Strategi Pengembangan Ekowisata Kuliner Tradisional di Kabupaten Cianjur.
View/ Open
Date
2019Author
Muchrodji
Dudung, Darusman
Ricky, Avenzora
Harnios, Arief
Metadata
Show full item recordAbstract
Kuliner tradisional Cianjur (KTC) memiliki potensi besar sebagai salah
satu produk ekowisata, namun hingga saat ini potensi tersebut belum
dioptimalkan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
eksistensi KTC secara berkelanjutan. Potensi KTC diinventarisai dan dievaluasi,
KTC dinilai sebagai produk ekowisata, dan dianalisis eksistensinya. Peran
stakeholder dianaisis presepsi, motivasi dan preferensinya, selanjutnya disusun
strategi pengembangannya. Hasil inventarisasi dan evaluasi KTC diperoleh 171
jenis KTC yang terdiri dari minuman sebanyak 22 buah, camilan 76 buah, dan
makanan utama 73 buah). Keberadaan KTC hampir tersebar secara merata di
semua wilayah di Cianjur. KTC dibuat dengan minimal 57 bahan utama baik yang
berasal dari hasil alam maupun hasil budidaya, sehingga diperlukan upaya
pelestarian sumberdaya tersebut untuk dapat melestarikan KTC yang ada. KTC
diolah dengan 13 cara pengolahan. Secara organoleptik dapat diterima
masyarakat/wisatawan karena tersedia banyak pilihan baik dari segi warna, rasa
dan tekstur. Sebagian besar produk KTC sama dengan produk kuliner tradisional
Sunda/Jawa Barat sehingga keunikan KTC menjadi rendah. Sebagian besar KTC
dipasarkan dalam bentuk, penampilan dan kemasan yang “apa adanya” dalam arti
kurang menarik sebagai produk wisata serta tidak bersertifikat keamanan pangan
dari Depkes (PIRT atau sertifikat pangan lainnya). Berdasarkan hasil Penilaian
KTC sebagai Produk Ekowisata diketahui telah terjadi pergeseran budaya
masyarakat terhadap KTC, dimana semakin muda masyarakat Cianjur semakin
rendah tingkat pengetahuannya terhadap KTC. Hasil analisis Eksistensi Kuliner
Tradisional Cianjur dalam Pandangan Masyarakat dan Wisatawan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Cianjur termasuk dalam
kategori tinggi. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan pengetahuan
wisatawan secara umum termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dapat diketahui
dari jumlah KTC yang dikenal wisatawan hanya 34,50%. Dukungan stakeholder
(Pemerintah, Budayawan, Pengusaha, dan Masyarakat) terhadap pengembangan
KTC sebagai produk ekowisata berdasarkan hasil Analisis Persepsi, Motivasi
dan Preferensi Stakeholder Terhadap KTC termasuk dalam kategori cukup
dengan dukungan terlemah terlihat pada pengusaha. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan pada 4 tahap sebelumnya, maka pada tahap Penyusunan Strategi
Pengembangan KTC diperoleh 8 alternatif strategi dengan menggunakan analisis
SWOT. Meskipun 8 alternatif strategi tersebut dapat dilaksanakan secara
simultan, namun prioritas utama berdasarkan analisis QSPM adalah strategi
Membangun Branding Produk KTC.
Collections
- DT - Forestry [344]