Show simple item record

dc.contributor.advisorSudarwanto, Mirnawati
dc.contributor.advisorPurnawarman, Trioso
dc.contributor.advisorJayanegara, Anuraga
dc.contributor.authorWanniatie, Veronica
dc.date.accessioned2019-11-19T04:10:49Z
dc.date.available2019-11-19T04:10:49Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/99961
dc.description.abstractPeternakan organik bertujuan untuk mewujudkan produksi yang ramah lingkungan, mempertahankan kesehatan hewan, mencapai standar kesejahteraan hewan yang tinggi, serta menghasilkan produk berkualitas tinggi. Peternakan kambing organik berkembang akibat meningkatnya permintaan masyarakat akan produk asal hewan yang aman dan berasal dari peternakan yang melestarikan lingkungan. Sistem peternakan organik di Indonesia diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 6729 tahun 2016 tentang Sistem Pertanian Organik. Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki peternakan kambing perah yang tersertifikasi organik dan memiliki potensi untuk pengembangan sebagai wilayah peternakan kambing perah organik. Hal ini didukung dengan populasi kambing perah yang cukup tinggi. Informasi mengenai profil peternakan kambing perah organik, kualitas dan tingkat keamanan susu kambing organik yang belum ada menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis informasi dan data mengenai profil peternakan kambing perah organik; (2) mengevaluasi kualitas susu kambing organik dibandingkan dengan susu kambing konvensional baik kualitas fisik dan kimia; dan (3) mengevaluasi keamanan susu kambing organik yang ditinjau dari aspek cemaran biologis (total plate count (TPC), Staphylococcus aureus, Enterobacteriaceae, koliform, Toxoplasma gondii, Entamoeba sp. dan Balantidium sp.) dan cemaran kimia (residu pestisida, residu antibiotik, dan residu logam berat) susu kambing organik dibandingkan dengan susu kambing konvensional di Kabupaten Bogor. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah (1) metode survei untuk menentukan lokasi peternakan kambing organik yang tersertifikasi organik dan dalam proses perolehan sertifikat organik; (2) pemeriksaan kualitas fisik dan kimia susu kambing menggunakan alat Lactoscan Ultrasonic Milkanalyzer dilanjutkan dengan menganalisis kandungan asam lemak menggunakan gas kromatografi; (3) pemeriksaan cemaran biologis susu menggunakan metode hitungan cawan dan mikroskopis. Cemaran kimia susu yaitu residu pestisida dianalisis menggunakan gas chromatography-electron capture detector (GC-ECD) mengikuti metode QuECheRS, residu antibiotik dianalisis menggunakan metode uji tapis (screening test) bioassay secara triplo, dan residu logam berat dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (Atomic Absorption Spectrometer/AAS). Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 3 peternakan kambing perah organik di tiga kecamatan yaitu Caringin, Cijeruk, dan Ciampea di Kabupaten Bogor. Kadar lemak, protein, BKTL, dan BK susu kambing menunjukkan tidak terdapat perbedaan komposisi susu kambing antara peternakan organik dan konvensional. Asam lemak jenuh yaitu asam kaprilat (C8:0) dan asam kaprat (C10:0) susu kambing organik lebih tinggi dibandingkan susu kambing konvensional. Asam stearat (C18:0) dan asam linoleat (C18:2) susu kambing konvensional lebih tinggi dibandingkan susu kambing organik. Total asam lemak susu kambing organik lebih tinggi dibandingkan susu kambing konvensional. Hasil penelitian terhadap keamanan ditinjau dari aspek cemaran biologis menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah TPC, S. aureus, Enterobacteriaceae, dan koliform antara susu kambing organik dan konvensional. T. gondii tidak ditemukan dalam susu kambing organik dan konvensional, Entamoeba sp. ditemukan dalam susu kambing konvensional dan Balantidium sp. dalam susu kambing organik dan konvensional. Keamanan ditinjau dari status cemaran kimia menunjukkan tidak ditemukan residu pestisida organoklorin pada susu kambing organik dan susu kambing konvensional. Hasil analisis berdasarkan uji tapis terhadap residu antibiotik menunjukkan bahwa terdapat 1 sampel (5.56%) susu kambing organik yang terdeteksi mengandung antibiotik golongan tetrasiklin dan 2 sampel (11.11%) susu kambing konvensional yang mengandung antibiotik golongan makrolida. Residu Pb pada susu kambing organik sebesar 0.05 mg/kg sedangkan pada susu kambing konvensional sebesar 0.08 mg/kg. Residu As pada susu kambing organik sebesar 0.07 mg/kg sedangkan pada susu kambing konvensional sebesar 0.11 mg/kg. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa peternakan kambing perah organik di Kabupaten Bogor sudah sesuai dengan aturan sistem peternakan organik yang disyaratkan di SNI 6729 tahun 2016. Kualitas fisik dan kimia (kadar lemak, protein, laktosa, BK, dan BKTL) susu kambing organik sama dengan susu kambing konvensional. Asam lemak jenuh susu kambing organik lebih tinggi dari susu kambing konvensional, sedangkan asam lemak tidak jenuh ganda lebih tinggi susu kambing konvensional. Keamanan susu kambing ditinjau dari cemaran biologis (TPC, S. aureus, Enterobacteriaceae, koliform, T. gondii, Entamoeba sp. dan Balantidium sp.) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara susu kambing organik dan konvensional. Susu kambing organik tidak mengandung residu pestisida organoklorin. Susu kambing organik mengandung residu logam berat Pb dan As.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcVeterinary Sciencesid
dc.subject.ddcOrganic Goat Milkid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleProfil Peternakan Kambing Perah Organik, Kualitas dan Keamanan Susu Kambing Organik: Studi Kasus di Kabupaten Bogorid
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordmikrobaid
dc.subject.keywordpeternakan kambing perahid
dc.subject.keywordresidu bahan kimiaid
dc.subject.keywordsusu organikid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record