayah pesisir lebih tinggi daripada keluarga di
wilayah pegunungan.
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan dan
tingkat stres maka semakin tinggi pula strategi koping. Semakin tinggi usia istri dan
jumlah anak maka semakin rendah dukungan sosial. Semakin tinggi pendidikan,
tingkat stres, dan strategi koping maka semakin tinggi pula dukungan sosial.
Semakin tinggi strategi koping dan dukungan sosial maka semakin tinggi pula
fungsi keluarga. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi keluarga yaitu wilayah tempat tinggal, pekerjaan, strategi
koping dan dukungan sosial.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut: (1) Keluarga korban bencana diharapkan saling
memberikan dukungan melalui nasihat dan perhatian agar merasa nyaman, dan
meningkatkan komunikasi yang baik agar menciptakan lingkungan yang saling
menguatkan sehingga tidak merasa terbebani secara berlebihan dengan masalah
yang dihadapi. (2) Pihak masyarakat dan LSM yang peduli dengan daerah bencana
diharapkan memberikan edukasi, perhatian, konseling, dan arahan secara berkala
untuk membantu keluarga melakukan strategi koping secara maksimal. (3) Bagi
pemerintah diharapkan memberikan informasi yang akurat mengenai
perkembangan penanganan rekonstruksi fisik korban pascabencana, pendampingan
psikologi jangka panjang, dan meningkatkan pelatihan-pelatihan terkait program
pemberdayaan perekonomian keluarga melalui wirausaha produk lokal untuk
memotivasi masyarakar agar lebih berdaya.
Collections
- MT - Human Ecology [2193]