Show simple item record

dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorFauzi, Akhmad
dc.contributor.advisorAnggraeni, Lukytawati
dc.contributor.authorFitriana, Widya
dc.date.accessioned2019-11-19T04:21:51Z
dc.date.available2019-11-19T04:21:51Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/99963
dc.description.abstractSumatra Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik ekonomi yang unik. Secara makro pemeratan pembangunan di Sumatra Barat cukup berhasil yang terlihat dari nilai IPM dan Gini rasio yang dicapai, namun pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang terlihat dari nilai PDRB dari PDRB per kapita cenderung relatif kecil. Sejak tahun 2006- 2015 pertumbuhan ekonomi daerah ini menunjukkan tren yang menurun dan ancaman ketimpangan regional (regional inequality) khususnya dari Riau dan Sumatra Utara yang lebih dinamis dan agresif. Menghadapi kondisi tersebut, Sumatra Barat perlu proaktif mencari dan menemukan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah serta mewujudkan pembangunan inklusif yang lebih berkualitas. Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang dianggap sesuai dengan karakter ekonomi daerah Sumatra Barat karena mengedepankan sumber daya manusia yang kreatif daripada supremasi industri yang capital intensive. Sumatra Barat dikenal memiliki kekayaan socio cultural yang unik yang menjadikannya memiliki posisi yang kuat dalam menciptakan local brand. Sumatra Barat juga dikenal memiliki karakter entrepreneurship yang genuine yang bisa dijadikan sebagai starting point pengembangan ekonomi kreatif. Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis karakteristik ekonomi kreatif di Sumatra Barat; (2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan inklusif ekonomi kreatif di Sumatra Barat; (3) Mendesain model pengembangan ekonomi kreatif sebagai alternatif pendekatan pembangunan yang inklusif di Sumatra Barat. Jenis data yang digunakan adalah data kerat lintang (cross section) yang bersumber dari survei industri mikro kecil 2014 oleh Badan Pusat Statistik serta data primer yang diperoleh melalui Focus Group Discussion dengan 30 stakeholder terkait pengembangan ekonomi kreatif. Analisis data dilakukan dengan uji perbandingan, regresi logistik dan Tobit serta multikriteria analisis dengan Promethee. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik ekonomi kreatif di Sumatra Barat di bandingkan dengan provinsi sekitarnya yakni Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu. Ekonomi kreatif Sumatra Barat terbukti memiliki peran penting dalam promoting gender balance dan dikelola oleh pekerja kreatif yang mayoritas adalah perempuan dengan indigenous skill yang dimilikinya melalui transfer knowledge secara turun temurun. Industri kreatif di Sumatra Barat terbukti bersifat intensif terhadap tenaga kerja dan memiliki share konsumen bisnis yang lebih besar sehingga diharapkan dapat membawa multiplier effect bagi tumbuhnya sektor lain. Inklusi keuangan industri kreatif terkait akses perbankan menunjukkan bahwa akses bank industri kreatif relatif rendah yakni 22.02 persen. Pengusaha wanita yang kurang berpendidikan memiliki peluang yang lebih kecil untuk mengakses lembaga keuangan formal (bank). Industri kreatif yang berskala kecil dan nilai aset yang terbatas terbukti memiliki peluang akses yang lebih rendah. Industri kreatif di Sumatra Barat 62.11 persen berada di perdesaan dan cenderung memiliki peluang akses bank yang lebih terbatas di bandingkan dengan industri kreatif yang berada di perkotaan. Inklusi keuangan industri kreatif terkait penggunaan kredit bank menunjukkan bahwa penggunaan kredit bank yang relatif rendah yakni 6.66 persen. Proporsi penggunaan kredit oleh pengusaha pria lebih besar di bandingkan dengan pengusaha wanita. Penggunaan kredit untuk pengembangan usaha cenderung meningkat seiring dengan peningkatan aset usaha. Industri kreatif yang berada di daerah yang memiliki pendapatan per kapita yang tinggi cenderung memiliki proporsi penggunaan kredit yang rendah karena daerah tersebut memiliki alternatif sumber pembiayaan lain yang lebih beragam selain bank. Pemanfaatan internet melalui financial banking dapat memudahkan pengusaha kreatif memperoleh informasi pemanfaatan jasa perbankan sehingga berpengaruh positif dan signifikan mendorong peningkatan inklusi keuangan. Inklusi sosial terkait kemampuan industri kreatif dalam menyerap tenaga kerja wanita menunjukkan bahwa industri kreatif di Sumatra Barat memiliki peran yang sangat penting dalam promoting gender balance. Dominasi pengusaha wanita mencapai 78.42 persen dan rasio serapan tenaga kerja wanita mencapai 78.43 persen. Penggunaan tenaga kerja wanita pada industri kreatif yang berskala besar, berbadan hukum dan berorientasi ekspor cenderung masih terbatas. Model kebijakan berbasis inovasi (innovation based model) merupakan model terbaik dalam pembangunan inklusif ekonomi kreatif di Sumatra Barat. Model ini memiliki keunggulan dalam hal meletakkan penguatan pondasi sumber daya manusia (melalui peningkatan skill dan edukasi) yang tidak hanya fokus pada upaya menciptakan tenaga kerja kreatif tetapi juga menciptakan creativepreneur. Model ini memprioritaskan penguatan citra kreatif dan local brand melalui pengembangan R&D dan teknologi produksi. Model ini juga mampu memberikan ruang terjadinya interaksi antar stakeholder dalam menciptakan ruang inovasi (innovation space) yang mendorong akses dan partisipasi semua pihak dalam pengembangan ekonomi kreatif secara inklusif. Saran untuk pihak terkait adalah: (1) pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui arahan edukatif untuk meningkatkan skill dan penguatan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi terutama di wilayah perdesaan; (2) pelaku usaha perlu meningkatkan daya saing berbasis kreativitas dengan menggerakkan ruang publik bagi terbentuknya proses sharing pemikiran, pengalaman dan business coaching serta penguatan citra produk (branding) melalui pengembangan riset sosial, budaya dan seni daerah serta serta meningkatkan peluang kerja sama dengan Perusahaan Penjamin Kredit Daerah (PPKD) untuk memperluas akses industri kreatif yang lemah agunan; (3) kelompok intelektual perlu memperkuat basis formal dan informal dalam pembentukan creativepreneur, diseminasi informasi dan transformasi teknologi tepat guna; (4) lembaga keuangan formal (bank) perlu memberikan pengetahuan dan edukasi keuangan bagi pelaku usaha yang masih terkendala, pemberian kredit kolektif atau kelompok dapat menjadi alternatif yang perlu dipertimbangkan. Penelitian lanjutan disarankan untuk mengembangkan indikator pengukuran pembangunan inklusif selain indikator inklusi keuangan dan inklusi sosial.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcRegional Planningid
dc.subject.ddcCreative Economyid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSumatera Baratid
dc.titleModel Pembangunan Inklusif Ekonomi Kreatif di Sumatra Baratid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordekonomi kreatifid
dc.subject.keywordpembangunan inklusifid
dc.subject.keywordinklusi keuanganid
dc.subject.keywordinklusi sosialid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record