Show simple item record

dc.contributor.advisordarmaD, Tarigan Suria
dc.contributor.advisorDwi, Wahjunie Enni
dc.contributor.authorMuhdin, Muhamad
dc.date.accessioned2019-10-31T02:47:39Z
dc.date.available2019-10-31T02:47:39Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/99336
dc.description.abstractAir merupakan sumberdaya alam esensial yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketersediaan air pada dasarnya berasal dari air hujan. Air bertransformasi melalui daur hidrologi. Hujan yang jatuh akan menguap kembali sesuai dengan proses daur ulangnya, sebagian akan mengalir melalui permukaan dan bawah permukaan, sungai atau danau dan sebagian akan meresap ke tanah tanah. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu iklim, geologi, dan geomorofologi, hidrologi, vegetasi serta penggunaan lahan. Penggunaan lahan mengontrol proses-proses terkait dengan intersepsi curah hujan dan evapotranspirasi berpengaruh terhadap penyimpanan dan aliran air. Perubahan peggunaan lahan akan merubah proses hidrologi dan berdampak pada berkurangnya suplai air. Perencanaan pengelolaan sumberdaya air dapat dipelajari dan direncanakan secara sistematik melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai unit (satuan) hidrologi dengan melakukan pemodelan hidrologi. Pemodelan akan memberikan gambaran sederhana suatu sistem hidrologi, dan dapat digunakan untuk mempelajari fungsi dan respon DAS terhadap berbagai masukan. Model hidrologi dapat digunakan untuk mempelajari kejadian, serta memprediksi kejadian hidrologi. Salah satu model hidrologi yang biasa digunakan dalam mengelola sumberdaya air di DAS adalah Soil and Water Assessment Tool (SWAT). Model hidrologi SWAT menggunakan input data yang berkesinambungan, dan memprediksi perubahan proses hidrologi terhadap berbagai perubahan masukan. Neraca air merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat kondisi keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air di suatu wilayah. Ketersediaan air pada dasarnya berasal dari air hujan, aliran permukaan, air tanah dan mata air. Sedangkan kebutuhan air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah industri, populasi penduduk serta populasi ternak. Neraca air di DAS Babak perlu diketahui untuk melihat apakah terjadi surplus atau defisit air. Apabila terjadi surplus maka kualitas DAS perlu dipertahankan, jika terjadi defisit perlu dilakukakan pengelolaan untuk meningkatkan ketersediaan air. Model hidrologi SWAT digunakan untuk melihat respon hidrologi terhadap berbagai skenario pengelolaan sumberdaya air yang diterapkan pada DAS Babak. Penelitian telah dilaksanakan mulai bulan November 2018 hingga Mei 2019. Penelitian dimulai dengan pengumpulan literatur serta data sekunder dan pengambilan data lapangan yang dilakukan di DAS Babak. Lokasi penelitian terletak di DAS Babak provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian meliputi analisis neraca air dan melakukan simulasi pengelolaan sumberdaya air. Neraca air dihasilkan dari membandingkan ketersedian dan kebutuhan air. Ketersedian air di hasilkan dari menghitung debit rata-rata dari sungai Babak. Kebutuhan air dihasilkan dari menghitung kebutuhan air untuk domestik, sawah irigasi, peternakan dan perikanan. Simulasi pengelolaan sumberdaya air DAS Babak menggunakan 3 skenario. Skenario 1 yaitu dengan menambah luasan kawasan hutan dan skenario 2 dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air berupa agroforestry serta skenario 3 yang merupakan gabungan dari skenario 1 dan skenario 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi surplus air pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 serta 2015 DAS Babak mengalami defisit air. Pada tahun 2016 dan 2017 mengalami surplus air. Neraca air hasil perhitungan berdasarkan ketersedian air rata-rata tahun 2013 sampai tahun 2017 menghasilkan jumlah air sebesar 373 262 358 m3, sedangkan untuk kebutuhan air di DAS Babak pada tahun 2017 mencapai 364 606 298 m3. Berdasarkan perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air. Neraca air tahunan di DAS Babak menunjukkan terjadi surplus air sebesar 8 656 060 m3. Model hidrologi SWAT menghasilkan nilai Nash-Sutcliffe Efficency (NSE) kalibrasi 0.63 dan validasi 0.54 berdasarkan tingkat performa dapat dikategorikan bahwa model tersebut memuaskan sehingga dapat digunakan untuk melakukan simulasi pengelolaan sumberdaya air. Hasil skenario menunjukkan bahwa skenario 3 yang merupakan gabungan dari penambahan luasan kawasan hutan dan penerapan sistem agroforestry merupakan skenario terbaik dalam meningkatkan ketersediaan air di DAS Babak, NTB.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcWatershedid
dc.subject.ddcWater resourcesid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcDAS Babak-Nusa Tenggara Baratid
dc.titlePengelolaan Sumberdaya Air DAS Babak Nusa Tenggara Barat.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordneraca airid
dc.subject.keywordmodel SWATid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record