Show simple item record

dc.contributor.advisorBarus, Baba
dc.contributor.advisorWidiatmaka
dc.contributor.advisorPurwanto, Moh Yanuar
dc.contributor.advisorNoorachmat, Bambang Pramudya
dc.contributor.authorRiadi, Bambang
dc.date.accessioned2019-11-19T03:36:51Z
dc.date.available2019-11-19T03:36:51Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/99947
dc.description.abstractPemodelan banjir dapat dilakukan secara konseptual yang didasarkan pada proses dan model yang sesuai dengan ketersediaan data (data driven models). Studi bahaya banjir sudah banyak dibuat tetapi umumnya dengan menggunakan data tidak detil, sehingga diperlukan data yang detil agar lebih akurat. Data teliti yang dapat dipakai dalam penentuan banjir saat ini dapat diperoleh dari data citra satelit resolusi tinggi, data foto udara tegak (vertical aerial photography) dan DEM resolusi tinggi. Pemodelan data DEM dapat dilakukan dengan menggunakan metode Topographic Wetness Index (TWI) untuk mendeteksi daerah yang basah yang merupakan cerminan bentuklahan cekungan. DEM teliti mampu mengenali lahan cekungan lebih akurat bila dibandingkan dengan menggunakan peta skala sedang. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategi mitigasi banjir untuk mendukung ketersediaan pangan. Untuk mencapai tujuan penelitian disusun tujuan khusus dengan mengidentifikasi daerah bahaya banjir menggunakan data DEM yang akurat. Peta bahaya banjir kemudian dianalisis tingkat kerentanannya untuk mendapatkan peta risiko banjir. Dalam hal ini banjir yang terjadi, pertumbuhan populasi dan perubahan penggunaan lahan sawah banyak berpengaruh terhadap produksi pangan. Karena alasan ini maka dilakukan analisis ketersediaan pangan di wilayah penelitian. Untuk mempertahankan potensi ketersediaan pangan di daerah penelitian, maka strategi mitigasi banjir perlu dikembangkan. Metode pemetaan bahaya banjir dilakukan dengan dukungan data historis tentang kejadian banjir yang meliputi kedalaman, durasi, frekuensi banjir dan data sosio-ekonomi. Daerah bahaya banjir diidentifikasi dari bentuklahannya dengan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis menggunakan data DEM. Analisis risiko dilakukan berdasarkan kerentanan fisik lahan dan sosial ekonomi petani terdampak banjir. Penilaian ketersediaan pangan didasarkan pada hasil analisis konversi lahan dan gagal penen (puso) akibat banjir, yang kemudian dijadikan sebagai dasar penyusunan strategi untuk menjaga ketersediaan pangan. Banjir yang sering terjadi di suatu daerah disebabkan oleh faktor alam, dan untuk menghindari dampak yang lebih luas dari banjir maka perlu dilakukan upaya mitigasi. Penggunaan data yang teliti dari data citra satelit resolusi tinggi dan DEM resolusi tinggi memberikan hasil studi yang sangat baik. Hasil analisis akurasi vertikal data DEM TerraSAR-X jika dibandingkan dengan data DEM photo udara di area persawahan, menghasilkan akurasi vertikal 3,4 m. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bahaya banjir di daerah persawahan meliputi area seluas 26.270 ha atau 26,7% dari luas sawah 98.462 ha, dengan distribusi daerah bahaya banjir klas tinggi seluas 8.838 ha (9 %), bahaya banjir klas sedang seluas 9.780 ha (9,9 %) dan bahaya banjir klas rendah seluas 7.652 ha (7,8%). Peristiwa banjir pada umumnya mengancam kehidupan dan penghidupan masyarakat. Salah satu sektor penghidupan masyarakat yang terancam banjir adalah pertanian. Dalam hal ini kerentanan penghidupan petani akan menghadirkan risiko banjir. Hasil analisis menunjukan bahwa wilayah yang mempunyai risiko banjir klas tinggi diwilayah penelitian adalah seluas 7.900 ha (30 %). Risiko banjir ini akan meningkat apabila tingkat bahaya (hazard) dan tingkat kerentanan (vulnerability) meningkat. Luas wilayah Kabupaten Karawang adalah 191.577 ha, dengan luas lahan sawah pada tahun 2000 adalah seluas 120.371 ha (62,83% ). Luas lahan sawah pada tahun 2006 turun menjadi 112.878 ha (58,92%) dan pada tahun 2015 lahan sawah hanya tersisa 98.462 ha (51,39%). Dengan demikian pada periode tahun 2000 s/d 2015 lahan sawah yang terkonversi adalah seluas 21.909 ha. Dalam hal ini konversi lahan sawah banyak mempengaruhi terhadap ketahanan pangan secara permanen karena mengurangi besarnya produksi beras. Dengan asumsi produksi padi di daerah penelitian sebesar 7,69 ton/ha, maka konversi lahan berpotensi menghilangkan produksi padi sebesar 168.480 ton. Secara temporal kejadian banjir di daerah penelitian memberikan pengaruh terhadap ketersediaan pangan. Dampak banjir periode Tahun 2010 s/d Tahun 2015 terbukti telah mengakibatkan kerugian panen sebesar 221.714 ton atau rata-rata 36.952 ton/tahun. Untuk mitigasi, maka strategi yang perlu dibuat untuk menjaga ketersediaan pangan adalah strategi agresif, dengan pilihan pengetatan pengawasan dalam ijin penggunaan ruang yang mendukung perlindungan sawah. Strategi ini bertujuan untuk mengoptimalkan daerah lahan sawah sebagai hamparan efektif menampung kelebihan air limpasan yang bisa membantu mengurangi banjir sebagai bagian dari mitigasi banjir (strategi strenght opportunity).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcEnvironmental Sciencesid
dc.subject.ddcLandformid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcKarawang, Jawa Baratid
dc.titleModel Spasial Banjir Untuk Mendukung Ketersediaan Pangan di Kabupaten Karawang.id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordDigital Elevation Modelid
dc.subject.keywordbentuklahanid
dc.subject.keywordsawahid
dc.subject.keywordtutupan lahanid
dc.subject.keywordTopographic Wetness Indexid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record