Efektivitas Model Edukasi Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak secara Intensif (KPMBA-I) dalam Meningkatkan Kinerja Konseling Kader Posyandu
View/ Open
Date
2019Author
Rahmawati, Siti Mutia
Madanijah, Siti
Anwar, Faisal
Kolopaking, Risatianti
Metadata
Show full item recordAbstract
Kegiatan edukasi di Posyandu yang belum dilakukan oleh kader menyebabkan ibu yang memiliki bayi dan anak usia 0-2 tahun tidak memperoleh informasi tentang kondisi dan cara mengatasi masalah kesehatan bayi atau anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas model edukasi konseling pemberian makan bayi dan anak secara intensif (KPMBA-I) terhadap kinerja konseling kader Posyandu. Penelitian dilaksanakan di Ciomas Bogor Jawa Barat pada bulan Mei sampai Desember 2017.
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, menggunakan desain kualitatif pada tahap satu dan dua, pada tahapan penelitian ketiga menggunakan desain eksperimen semu. Populasi target dalam penelitian ini adalah kader yang bekerja dan berada di Kecamatan Ciomas Bogor. Subjek dalam penelitian ini adalah kader yang berasal dari dua desa yaitu Desa Pagelaran dan Desa Ciomas Rahayu di Kecamatan Ciomas Bogor dengan jumlah 55 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 1) bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dengan menandatangani inform consent, 2) Sehat, 3) sebagai kader aktif (hadir setiap bulan kegiatan posyandu), 4) Usia antara 20-55 tahun, 5) sudah menikah, 6) lama bekerja sebagai kader minimal 2 tahun, sedangkan kriteria eksklusi adalah kader yang sakit dan tidak bisa mengikuti penelitian sampai selesai. Kader kelompok kontrol diberikan edukasi menggunakan modul kader standar dan kader kelompok intervensi mendapatkan edukasi konseling PMBA intensif (KPMBA-I).
Data yang dianalisis meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan selain kader, pernah tidaknya mendapat pelatihan, lama menjadi kader, pengetahuan, sikap, motivasi dan kinerja konseling PMBA. Data keterampilan konseling kader diperoleh dengan cara observasi selama pendampingan. Data praktik pemberian makan bayi dan anak diperoleh dari hasil konseling kader kepada ibu/pengasuh dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan kader tidak secara rutin memberikan penyuluhan/edukasi gizi dan kesehatan di Posyandu. Edukasi dilakukan secara informal, tidak ada pedoman penyuluhan yang dikuti dan tidak menggunakan alat bantu. Tokoh masyarakat dan petugas kesehatan mendukung kader untuk dapat melaksanakan tugas nya dengan baik. Masyarakat pengguna posyandu juga berharap, ada peningkatan keterampilan kader khususnya keterampilan konseling. Kader berharap mendapat pelatihan yang tepat dan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan konseling yang dapat dipraktikkan di masyarakat. Hasil penelitian tahap dua diperoleh model edukasi konseling PMBA intensif (KPMBA-I) berupa modul modifikasi konseling PMBA dengan penambahan jam praktik konseling dan proses pendampingan.
Sebagian (56%) kader berada pada usia produktif yaitu usia 35-45 tahun. Sebanyak 64% kader memiliki pendidikan yang tinggi yaitu tingkat SMA. Selain menjadi kader posyandu, sebagian besar (80%) bekerja sebagai ibu rumah tangga, berstatus sudah menikah dan selama menjalankan tugasnya sebagai kader, hampir
seluruhnya (95%) mendapat dukungan dari keluarga khususnya suami. Dalam satu tahun terakhir, terdapat kader yang belum pernah mendapat pelatihan (35%), pernah mendapat pelatihan satu kali (31%) dan pelatihan dua kali atau lebih (34%). Lama dan pengalaman menjadi kader posyandu sebagian besar adalah 2 sampai 5 tahun (71%). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara karakteristik kader kelompok intervensi dan kontrol (p>0.05) sehingga tidak mempengaruhi hasil intervensi.
Hasil uji paired t-test menunjukkan perbedaan signifikan nilai pengetahuan, sikap dan motivasi kader kelompok intervensi sebelum dan setelah pelatihan (p<0.05). Hasil uji independent t-test menunjukkan perbedaan yang signifikan nilai pengetahuan kedua kelompok setelah mendapat pelatihan (p<0.05) namun nilai sikap dan motivasi tidak menunjukkan perbedaan (p>0.05). Hasil uji paired t-test menunjukkan perbedaan nilai kinerja kader kelompok intervensi sebelum dan setelah pelatihan (p<0.05). Hasil uji independent t-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan nilai kinerja kedua kelompok setelah mendapat pelatihan (p<0.05). Skor dari empat indikator kinerja konseling yaitu kuantitas, kualitas, kepedulian dan karakter menunjukkan peningkatan secara signifikan pada kelompok kader yang diberi edukasi KPMBA-I. Hasil analisis ANCOVA menunjukkan secara simultan pengetahuan, sikap kader, pernah mendapat pelatihan dan model edukasi berpengaruh terhadap kinerja konseling kader (p<0.05) dengan nilai R Squared = 0.447.
Evaluasi proses pendampingan dilakukan selama kader melakukan praktik konseling kepada ibu bayi dan anak usia 0-24 bulan sebanyak 8 kali. Hasil analisis menunjukkan nilai p= 0.001 yang berarti proses pendampingan memberikan pengaruh terhadap keterampilan konseling kader berdasarkan tahap pendampingan. Jumlah pendampingan yang efisien dan efektif meningkatkan keterampilan konseling kader adalah 3 kali pendampingan. Evaluasi proses praktik konseling kader kepada ibu/pengasuh bayi dan anak usia 0-24 bulan memberikan hasil pada perubahan praktik PMBA ibu/pengasuh. Terjadi peningkatan praktik pemberian makan bayi dan anak usia 6-24 bulan oleh ibu/pengasuh berdasarkan kategori (p= 0.001) dan nilai rerata praktik (p= 0.003). Praktik yang mengalami peningkatan adalah konsumsi lauk hewani, bentuk/kekentalan dan variasi makanan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:(1) Model edukasi KPMBA-I efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi kader. (2) Model edukasi KPMBA-I efektif meningkatkan kinerja konseling kader dengan indikator kuantitas, kualitas, kepedulian dan karakter. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kinerja konseling adalah model edukasi, pengetahuan, sikap dan pernah tidaknya kader mendapat pelatihan. (3) Proses pendampingan efektif meningkatkan keterampilan konseling PMBA kader. (4) Praktik konseling PMBA kader kepada ibu/pengasuh dapat meningkatkan praktik PMBA usia 6-24 bulan. Untuk itu perlu dilakukan 1) pendampingan rutin dan terstruktur oleh bidan desa maupun petugas gizi untuk mempertahankan keterampilan konseling kader dengan menggunakan alat ukur penilaian keterampilan konseling, 2) peningkatan kapasitas kader secara kontinyu seperti refreshing /penyegaran misalnya dalam pertemuan bulanan kader, 3) peningkatan dukungan dari aparat desa dan tokoh masyarakat agar praktik konseling PMBA kader dapat dilakukan secara rutin.
Collections
- DT - Human Ecology [567]