Penggunaan Hormon Estradiol-17β dan Suhu Berbeda terhadap Sifat Kanibalisme Benih Ikan Lele Clarias gariepinus
View/ Open
Date
2019Author
Putri, Hylda Khairah
Zairin, Muhammad
Carman, Odang
Diatin, Iis
Metadata
Show full item recordAbstract
Masalah kanibalisme diyakini menjadi salah satu penyebab kematian benih ikan lele (Clarias gariepinus) selama tahap pembenihan. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengendalikan kanibalisme seperti memanipulasi tingkat kekenyangan melalui peningkatan jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan, namun tidak menghilangkan kanibalisme pada benih ikan lele. Selain itu, sortasi ukuran yang dilakukan secara berkala juga dinilai kurang efektif dalam kegiatan budidaya intensif dan belum optimal mengurangi tingkat kanibalisme pada benih ikan lele. Pemicu sifat kanibalisme pada sistem pembenihan intensif diduga disebabkan oleh perilaku agresif yang dimiliki oleh benih ikan lele. Perilaku agresif yang menyebabkan kanibalisme merupakan dampak dari neuromodulator yang dimediasi oleh kadar hormon testosteron yang tinggi. Penurunan kadar testosteron dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar estrogen sehingga timbul negative feed-back. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan beberapa dosis estradiol-17β pada suhu air yang berbeda untuk mengendalikan agresivitas dan kanibalisme pada benih ikan lele.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis 17β-estradiol (0, 20 dan 50 mg kg-1) diberikan secara oral melalui pakan dan suhu air (28 dan 31 ° C). Setiap perlakuan memiliki tiga ulangan. Hormon yang digunakan dalam penelitian ini adalah hormon estradiol-17β. Pengamatan tingkah laku benih, mortalitas dan kanibalisme dilakukan mulai hari pertama setelah penebaran. Sampel ikan yang mati dikoleksi dan dilakukan pengamatan terhadap bekas luka atau gigitan pada bagian tubuh benih. Ikan yang mati digolongkan sesuai ciri berdasarkan tipe kanibalisme (tipe kanibalisme I dan II) dan kematian normal. Tipe I adalah kondisi benih dengan kerusakan ekor, tubuh utuh tetapi memiliki bekas luka di perut, kepala atau badan. Tipe II adalah kondisi benih dimakan seluruh tubuhnya. Preparasi cairan tubuh benih untuk pengukuran kandungan estradiol-17β, testosteron dan glukosa darah dilakukan dengan cara mengoleksi benih pada hari ke-0, 15 dan 30 masa pemeliharaan. Parameter yang diukur selama penelitian meliputi kandungan estradiol-17β dan testosteron, glukosa darah, tingkah laku benih, kelangsungan hidup, mortalitas, kanibalisme serta kinerja pertumbuhan.
Hasil pengukuran hormon menunjukkan bahwa benih yang diberi perlakuan hormon estradiol-17β eksogenus selama penelitian memiliki kandungan estradiol-17β yang meningkat, sedangkan kandungan testosteronnya cenderung menurun seiring waktu pemeliharaan. Pada hari ke-30, benih yang diberi perlakuan estradiol-17β memiliki kandungan estradiol-17β lebih tinggi dibanding benih tanpa pemberian estradiol-17β. Peningkatan kandungan estradiol-17β pada penelitian ini juga diketahui menurunkan kandungan testosteron. Pada hari ke-15, benih yang diberi perlakuan estradiol-17β pada suhu 28 °C memperlihatkan penurunan testosteron yang signifikan dibandingkan kandungan testosteron sebelum perlakuan estradiol-17β yang berlanjut hingga hari ke-30. Pada penelitian ini, menurunnya kandungan testosteron pada benih ikan lele sejalan dengan
penurunan kejadian kanibalisme. Pada penelitian ini, kombinasi pemberian estradiol-17β dosis 50 mg kg-1 pakan dengan suhu 28 °C terbukti paling efektif dalam menekan kanibalisme pada benih ikan lele sampai sebesar 15.8 %, sedangkan perlakuan estradiol-17β dosis 0 mg kg-1 pakan dengan suhu 31 °C hanya dapat menekan kanibalisme sampai 47.5 %. Penurunan tingkat kanibalisme tersebut terjadi karena perlakuan mampu menurunkan perilaku agonistik benih ikan lele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang diberi perlakuan estradiol-17β dosis 50 mg kg-1 pakan pada suhu 28 °C memiliki nilai tingkah laku agonistik sebelum waktu pemberian pakan yang terendah dibanding perlakuan lainnya. Waktu terjadinya kanibalisme tertinggi cenderung berlangsung antara pukul 24.00-06.00. Keadaan ini berhubungan dengan sifat nokturnal benih ikan lele. Dari segi pertumbuhan, perlakuan estradiol-17β dosis 20 mg kg-1 pakan pada suhu 31 °C menyebabkan pertumbuhan bobot dan panjang yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.
Sebagai kesimpulan, pemberian estradiol-17β pada suhu 28 °C lebih efektif dalam menurunkan kadar testosteron pada benih ikan lele dibandingkan dengan pada suhu yang lebih tinggi (31 °C). Penggunaan estradiol-17β dosis 50 mg kg-1 pakan pada suhu 28 °C merupakan kombinasi terbaik dalam mengendalikan kanibalisme pada benih ikan lele.
Collections
- MT - Fisheries [3016]