Show simple item record

dc.contributor.advisorKamal, Mohammad Mukhlis
dc.contributor.advisorFahrudin, Achmad
dc.contributor.advisorBoer, Mennofatria
dc.contributor.authorWahyudin, Iman
dc.date.accessioned2019-11-19T06:57:55Z
dc.date.available2019-11-19T06:57:55Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/99982
dc.description.abstractHiu lanjaman (Carcharhinus falciformis) dan hiu martil (Sphyrna lewini) merupakan komoditas perikanan yang memiliki peran penting bagi masyarakat Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur. Kedua spesies tersebut berdasarkan data survey yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar tahun 2016, termasuk dua spesies yang paling dominan tertangkap oleh nelayan Tanjung Luar. Pada tahun 2012, IUCN mengelompokkan kedua spesies tersebut ke dalam spesies yang terancam punah dan status perdagangannya masuk dalam apendiks II CITES. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspekaspek biologi, bioekonomi, kondisi eksisting dan status keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya serta desain model pengelolaan sumberdaya perikanan hiu lanjaman dan hiu martil sebagai dasar rujukan dalam pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan hiu yang berkelanjutan Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode bulan Maret-Agustus 2018, terdapat 2.754 ekor hiu lanjaman dan dan 382 ekor hiu martil yang didaratkan di TPI Tanjung Luar. Hiu lanjaman (C. falciformis) yang didaratkan umumnya memiliki panjang total berkisar antara 37,3–282,0 cm dan berat berkisar antara 1– 86 kg. Sedangkan hiu martil (S. lewini) memiliki panjang total berkisar antara 48-309 cm dan berat berkisar antara 0,3–168,0 kg. Pola pertumbuhan hiu lanjaman (C. falciformis) bersifat allometrik positif, dimana pertambahan bobotnya lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan hiu martil (S.lewini) memiliki pola pertumbuhan yang bersifat allometrik negatif dimana pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot. Berdasarkan tingkat kematangan clasper hiu lanjaman lebih banyak berada pada fase Full-Calcified (FC), dengan persentase 46,79%. Sedangkan hiu martil juga berada pada fase yang sama atau Full-Calcified (FC) dengan persentase sebesar 45,90%. Sementara itu, untuk hiu lanjaman betina, berdasarkan tingkat kematangan seksualnya 75,93% didominasi oleh hiu yang belum dewasa atau belum matang secara seksual (immature). Sedangkan untuk hiu martil betina 53,58% didominasi oleh hiu yang belum dewasa atau belum matang secara seksual (immature). Berdasarkan hasil analisis bioekonomi, dengan menggunakan pendekatan model surplus produksi Fox menunjukkan bahwa jumlah produksi dan effort aktual hiu lanjaman (C. falciformis) masih berada dibawah jumlah produksi dan effort pada kondisi MSY dan MEY. Ini mengindikasikan bahwa tingkat eksploitasi yang dilakukan nelayan Tanjung Luar belum mengalami overfishing baik secara biologi (biological overfishing) maupun secara ekonomi (economic overfishing). Namun kalau dicermati perbandingan tingkat effort pada kondisi aktual dengan tingkat effort pada kondisi MSY terhadap jumlah produksi yang dihasilkan terlihat bahwa tingkat produktivitas yang dihasilkan pada kondisi aktual tergolong tinggi dan hampir mendekati jumlah produksi pada kondisi MSY, meskipun dengan tingkat effort yang lebih kecil. Sedangkan untuk hiu martil (S. lewini), berdasarkan hasil analisis bioekonomi dengan menggunakan pendekatan model surplus produksi Schnute menunjukkan bahwa jumlah produksi aktual masih berada di bawah jumlah produksi pada kondisi MSY dan MEY. Ini berarti bahwa dari sisi jumlah produksi, eksploitasi yang dilakukan nelayan Tanjung Luar belum mengalami overfishing (biological overfishing). Namun dilihat dari effort yang digunakan dalam melakukan aktivitas penangkapan, tingkat effort yang digunakan nelayan Tanjung Luar tergolong sangat tinggi karena sudah melebihi tingkat effort pada kondisi MEY, MSY bahkan Open Access. Ini menunjukkan bahwa aktivitas penangkapan hiu martil (S. lewini) yang dilakukan nelayan Tanjung Luar sudah mengalami economic overfishing, dimana ada pengalokasian faktor produksi melebihi dari yang seharusnya untuk menghasilkan jumlah produksi tertentu dalam kegiatan penangkapan hiu martil (S. lewini) di Tanjung Luar. Berdasarkan hasil analisis optimasi dinamik, jika dilihat dari biomassa dan jumlah produksinya baik untuk hiu lanjaman (C. falciformis) maupun hiu martil (S. lewini) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah produksi dan biomassa sejalan dengan peningkatan nilai discount rate. Hal ini karena tingkat discount rate yang tinggi akan memacu terjadinya peningkatan laju eksploitasi terhadap sumberdaya menjadi semakin tinggi dan akan memperbesar tekanan terhadap sumberdaya. Tingkat eksploitasi yang berlebihan dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan nilai rente ekonomi karena biaya yang harus dikeluarkan akan semakin besar dan tidak sebanding dengan hasil produksi yang diperoleh. Hasil simulasi model dinamik untuk hiu lanjaman (C. falciformis) dan hiu martil (S. lewini) dengan menggunakan pendekatan model surplus produksi Fox dan schnute, kedua spesies mengindikasikan adanya kecenderungan penurunan biomassa/stok akibat upaya pemanfaatan yang berlebihan. Namun kecenderungan penurunan biomassa ini lebih signifikan terjadi pada hiu martil dibandingkan dengan hiu lanjaman. Hal ini karena tekanan penangkapan pada hiu martil lebih besar dibandingkan dengan tekanan penangkapan pada hiu lanjaman.. Beberapa opsi pengelolaan yang diperlukan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan perikanan hiu di Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur, di masa mendatang diantaranya adalah penghentian aktivitas penangkapan (Moratorium), pembatasan upaya penangkapan, ukuran hasil tangkapan dan pengaturan wilayah penangkapan (fishing ground), serta menetapkan program prioritas yang mendukung keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya perikanan hiu lanjaman dan hiu martil melalui diversifikasi usaha perikanan, penyediaan alternatif pendapatan bagi nelayan, penegakan aturan terkait kesesuaian dokumen pelayaran, pengunaan alat tangkap yang selektif, sinergitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan, penyusunan dan penetapan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) sebagai acuan dalam pengelolaan perikanan, membuka akses pendidikan yang luas bagi anak-anak nelayan, mendorong partisipasi keluarga dalam pemanfaatan hasil perikanan dan melarang menangkap atau melepaskan kembali spesies ETP jika tertangkapid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcCoastal resourcesid
dc.subject.ddcSilky sharksid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcLombok Timurid
dc.titlePengelolaan Sumberdaya Perikanan Hiu Lanjaman (Carcharhinus falciformis) dan Hiu Martil (Sphyrna lewini) di Tanjung Luar Kabupaten Lombok Timur.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordbiological overfishing,id
dc.subject.keywordeconomic overfishingid
dc.subject.keyworddiscount rateid
dc.subject.keywordfullcalcifiedid
dc.subject.keywordnon- calcifiedid
dc.subject.keywordnon-full calcifiedid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record